webnovel

Cowok Muka Standard

"Tampang jawa, ngomong sunda. Lo orang atau manusia bajing, To ?" *acungin jari tengah*

Sebagai keturunan asli sunda, gue ngerasa gagal meneruskan budaya sunda dari kedua orang tua. Bapak gue asli orang sunda, emak gue juga asli orang sunda, gue lahir ditanah sunda bukan ditanah jawa, tapi, tampang gue jawa. Iya, manis gitu, tapi, cuma gue yang bilang kalau tampang gue manis, teman-teman gue dikampus sering bilang kalau tampang gue jadul. Gue mau marah, pas gue ngacar, ternyata mereka ngejeknya bener. Nggak, jadi marah, deh.

Bukan hanya soal tampang, soal nama pun kadang bikin gue bingung. Nama bapak gue Atang, khas nama orang sunda, nama emak gue Teti, khas nama cewek sunda juga, tapi, nama gue Anto. Kalau dalam bahasa Indonesia artinya patut dipuji. Tapi kelakuan gue nggak ada yang patut dipuji, apalagi dengan prestasi gue yang hanya bisa kentut berkali – kali saat sedang mandi. Selain soal nama gue yang nggak singkron dengan kelakuan gue. Nama bapak gue juga terkadang bikin gue ngeri sendiri. Bukan apa-apa, coba bayangin, misalnya ketika gue meninggal, dibatu nisan gue nantinya akan tertulis,"Anto Bin Atang."(Tolong dua kata terakhir bacanya jangan disatukan).

Tampang memang nggak bisa bohong. Biarpun tampang gue jawa, tapi, gue sama sekali nggak ngerti bahasa jawa. Saking nggak ngertinya, pernah waktu itu secara nggak sengaja gue berpapasan dengan salah satu temen kampus gue yang asli orang jawa, tanpa bisa dielakkan terjadilah percakapan yang sangat absurd.

Temen gue : "To, wis teka ing kampus?"

Gue : "Naon, cenah, da urang mah can pernah wiwis (pipis) dikampus, da lamun hayang pipis urang mah ka cai. Ari eta wiwis dikampus?"

Temen gue : "Kula wis dikampus."

Gue : "Kok, bangga!!!"

Gue juga bukan anak gaul yang sering nongkrong dicafe. Gimana mau jadi anak gaul? Nongkrong diwarkop aja gue lebih sering ngutang. Oke gue emang nggak ada keren – kerennya, nggak ada nilai plus dalam diri gue yang bisa bikin cewek klepek-klepek. Tapi, jangan salah, biarpun gue nggak keren, nggak sedikit, kok, cewek – cewek yang bilang kalau tampang gue ini ganteng. Gue juga didaulat sama diri gue sendiri sebagai cowok macho. Buktinya, gue pernah berhasil ngangkat galon ke dispenser tanpa tumpah. Macho, banget, kan?

Punya tampang jawa dikampus, yang isinya lebih mayoritas tampang orang sunda kadang bikin gue minder. Keminderan gue semakin dipertegas ketika ada salah satu temen cewek gue dikampus, yang ngomong,"Mas, nasi gorengnya satu, pedes."

"Gue orang sunda, bukan orang jawa."

Terus dia ngelirik karah gue, sambil nunjuk-nunjuk,"Tapi, mas, bisa, kan bikin nasi goreng."

"Iya, bisa, tapi….."

"Nggak usah tapi-tapian, nasi gorengnya satu, pedes, buruan!"

"Tapi ini kita dikampus, bukan digerobak nasi goreng."

Dia pun lari dengan gaya ballerina dikejar anjing

Gue termenung sambil ngepel lantai.

Ngomongin soal sunda dan jawa, gue jadi inget sebuah mitos yang udah ada sebelum emak gue dilahirkan kedunia, mitosnya,nih,"Orang sunda nggak cocok sama orang jawa." Jika dasarnya adalah kecocokan atau keserasian, menurut gue ada yang salah. Serasi bukanlah sebuah kunci hubungan itu bakalan langgeng atau nggak. Banyak orang yang serasi tapi akhirnya putus, dan banyak juga pasangan yang nggak serasi tapi mereka bisa berlanjut sampai ke jenjang pernikahan. Malahan, ada yang langgeng sampai mau memisahkan. Bukan keserasian ataupun satu suku yang membuat hubungan bertahan lama, satu suku pun percuma kalau nggak bisa saling menerima kekurangan pasangan dan nggak bisa saling mernghargai satu sama lain.

Gue penentang keras garis keras mitos ini. Berjodoh atau nggaknya seseorang bukan ditentukan dari faktor keserasaian, keturunan atau pun kemiripan wajah. Gue lebih setuju, sepasang kekasih berjodoh jika mereka bisa mendapatkan restu kedua orang tua.

Kalau dari informasi yang gue dapet, mitos ini pertama kali muncul setelah tragedi perang bubat. Yang menyebabkan tewasnya rombongan Raja Sunda yang mengantar Putri Dyah Pitaloka untuk menikah dengan Raja Hayam Wuruk.

Tapi, gue punya pendapat lain tentang munculnya mitos ini. Setelah bersemedi ditengah pertandingan sepak bola, bertapa dipuncak gunung Himalaya dan berpetualang bersama Sherina, gue jadi tau sebab – musabab dari mana mitos ini muncul. Begini, orang sunda itu identik dengan sifat pemalas, terutama cowok sunda, dan orang jawa identik dengan sifat ulet alias rajin. Cewek sunda terkenal dengan sifat matre dan hanya bisa dandan doang, sedangkan cewek jawa terkenal dengan cewek lemah lembut dan pintar masak. Tapi, menurut gue, hal ini nggak bisa dijadikan landasan pesawat kuat untuk menilai suatu suku. Nggak semua orang sunda itu pemalas, dan nggak semua orang jawa itu ulet. Semua tergantung dari pribadi masing – masing. Begitulah, hasil pertapaan gue selama study tour ke Candi Borobudur. #lah

Mitos ini juga, menurut gue bisa masuk akal. Bukan hanya orang jawa, orang Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, bahkan sampai orang – orangan sawah sekalipun pasti nggak mau anak perempuannya dapet suami yang pemalas dan pengangguran kelas berat. Bukannya anak perempuannya bahagia, eh, malah sengsara. Dan bukan nggak mungkin malah cewek yang kerja keras, sementara si cowok malah asik ngopi didepan teras. Inget men, cowok itu menafkahi bukan dinafkahi. Catettuh!

Seandainya mitos ini benar adanya, solusinya gampang. Jika lo terlahir jadi cowok sunda dan cewek lo orang jawa. Ketika cewek lo ngajak lo ketemu keluarga besarnya yang asli orang jawa. Lo jangan pakai pakaian yang biasa, apalagi terkesan urakan. Pakailah pakaian yang rapi, misalnya, atasanya pakai kemeja, bawahannya pakai celana olahraga. Atau untuk lebih meyakinkan calon mertua, lo bisa pakai pakaian adat jawa, misalnya atasnya pakai kebaya, bawahnya pakai celana bola dan jangan lupa pakai blangkon yang nemplok dikepala.

Begitulah, solusi dari gue untuk memecahkan mitos,"orang sunda nggak cocok dengan orang jawa." Mudah-mudahan nggak ada lagi hubungan yang harus berakhir karena nggak mendapat restu orang tua. Semoga ...….

Flashback ke zaman sebelumnya. Ternyata sebelum memilih Feby menjadi pacar, saat masih SMA gue pernah terjebak cinta segiempat dengan adik kelas gue yang asli keturuanan jawa. Sebagai cowok idaman para wanita, gue juga manusia bisa, pernah khilaf *minta disupport*

Menginjak kelas dua SMA, sifat senioritas, merasa hebat, dan serba ingin tau tiba-tiba muncul begitu saja. Kalau saat kelas satu, jika ada temen gue yang ngasih liat video bokep, gue langsung lari dan ngumpet dibawah kolong meja sambil dzikir. Maka saat kelas dua, kalau ada temen yang ngasih liat video bokep, gue langsung ngomong,"Eh, bluetooh dong bluetooh."atau"Apaan nih, 3gp, gue dong, Full HD." Jika saat kelas satu gue lebih sering dipalakin para senior, maka saat dikelas dua, gue balik malakin para junior.

Saat ujian akhir semester satu dikelas dua, sekolah gue mencampur anak kelas satu dan kelas dua, lalu membaginya menjadi beberapa ruangan. Sialnya, gue harus rela berpangkuan berbagi meja dengan adik kelas gue yang cewek, asli keturunan jawa, namanya Shania.

Hari pertama ujian, belum juga ujian dimulai gue udah kena sial. Waktu itu, gue udah sampai diruang ujian, begitupun dengan adik kelas gue yang namanya Shania, dia udah lebih dulu sampai. Begitu gue mau duduk tanpa sengaja alat tulis Shania kesenggol sama gue, hingga menyebabkan semua alat tulisnya jatuh berantakan kebawah kolong meja. Sebagai senior yang baik, gue berniat untuk membereskannya. Begitu gue nunduk, ternyata, Shania juga malah ikut nunduk. Kampretnya ada salah satu temen gue yang cowok tengah berdiri didepan meja gue. Dan kampretnya lagi, diatas tali sepatu temen gue, malah dia selipin sebuah cermin kecil yang diarahkan tepat ke bawah rok Shania. Secara nggak sengaja melihat keindahan itu, gue jadi…..

"KAMU MAU NGINTIP PAHA AKU YA, DASAR MESUM!!!" *PLAKKK*

Pipi gue malah ditampar sama cewek sialan ini. Gue kaget. Refleks gue langsung ngangkat wajah, gue udah nggak peduli sama apa yang bakalan terjadi. Ini masalah harga diri. Niatan terpuji gue malah disalahartikan sama cewek sialan ini. Shania melihat kearah gue dengan tatapan Bruce Banner yang akan berubah menjadi Hulk, terus ngomong,"AKU LAPORIN KAMU SAMA PENGAWAS UJIAN!" Gue kaget dan langsung kena serangan jantung seketika. Sementara, temen gue sang pelaku utama, malah kabur entah kemana. Sial!

Gue coba ngejelasin semuanya sama Shania, biar nggak terjadi salahpaham. Gue nggak mau kalau pacar gue yang diruangan sebeleh, kalau sampai tau hal ini, dia bakalan beranggapan gue ini cowok mesum. Iya, Shania percaya sama penjelasan gue, tapi, dia juga percaya kalau gue sama temen gue itu bekerjasama buat ngintipin pahanya. Kamprettttt...

Tapi, karena kejadian itulah gue malah kepikiran Shania, kayaknya gue udah jatuh cinta sama Shania yang keturunan jawa. Seminggu setelah ujian selesai dilaksanakan, gue masih aja kepikiran Shania. Saking kepikirannya, bahkan saat gue lagi ngobrol sama pacar gue yang namanya Sonia, gue malah manggil dia Shania, doi langsung nanya,"Siapa itu Shania?" Gue panik.untung gue pinter ngibul, dengan sigap gue jawab,"Oh, Shania itu anak baru ditempat aku ngekost." Terus pacar gue jawab,"Kirain selingkuhan kamu." Allhamdullilah doi percaya, gue sujud syukur.

Pernah satu waktu, secara nggak sengaja gue ketemu sama Shania dikantin. Tanpa bisa dielakkan, kami saling beradu pandang, dia tersenyum kearah gue. Hal itu justru semakin membuat gue kepikiran terus sama dia, dan nggak bisa meredam perasaan kedia.

Selain itu, Shania yang awalnya gue kira jomblo, ternyata udah punya cowok. Yang jadi cowoknya itu adalah kapten tim basket disekolah gue. Tapi, hal itu nggak bisa membuat gue buat berhenti jatuh cinta sama dia. Gue tetep nekat memperjuangkannya. Kenekatan gue semakin dipertegas ketika acara gue lagi ngadain porseni. Waktu itu, ketika nggak sengaja gue lewat kelas Shania, gue liat dia lagi sendirian, dikelasnya pun masih sepi, belum ada orang, ini kesempatan gue, nggak boleh gue sia-siakan. Gue langsung samperin dia dan langsung jujur tentang perasaan gue kedia. Yang terjadi selama ini, ternyata, Shania juga cinta sama gue, tapi dia juga cinta sama pacarnya, dia nggak bisa mutusin pacarnya gitu aja. Dia juga tau, kalau gue udah punya pacar.Tapi, dia pengen miliki gue, begitupun gue, pengen miliki Shania. Terpaksa, gue dan Shania harus backstreet dari pacar masing-masing.

Setelah kejadian itu, gue terjebak dalam cinta segiempat. Gue udah buta, bahkan gue rela mendua dari Sonia. Tanpa sepengetahuan pacar masing-masing gue dan Shania sering banget ketemu setiap pulang sekolah, lalu jalan. Setelah beberapa kali ketemu dan ngobrol banyak, rasanya gue lebih sayang sama Shania daripada sama Sonia. Saking sayangnya, apa yang Shania mau pasti gue kasih. Dia minta bunga, gue kasih sekalian sama pupuknya. Dia minta coklat, gue kasih sekalian sama buah kakaonya. Pokoknya apappun gue kasih buat Shania, asal dia bahagia.

Shania adalah tipe cewek yang lebih banyak bikin gue ketawa. Itu yang membuat gue nyaman dan semakin sayang sama dia. Meskipun gue harus mendua. Gue udah bener-bener buta. Tapi, kebutaan gue terkadang bikin gue nyesek. Apalagi ketika gue liat Shania disekolah lagi bareng sama pacarnya. Hati gue ngilu kayak disliding tackle Lionel Messi.

Pernah satu waktu , lewat sebuah pesan singkat Shania ngotot minta ketemu, kalau gue nggak bisa dateng, dia ngancem putus. Gue panik. Saking paniknya gue jadi nggak fokus. Motor gue bawa, helm gue bawa, STNK gue bawa. Gue baru sadar, SIM lupa gue bawa. Selama perjalanan, gue nggak tenang, setiap ngeliat polisi gue kayak lagi ngeliat pocong yang lagi ngintip-ngintip dibalik pohon pisang. Gue takut kena razia. Apalagi jalan yang gue lewati rawan banget razia. Gue tau banget dimana biasanya razia itu diadakan, disebuah belokan deket wakrop. Begitu gue akan memasuki belokan itu, gue deg-degaan, takut kena razia, tapi….gue selamat, nggak ada razia sama sekali.

Tapi, ternyata keberuntungan itu hanya mampir sesaat. Baru juga beberapa meter gue melewati belokan itu, gue kena sial. Ban motor gue bocor, kepaksa gue harus nuntun motor sambil nyari tukang tambal ban. Beruntungnya, ada tukang tambal ban deket belokan itu. Gue langsung masukkin motor, dan ngomong,"Bang nambal ban belakang." Tukang tambal ban langsung mempreteli ban motor gue, dia cek mana yang bocor, kemudian dia ngomong,"Maaf, dek, ini nggak bisa ditambal, harus diganti dengan ban baru."*sambil ngelebarin robekan ban*

Singkat cerita, gue nunggu Shania ditempat biasa kami ketemu. Sebuah café didaerah Burangrang. Beberapa menit menunggu, akhirnya Shania datang. Tapi kedatangan Shania malah bikin gue kaget, dia datang nggak sendirian, dia datang dengan seorang cowok, yang ternyata adalah pacarnya, dan seorang cewek, yang ternyata adalah pacar gue, Sonia. Pasti ada yang nggak beres. Feeling gue mulai nggak enak.

"To, kenalin, ini Dimas." Lalu kami duduk berempat.

Shania menatap gue dengan perasaan penuh rasa bersalah. Sementara Sonia menatap gue dengan tatapan seorang samurai yang siap menerjang musuhnya menjadi tiga puluh bagian. Gue nelen ludah. Gue bingung. Gue panas dingin. Gue udah nggak tahan lagi. Gue udah kebelet pengen pipis.

"Jadi gini…." Shania bersandar ke kursinya, dia menundukkan wajahnya, lalu mengangkat wajahnya lagi, dan menerusakan kalimatnya,"Aku udah jujur sama Dimas dan Sonia soal hubungan kita. Maaf banget. Aku rasa, nggak baik kalau kita terus kayak gini, terus-terusan bohongi pasangan. Aku mohon sama kamu, jangan lagi inget aku, lupain aku. Anggap kita nggak pernah kenal. Aku mau mulai semuanya dari awal lagi sama Dimas."

Menanggapi ucapan Shania, gue cuma bisa berlagak sok cool, sambil ngomong,"Ya udah."Padahal .... Nyesek.

Gue kira, Sonia juga bakaln bilang kayak apa yang dibilang sama Shania, ternyata gue salah. Dia malah ngomong,"KITA PUTUSSS!!!!" sambil nyiram muka gue dengan sisa es teh manis gue yang belum sempat gue habisakan. Terus, dia juga nyiram muka gue lagi dengan es jeruk miliknya. Rasanya mulai aneh, es teh manis campur es jeruk. Sonia pun pergi dan nggak akan pernah kembali.

Walaupun apa yang gue perbuat jadi sia-sia, setidaknya gue bisa mengambil pelajaran yang sangat berharga. Jatuh cinta haruslah dengan cara yang sederhana, jangan sampai membabi buta. Kesalahan gue cukup jelas, gue rela mendua dari Sonia. Gue terlalu maruk jadi orang. Awalnya gue kira semua akan baik-baik aja, tapi yang terjadi gue malah kehilangan dua cinta. Shania dan Sonia.

Berakhirnya dua hubungan itu, membuat gue sadar. Selama ini gue luput, gue nggak dengerin nasihat temen-temen gue. Padahal,selama jalan sama Shania temen-temen gue udah sering nasihatin gue, kalau perjuangan gue bakalan sia-sia, gue nggak pantas berjuang untuk orang yang udah punya pasangan, apalagi, gue sampai rela mengkhianati Sonia. Gue terlalu dengerin perasaan dan mata gue udah ketutup sama cinta, Ya, saat itu gue udah jatuh, lalu kepeleset cinta.

Menginjak masa kuliah, barulah gue lebih paham tentang cinta. Bukan hanya soal memberi perhatian, berpegangan tangan, dan berpelukan. Tapi, soal menyayangi sepenuh hati, dan menjaga kepercayaan yang telah diberikan oleh pasangan. Dengan tampang gue yang jadul. Gue bersyukur banget Feby mau bertahan jadi pacar gue. Gue juga jadi paham makna dibalik pepatah,"Mempertahankan itu lebih sulit daripada meraih." Bagi cowok kayak gue, nyari pacar itu gampang, menjalin hubungan yang baru itu gampang. Tapi, mempertahankan hubungan yang lama itu sulit. Sekarang, ada yang mau bertahan sama gue kenapa mesti gue sia-siain?

Gue juga punya beberapa kisah cinta yang bersambung, bahkan ada yang gagal gue jalin. Nggak bertahan lama seperti kisah cinta gue dan Feby. Gue masih harus banyak belajar dari pangalam-pengalaman yang udah gue dapatkan. Jangan sampai gue terjerumus lagi dalam jurang yang sama.

Cinta kadang bisa membuat kita jadi lebih baik dan jadi lebih buruk. Lebih baik, jika kita bisa menyikapinya secara sederhana. Lebih buruk, jika kita menyikapinya secara membabi buta. Terkadang cinta juga bisa memberikan kita kesempatan yang indah. Kesempatan mungkin bisa datang beberapa kali tanpa kita sadari. Tapi, belum tentu kesempatan yang datang beberapa kali itu seindah kesempatan pertama. Pikirin baik-baik.