webnovel

S2-64 BONDING ....

"A miracle ...."

[ANGELIC DEVIL: The Crown]

Apo pun dibalik dan digempur sekali lagi. Omega itu mencengkeram bantal selama dihunjam dari belakang. Hanya membenamkan wajah jika lelah melolongkan desahan. "Ahhh! Phiii, nnnh! Stop--aku capek!" katanya. Tapi malah membuat gerakan Paing semakin cepat. Dia tidak bisa melihat kabut di mata sang Alpha di posisi itu. Dengusannya, atau seberapa kuat bisep-bisepnya ditahan Paing ke ranjang.

Apo pun hanya bisa menyelamatkan diri sendiri dengan tetap bernapas. Puting dan penisnya tergesek-gesek seprai, makin panas, makin bengkak. Lebih-lebih saat Paing menambahi dengan remasan cepat berpindah. "Mmh! Ya Tuhan--!" keluhnya karena klimaks sekali lagi. Dia menggigit selimut karena cairan kental terlolos lega, dan menjilat bibir karena ada cairan lain yang membasahi liangnya.

Spluruuut!

"Apo--"

"AAAAAHHHHH!"

Semua kacau. Tumpah-tumpah. Terus mengalir di pahanya, tapi itu tidak membuat Paing berhenti. Alpha itu menjelajah telinga Apo dengan lidah yang menari. Dia membuat sang kekasih menggapai pondasi ranjang agar tidak digencet terus menerus. Lalu berpegangan selama berlutut menyerahkan diri.

BRUGH!

Oh, jangan salahkan jika Apo sempat ambruk beberapa kali. Sendinya gemetar karena Paing tahan dengan durasi yang lama, sampai-sampai dia membenahi posisi beberapa kali. Lelaki itu meremas leher depannya seperti ingin mencekik. Memasukkan jari ke mulut untuk membuat pelumas. Lalu memuntir puting Apo dengan cubitan yang tiba-tiba.

"Akhhh! Sshhh---shhhh ...." desis Apo. Tapi mereka tidak banyak bicara lagi. Apo hanya mengikuti pergerakan Paing jika Alpha itu mau. Sementara Paing memberikan sentuhan yang Omega itu harapkan.

BRAKHHHHHH!

PRAKHHH!

Lampu tidur ikut jatuh karena nyaris terantuk kepala Apo di nakas. Untung Paing cepat menamparnya jatuh dengan lengan meski perih. Lalu menarik sang Omega kembali ke tengah ranjang. Dia terluka tapi memancarkan api sama panasnya dengan Apo. Lalu mereka saling memakan leher pada ronde ketiga.

"ARGHHHH!"

"SSSHHH."

Paing juga tidak bertanya seperti tadi, karena Apo sudah menarik tengkuknya dulu untuk mengawali.

"GRRRRRRRRHHHH!"

"Aku benar-benar cuma inginkan Phi saja," kata Apo. Lalu menancapkan gigi-giginya pada bagian aroma Paing kedua kali. Dia menindih Alpha itu dalam posisi masih menjepit keperkasaannya. Mencakar di dada bertato. Lalu menjilat darah tengkuk untuk membalas marking Paing. "Sshhh ... hiisshh ...." desisnya tanpa keraguan lagi.

Paing pun menggeram karena Apo benar-benar inginkan bonding darinya. Gigitan Apo yang kedua jauh lebih parah. Menyerang ke bawah. Bahkan sampai melukai tulang selangkanya.

"Apo--hhh ... hhh ...." kata Paing yang menjambak Apo untuk berhenti sejenak. Dia menatap Omega itu karena mata Apo berkilat beringas. Dan tinggal saling gigit sekali lagi jika mereka benar-benar setuju. (*)

(*) Bonding murni membutuhkan perasaan yang mutual. Keyakinan yang mutual, dan efeknya Omega tidak bisa merespon sentuhan Alpha lain selama-lamanya. Caranya adalah saling marking tiga kali pada bagian aroma. Harus dilakukan setelah knotting. Tetap menyatu. Bersifat permanen. Dan bonding hanya bisa hilang jika Alpha-nya mati.

"Phi tidak mau denganku?" tanya Apo dengan dada yang tersengal-sengal. Kedua telapak tangannya di otot perut Paing yang sudah terhias mani-nya. Dimuncrati lagi. Dan kaki Omega itu mengerat karena Paing membengkak di dalam.

"Bukan begitu, Apo. Tapi Phi sudah bilang mungkin akan bunuh seseorang--"

"Aku tetap menunggu Phi kalau nanti sampai masuk penjara," sela Apo. Lalu meremas otot-otot pak itu dengan kukunya. "Akan kubenci siapa pun yang Phi benci. Dan akan kumusuhi siapa pun yang jadi musuhmu. Aku mau," tegasnya dengan kening yang penuh titik keringat. ".... Phi pikir cuma kau saja yang khawatir? Aku pun ingin Phi tetap hidup seterusnya. Bernapas. Jangan mati kalau besok ada sesuatu selama aku tertidur."

"Hhh ... hhhh ...."

Apo kini juga menyentuh perut ratanya. "Di sini, kalau sampai ada baby yang Phi titipkan padaku, akan kulahirkan dia dengan baik. Dan kurawat dia sampai Phi bisa menemuinya." Dia bilang. ".... karena kalau Mile menang di meja sidang. Atau aku tetap terikat bersama dia, Phi ingat. Aku milikmu sampai kapan pun."

DEG

"Apo ...."

Apo pun meneteskan air mata lagi tak terkendali. "Aku cuma mau jadi milikmu sampai kapan pun, Phi. Aku ini tidak mau dengan dia lagi ... hiks ... hiks ... hiks ...."

Paing pun meraih pipi itu dengan jemarinya. Dia sakit hati karena Apo menangis lagi. Dan takkan dia biarkan sang Omega tidak bersambut ketika dia menginginkan yang sama. "Sssssh ... shhh, oke," katanya setelah duduk dan merengkuh dengan satu lengan. Apo pun memeluknya karena tidak bisa abai. Lalu menyandarkan kepala di bahu Paing beberapa saat. "Tapi tenang dulu, hm? Jangan terburu-buru seperti tadi. Ini penting karena kau akan memutuskan hal besar."

Apo pun mengangguk pelan. "Umn."

"Good, hmmmh ...." puji Paing sambil membelai surai-surai hitam Apo. Mereka pun saling menenangkan beberapa saat. Membagi debar jantung dari dada. Karena setelahnya aroma mereka akan bercampur menjadi satu.

...

....

Melebur.

Bergulung-gulung untuk membentuk satu jenis aroma baru, dimana semua orang akan tahu mereka adalah mate.

"Sekarang apa sudah bisa?"

Mereka pun berpandangan sebelum melakukannya.

"Iya, Phi," kata Apo. Belahan bibirnya tampak dihiasi darah tipis-tipis. Sama halnya milik Paing yang mengambil dua marking darinya di dalam mobil.

"Tidak boleh ada penyesalan setelah ini."

...

....

Crakhh!

"ARRRRRRRRGGGGHH!! HHRRGH!"

"GRRRRRRRRRRR!! HRRRRRH!!"

Mereka pun saling menggigit dengan kedalaman taring masing-masing. Geraman Apo tidak kalah garang dengan milik sang mate. Makin keras. Dan darah mengucur deras dari tengkuk keduanya.

Tes ... tes ... tes ... tes ... tes ... tes ....

Cukup untuk membuat seluruh rongga mulut menjadi anyir.

DEG

Namun, bohong jika Apo tak terkejut melihat air mata turun dari sang Alpha. Dia sampai berhenti terisak meskipun menangis juga. Lalu bertanya apa Paing baik-baik saja.

"Ha ha ha ha ha, menurutmu?" tanya Paing. Lengkap senyum khas gigi gingsul yang Apo sukai. ".... kau pikir bagaimana Phi yang memikirkan kau masih ingin kembali," katanya. "Phi kadang gagal fokus saat bekerja. Bingung sendiri, tapi tidak dalam posisi benar menuntutmu untuk bersamaku."

Meski tegang, Apo malah tertawa terbahak-bahak. "HA HA HA HA HA HA HA! YA AMPUUUUUNNN!" katanya, dengan air muka yang cerah. Dia pun memperlihatkan senyum paling lebar dan bangga ... lalu mencium Alpha menggemaskan di depannya ini.

BRUGH!

"Apo--"

"Hmmh! SHUT UP!" kata Apo sembari menekan pipi-pipi sang mate. Bokongnya pun maju mundur untuk memuaskan hasrat mereka. Terus berlanjut, dan inilah gilirannya tidak melepaskan Paing Takhon. "Pokoknya Phi sudah jadi punyaku .... hhh ...."

Keduanya pun menikmati malam panjang dengan perasaan yang membaur. Kemelut konflik rasanya hanya bumbu dalam hidup, padahal itu bisa mencekik mereka sewaktu-waktu--PERSETAN! Apo hanya ingin menggenggam tangan Paing kemana pun dia pergi. Dan dia hanya ingin mengikuti Paing kemana pun Alpha itu pergi.

Ke neraka?

Semuanya tidak buruk jika sudah sampai di titik ini.

"Hmmhhh, Apo ...."

"Phiii ...."

Mereka saling memanggil di bawah selimut untuk kesekian kali. Dengan mata yang menatap, bibir mengecup, tubuh melebur--lalu mendekap erat hingga pagi tiba.