webnovel

Antariksa [ Dari Angkasa ]

Yang dingin belum tentu galak. Rinai merasakannya dengan Antariksa Zander Alzelvin, ketua band The Rocket sekaligus ketos itu mengisi hari-harinya di masa-masa SMA Seperti apa keseruannya? Mari kita halu bagaimana memasuki kehidupan para tokoh seakan-akan berperan di dalamnya

hiksnj · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
51 Chs

15. Ulang tahun Rinai

Antariksa melirik jam dinding yang menunjukkan 11.45 pm. Ia akan mengirimkan suatu ucapan nomor satu untuk Rinai, semuanya tentang Rinai datanya ia dapat dengan mudah. Seperti ini.

Nama: Rinai Pelangi

Tempat, tgl lahir: Jakarta, 17 Agustus 2003

Alamat: Jalan Anggrek

Biodata singkat itu ia dapat di kantor guru. Antariksa menatap ponselnya gamang, untuk nomornya ia meminta Adel saat kemarin cewek itu sebelum beranjak pulang dari lomba.

Flashback

Adel tengah mengaca memeriksa giginya apa ada secuil cabai yang menyangkut. Antariksa berusaha menahan tawa, nanti reputasinya turun sebagai ice boy.

Antariksa berdehem. Adel terperanjat, kikuk. Memasukkan cermin bulat mininya ke dalam tas. "Iya kak?" semoga Antariksa menjaga aib-nya, malu bukan di depan cogan?

"Minta nomornya Rinai," Antariksa terlihat menuntut, tak ada penolakan. Adel mendikte nomor Rinai.

Antariksa menyimpannya, menamai kontak Rinai ❤.

"Jangan bilang,"

Adel mengangguk.

Pukul 12.00 am. Antariksa mengirimkan kata-kata romantis yang telah ia ketik di memo dari Agung si raja gombal.

Bidadari itu tak bersayap. Tapi lebih tepatnya berhijab. Kamu tiba-tiba hinggap tanpa sebab.

Rinai terusik, siapa yang berani mengirimkan pesan di malam hari?

Rinai melirik ponsel Iphone 11 pro max-nya. Tertera nomor pribadi. Pintar sekali, bagaimana ya caranya? Rinai ingin mengirimi pesan kepada para cogan yang fotonya menumpuk di galeri.

Nomor pribadi

Bidadari itu tak bersayap. Tapi lebih tepatnya berhijab. Kamu tiba-tiba hinggap tanpa sebab

Lalu ada lagi, kali ini mengucapkan selamat ulang tahun padanya.

Selamat ulang tahun, Rinai Teratai Anggraeni.

Kesal, Rinai memadamkan ponselnya, tombol matikan daya.

Kalau sampai berita ulang tahunnya tersebar, habis!

☁☁☁

Tak ada pelaku tersangka selain Adel, ia hanya memberikan nomornya pada Adel.

Adel belum datang, mungkin 2 menit 5 detik lagi.

Rinai sudah mengganti nomornya, siapa gerangan orang itu?

Rinai melupakan sesuatu, ia belum memakai dasi dan parfum. Rinai melilih ke toilet, jika ketahuan membawa parfum akan di sita.

Pas sekali saat Rinai ingin menutup pintunya, Antariksa tersenyum mengulurkan tangannya hendak mengucapkan ulang tahun. Segera Rinai banting pintunya, Antariksa terlonjak.

"Emang gak ada yang mau di ucapin sama gue? Siapa?" Antariksa berbicara sendiri, lalu Brian menarik tagannya.

"Apaan sih? Ganggu aja lo," Antariksa menepis tangan Brian.

"Oh, jadi lo gak bagi-bagi kalau Rinai sekarang ulang tahun?" kali ini Brian berubah, biasanya cowok itu masa bodoh. Hadirnya Rinai mengubah dunia dan hati dua adam.

"Emang penting?" Antariksa memilih ke kelas, Brian melontarkan misuhnya.

"Kau emang jancok Antariksa,"

☁☁☁

Benar, fakta tentang Rinai ulang tahun sudah tersebar luas di SMA PERMATA. Seperti halnya Caca, sekarang ia menyiapkan kado spesial untuk Rinai.

Rinai memasuki kelas, di pintu sudah ada air comberan yang di siapkan Tia. Seragam Rinai basah, untungnya ia memakai kaos berwarna hitam. Tak ada henti-hentinya, seisi kelas melemparinya terigu. Lalu Salma, melemparkan 5 telur. Rambut Rinai basah dan lengket. Caca terbahak senang, sedangkan Adel tangannya di ikat serta kakinya juga. Di pojok kelas Dinda menjaga Adel.

"Kita baik kan? Ulang tahun Rinai bakalan membekas," Dinda tertawa remeh, Adel meludahinya. Dinda emosi. "Heh, jaga tata krama lo ya," Dinda menarik kuat rambut Adel, hingga cewek itu berteriak kesakitan.

"Apa? Lo anggep gue cewek cupu yang lemah?" Adel kembali membalas aksi menjambak rambut Dinda. Perkelahian kecil itu tak ada yang menonton, mereka lebih tertatik Rinai yang kini terduduk di lantai. Menunduk, karena Caca menginjak tangannya kuat, sepatu Caca yang ada beberapa bagian tajam menancap kulitnya.

"Sakit, ca," ringis Rinai tak kuat.

Keributan di kelas Ips 5 sampai terdengar oleh Antariksa, ada seseorang yang ia suruh untuk menjaga Rinai. Dengan langkah cepat Antariksa menuju kelas Rinai dengan aura menggelap, siapakah yang menyebarkannya? Setaunya, berkas biodata Rinai sudah ia simpan di lemari dan terkunci.

Pintu Ips 5 tertutup, Antariksa mendobraknya kuat. Antariksa terpaku, melihat Rinai yang terduduk malu dengan tampilan menjijikkan, bau amis telur membuat amarah Antariksa semakin memacu. Ia menatap tajam satu persatu, mencari pelaku sebenarnya. Mereka memundurkan langkahnya.

Adel tersenyum puas, kelengahan Dinda ia manfaatkan mengirimkan pesan pada Antariksa.

Dinda meringkuk di sebelahnya.

'Depannya sok berani, tapi nyali takut gak bisa di titupi.' Adel berusaha melepaskan simpulnya, terlaku mudah. Untung ia pernah mengikuti pramuka.

Antariksa membantu Rinai berdiri. "Pulang ya,"

Rinai tak bisa menolaknya, matanya terasa perih karena terigu yang berusaha masuk.

Adegan romantis Antariksa dengan Rinai di saksikan, terutama tangan Rinai berada di bahu Antariksa.

Caca menendang bangku. "Emang di liat dari apanya sih? Rinai gak ada cantik-cantiknya,"

Adel terbebas, Dinda yang berniat kabur pun ia cegah. "Kaget ya?"

'Sorry del, gue terlalu ngeremehin lo. Ternyata kemampuan lo cerdik juga,' Dinda membatin. Kalau bisa jika Caca berniat jahat ke Rinai, ia mundur saja daripada terluka gara-gara Adel si cewek ganas. Rambutnya masih terasa beedenyut karena tarikan dari Adel yang kuat.

☁☁☁