webnovel

BAB 1 Hai Mantan

Peluit terdengar nyaring, di tengah lapangan mereka dibariskan menjadi berbaris-baris tak terhitung. Para senior yang mengenakan jas almamater kebanggaan menginstruksikan dengan tegas untuk segera berkumpul dan berbaris setelah mendengarkan orasi dari wakil rektor. Rupanya mereka dibariskan untuk pengelompokan prodi.

"Maba tahun ini kayaknya lebih banyak cowok ga sih?"

"Uda lama belajar online gegara Corona." Gadis berjilbab hitam menyahut acuh.

"Lah apa hubungannya?"

"Nggak ada. Cuma nyeletuk aja." Setelah mengucapkan hal random, gadis tersebut diminta salah satu panitia ke belakang barisan guna mengecek kelengkapan atribut mahasiswa baru.

"Dasar lu, cakep-cakep sengklek." Cewek tomboy itu cukup mengerti dengan rekannya, jadi tak terlalu mengelus dada dalam menghadapinya.

Saat ini mereka tengah senam pagi bersama, bukan pagi lagi sebenarnya. Hari sudah terik, waktu menunjukkan pukul 10.30. mereka yang tangah berbaris hanya bergerak sesuai instruksi dan melakukan apa yang disuruh. Orientasi zaman sekarang jauh lebih 'enak' dari pada zaman dulu. Mereka diharuskan mengenakan atribut konyol dan hanya bisa menurut seperti kerbau yang dicocok hidungnya. "Diplonco' istilahnya. Yah, meskipun sebagian besar oknum enggan mengakui hal tersebut, yang jelas mereka diperlakukan semena-mena dengan peraturan aneh buatan panitia. Yah untungnya pada masa Eri tidak lagi seperti itu konsep orientasi semacam itu, tapi biarpun begitu sebagai panitia tidak boleh kehilangan wibawa dan ketegasan. Pas sekali, Eri menemukan seorang mahasiswa bersepatu abu-abu yang jelas melanggar aturan. Sepatu harus hitam.

Eri menarik name tag yang tergantung di leher "tersangka".

"Arsakha Abimanyu," gadis itu terdiam sebentar, kayak nama mantan gue. Eri bergumam lirih, berharap hanya dirinya yang mendengar.

Karena perbedaan tinggi yang cukup signifikan secara tidak sadar Eri menarik name tag tersebut sejajar dengan pandangannya, membuat pemiliknya otomatis berdiri dengan menekuk kedua kaki.

"Hm, Kak..." Suara lelaki berdehem dekat sekali dengan telinganya, membuat gadis itu melirik. Mata keduanya bertemu.

DEG

Nggak mungkin!

Oke, tenang Eri tenang.

"Tahu kesalahan kamu apa?" Eri berusaha tenang, bersikap profesional dan mengabaikan gemuruh di dadanya.

"Tahu."

"Bagus, saya tak perlu mendengar alasan. Yang jelas nanti setelah senam berakhir, kamu maju ke depan."

"Iya, kak."

Setelah berkata hal tersebut Eri bergegas menjauh dari lelaki tersebut. Setidaknya hasil dari patroli tadi ada enam nama yang melanggar peraturan. Para panitia sudah menentukan konsekuensi apa yang akan dilakukan para pelanggar nantinya.

"La, ini serius hukumannya kayak gitu?"

Lala mengangguk semangat.

"Keren 'kan? coba tebak ide siapa?"

Lala, gadis tomboy itu memainkan kedua alisnya naik turun,

"Ide gue dong."

Yah, Eri tidak mungkin melakukan hal tersebut. Akan sangat memalukan baginya, melakukan hal tersebut di depan puluhan orang. Tidak mungkin, dan tak akan pernah!