Vana keluar dari gedung besar yang nanti siang akan mengadakan pertunjukan piano. Raut wajahnya begitu kesal. Seharusnya hari ini adalah pertunjukan dancenya bersama teman-temannya. Namun gagal karena pertunjukan yang diadakan di gedung besar itu adalah pertunjukan piano oleh Prian Delsh.
"Yaudah si Van, emang belum waktunya kali kita tampil dihadapan umum."
"Udah waktunya dodol. Tapi ga bisa gara-gara pertunjukan badut nya si Dasi. Ah gue punya ide." Senyum licik Vana muncul di wajahnya pertanda dia akan berbuat onar.
"Gue tau dari senyum lo. Vanana lo pasti punya plan rotten dan mau menghancurkan The Bluer building." Sahut Megha dengan muka judesnya.
"Bentar kalo lo mau bikin rusuh gue ga mau ikutan! Ayo cabut Mel! " Oliver sambil menarik tangan mungil adenya.
"Lo kalo mau balik, balik aja si. Gue ga bikin onar ko gue cuman mau ajak ade lo senang-senang. " Sambil merangkul pundak Melisa.
"Awas aja lo kalo macem-macem."
Oliver pergi meninggalkan Vana, Melisa, dan Megha. Setelah Oliver menaiki taksi. Vanna menjelaskan rencananya.
"Okey mari kita bersenang-senang."
***
"Apa gue memang memiliki anti fans?" Kata Rian sambil memandang dirinya dipantulan kaca.
"Huh nyebelin banget dah. Awas aja kalo gue ketemu lo Dasi!" Suara Cewek yang terdengar sangat kesal. Rian pun pergi keluar kamar mandi dan mencari asal suara ini. Ya suara itu berasal dari tempat duduk didekat toilet.
"Why? Keliatannya kesel banget." Rian mendekati Cewek yang raut wajahnya begitu kesal.
Vana terdiam matanya menginterogasi dari kaki hingga ujung rambut.
"Lo nanya? Emang lo peduli apa?"
"Ya gue pengen tau aja si lo kenapa, emangnya salah ya?" Rian pun duduk disamping gadis yang dari tadi matanya masih menginterogasinya.
"Gue kesel. Gue mau liat muka ancurnya dasi. Eh petugas kampret malah bawa kabur dasi." Gadis itu lagi-lagi menyebut seseorang dengan sebutan dasi.
"Dasi? Tuan Delsh maksud lo? Nama orang ga usah lo ganti deh!" Rian mulai merasa kesal karena dia baru menyadari Dasi yang dia maksud adalah dirinya.
"Lah ngapa lo yang kesel nyet. Mulut-mulut gue kok lo yang nyolot!!"
"Ya lo bukannya abis senang-senang ya. Ko masih kesel aja." Rian mencoba bersabar diri.
"Lo kenapa SKSD ya!?"
"Lo ga tau gue siapa?" Rian menyakinkan dirinya bahwa gadis itu benar-benar tidak tau bahwa dia adalah orang yang sangat dibenci oleh gadis itu.
"Engga emang lo siapa!" Mata gadis itu berhenti mengimdasi Rian.
"Kenali gue Rian, dan lo siapa?"
"Parah lo ga kenal gue? Gue Vana Mrtha The Queen Of Dancer." Vana tersenyum menyeringai.
Dari kejauhan terlihat sosok yang mendekati Vana dan Rian. Sosok itu merupakan Nyonya Chelse pemilik Gendung besar yang baru saja dibuat kacau oleh Vana.
"Shiet Nyonya tim bola dateng. Lebih baik gue kabur aja."
Belum sempat Rian mengucap salam kenal, Vana lenyap layaknya ditelan bumi.
"Tuan Delsh maafkan keteledoran sistem keamanan gedung saya. Saya bernjanji tidak akan ada hal seperti ini lagi."
Nyonya Chelse meminta maaf karena dia merasa sangat malu dengan kekacauan yang terjadi ketika Rian sedang perfrom.
"Ah, tidak apa-apa nyonya. Saya tidak akan berhenti tampil digedung ini. Jadi anda tidak usah khawatir." Rian tersenyum manis. Setelah itu Nyonya Chelse pun langsung mengajak Rian untuk masuk kedalam gedung besar yang bernama The Bluer itu.
***
Rian hanya terdiam melihat gelapnya langit malam. Dia masih memikirkan gadis bernama Vana Mrtha yang katanya adalah The Queen Of Dancer. Jika gadis tersebut memang Dancer pasti dia mengenalnya. Tapi pada kenyataannya dia hanya tau sepertinya gadis itu adalah salah satu anti fansnya. Dan karena sosok gadis yang bernama Vana, malam itu Rian tidak menyentuh makan malamnya sama sekali yang membuat seorang Pria paruh baya gundah oleh tingkah Rian yang megitu tidak biasa.
"Rian kamu kenapa? Apa kamu memikir kan masalah tadi siang? Kenapa kamu tidak memakan makanan mu?" Celotehan beruntun itu keluar dari mulu Pria yang sendari memperhatikan Rian. Hanya senyap tidak ada jawaban sama sekali.
"Rian!!!!" Seru Pria itu terlihat sedikit kesal.
"Yeah??" Rian refleks memoleh kearah sumber suara yang dari tadi mengajaknya bicara.
"Rian? Kamu masih memikirkan kecauan tadi siang?" Lagi-lagi pria itu menanyakan hal yang sama.
"Ah tidak uncle. Aku hanya sedikit kelelahan. Makanan ini nanti pasti akan ku makan."
"Baiklah kalo begitu."
Pria paruh baya yang disebut Uncle oleh Rian pun pergi keluar dari kamar Rian dengan senyuman yang sangat hambar.
***
Berbeda dengan Vana dia sedang sibuk mendengarkan Omelan dari Ibu tirinya yang tidak begitu ia cintai.
"Udah ya udah, gue cape mau istirahat. Sambung besok lagi aja."
Vana berlalu pergi meninggalkan perempuan yang adalah tidak lain ibu tirinya. Didalam kamar Vana penuh dengan poster BoyBand korea yang sangat terkenal yaitu Bangtan. Karena BoyBand itulah Vana sangat menyukai Dance. Vana menyadari sesuatu, dia melihat kearah salah satu personil Bangtan yang bernama Jungkook.
"Aigoo! Gue ko ga sadar hari ini kan ada live konser!!."
Seketika pikiran Vana tentang oppa Koreanya terhenti karena melihat ke arah hpnya yang banyak notif chat dari Megha sepertinya sangat penting.
19.45 Mentega : Lo kudu tanggung jawab, kata Oli adenya dibawa kekantor polisi!!!!
19.46 Vanana : Maksud lo? Bentar kantor polisi? Wah bau-baunya ini gara-gara Nyonya Tim sepak bola sama si dasi nih.
19.46 Mentega : ya lo udah paham seharusnya lo tanggung jawab! Lo yang punya ide buat bikin onar di acara Delsh.
Chat terakhir Megha hanya dibaca oleh Vana karena dia merasa sedikit bingung.
"Kalo gue pamit pergi ya pasti di mamam sama nenek sihir. Oke fix gue langsung cabut aja ketimbang cekcok buang-buang waktu."
Vana langsung bergegas menuju rumah Megha, suasana rumah Megha tidak seperti bisanya.
20.15 Vanana : P
20.15 Vanana : P
20.15 Vanana : P
20.15 Vanana : Lo dimana njer yakali jam segini udah ngebo, gue udah didepan rumah lu. Gc!
20.20 Mentega : "Mentega Shareloc"
"Lah ege ngapa malah ngasih shareloc." Vana langsung mencari kontak dengan nama Oli.
20.25 Vana Mrtha : Lo pasti sekarang lagi dikantor polisi kasih tau gue alamatnya.
20.26 Oli : Lo ga usah kesini. Ntar bukannya ade gue keluar dari kantor polisi malah jadi penghuni jeruji!
Vana membuka Shareloc yang diberikan Megha, benar saja itu adalah lokasi kantor polisi. Vana langsung menuju kelokasi yang telah diberikan Megha.
***
"Tuan, pembuat onar dipertunjukkan anda tadi siang sekarang sudah ada dikantor polisi." Jelas salah satu pelayan yang baru saja mendapat telfon dari Nyonya Chelse.
Sontak Rian langsung berlari mengambil kunci mobilnya.
"Tuan Delsh ini adalah salah dua orang yang membuat kekacauan digedung tadi siang." Nyonya Chelse menunjuk ke arah dua gadis yang sekarang ada dihadapannya.
"Bebaskan mereka, saya tidak ingin masalah ini menjadi panjang." senyum manis Rian lagi-lagi muncul yang membuat Nyonya Chelse tidak bisa berkata apa-apa. Megha dan Melisa akhirnya dibebaskan.
Mata Rian tidak berhenti mencari-cari. "Kalian berdua tunggu! Aku tau jika kalian tidak hanya berdua melainkan bertiga bukan? Tolong jika teman kalian yang lain bertanya apa Tuan Delsh datang katakan dia tidak datang."
Megha dan Melisa terlihat sedikit bingung kenapa Rian berkata seperti itu tapi mereka tidak ingin ribet jadi mereka hanya mengiyakan apa yang dikatakan Rian. Setelah masalah di kantor polisi selesai Rian segera memasuki mobilnya.
"Woi! Waitt waiit.!" Teriak suara yang tidak familiar lagi ditelinga Rian. Itu adalah Vana. Rian hanya terdiam tidak berani membalikan badan karena dia takut Gadis mouthdirty itu akan membunuhnya dengan mulutnya yang tajam itu. Ah bukan takut melainkan Rian khawatir bahwa Vana tau siapa dirinya yang sebenarnya.
***