webnovel

10. Transaksi tanpa Anna

"Aku paham kau tidak ingat apa yang terjadi di taman, Tirtan mengatakan jika kau mengalami kehilangan memori jangka pendek."

"Bukan kehilangan memori jangka pendek tapi aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi di sana," batin Anna, dia sangat kesal dengan apa yang terjadi padanya. "Jika bukan karena aku tidak ingin identitasku yang sebenarnya ketahuan aku pasti telah membunuhmu," lanjutnya lagi menatap Elang.

"Aku tidak ingin mengambil resiko jika ingatanmu kembali itu membuatku dalam bahaya. Karena itu, aku menawarkan pernikahan padamu."

"Kau ingin mengurungku dalam mansion ini bukan menawarkanku pernikahan, lagipula aku tidak akan menikah denganmu."

"Tapi kau tidak punya pilihan. Aku tidak suka seseorang menolak tawaranku."

Sepotong daging sapi kualitas mahal tengah diiris oleh Elang, lengan tangannya ketika memotong daging membuatnya begitu sempurna dengan postur tubuh atletis.

"Apa kau tidak mendengar apa yang aku katakan? Aku tidak akan menikah denganmu, dan menghabiskan waktuku di dalam mansion ini." Anna lagi-lagi menegaskan dirinya menolak.

Entah berapa kali pun ia ingin mengatakan hal itu, selalu saja pria taipan di depannya begitu kekeh ingin menjadikan Anna wanitanya.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Anna membuat Elang menggenggam erat pisau makan, dia pun telah kewalahan untuk membuat wanita dihadapannya bertekuk lutut. Untuk pertama kali dia berhadapan dengan wanita yang keras kepala.

"Sebaiknya aku harus pikirkan cara keluar dari mansion ini segera," batin Anna sambil melirik ke arah sekitar yang dipenuhi oleh para pengawal.

Elang yang melihat lirikan mata Anna itu tersenyum. "Jangan berpikir untuk kabur, mansion ini memiliki begitu banyak pengawal yang berjaga dan terlatih, kau seorang diri tidak mudah mengalahkannya."

Anna mengerutkan keningnya. "Tidak mudah? Sepertinya aku harus mengeceknya satu-satu agar tahu seberapa terlatihnya mereka,"

"Bagaimana jika, menikah denganku kau kubebaskan kuliah dan part time seperti biasanya, atau kau bisa bekerja di perusahaanku? Bagaimana?"

Elang begitu percaya jika Anna akan menyetujui tawarannya, apalagi bekerja di perusahaannya menjadi idaman begitu banyak orang.

"Bagaimana kau tahu aku bekerja part time?"

"Tidak ada yang tidak kudapatkan, aku mengecek riwayat hidupmu."

Dia tidak percaya jika pria di hadapannya begitu tertarik dengan kehidupannya, sampai mengetahui tentang dirinya, hal itu membuat Anna sedikit takut jika ada celah membuat pria tahu mengetahui rahasianya.

"Apa kau seorang penguntit, mencaritahu tentangku?"

"Mendapatkan informasi tentangmu, sangat mudah untukku," ucap Elang sambil menyesap wine miliknya. "Ngomong-ngomong, gaun itu sangat cocok denganmu," puji Elang tetapi Anna bukan tipe yang termakan dengan pujian. "Sepertinya kau ahli bela diri."

"Ya, cukup untuk mematahkan tulang, melindungi diri."

"Pukulanmu pada Tirtan cukup keras."

"Biarkan aku kembali."

"Kau bisa melakukan apapun. Tapi, aku tidak akan membiarkanmu pergi dari pengawasanku."

"Termasuk mengurungku di mansion ini?"

"Ya."

Anna menaruh garpu miliknya dengan kasar. "Apa kau gila?"

Dia tidak habis pikir, bagaimana bisa pria di depannya begitu membuatnya kesal. Dia harus pergi dari rumah ini, karena ada transaksi yang harus dihadiri olehnya.

"Biarkan aku pergi, aku janji tidak akan mengatakan pada siapapun jika aku ingat tentang rahasiamu."

Elang tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh Anna, dia tidak mudah percaya setelah begitu banyak pengkhianatan yang terjadi padanya.

"Tidak, kau harus tetap di sini."

Ervin mendekat ke arah Elang kemudian berbisik.

"Baiklah. Mari kita beraksi," ucap Elang sambil melap sudut bibirnya. "Kau tetaplah di sini, atau kau akan tahu akibatnya membuatku marah. Jadilah anak baik. Sampai aku kembali."

"Hei, kau mau pergi ke mana?"

"Em. Membunuh seseorang," ucap Elang sambil tersenyum.

Mobil Elang tengah dalam perjalanan menuju lokasi transaksi, tentu saja asistennya Ervin menemaninya dengan setia. Bukan hal besar apa yang dia lakukan saat ini, menggagalkan transaksi serta merebut barang dari musuhnya apalagi jika menyangkut klien yang memiliki pamosok lain, hal itu akan membuatnya ingin mengacaukan transaksi.

Lengannya tengah berada di sandaran tangan, pikiran masih terfokus pada Anna dan dress yang dikenakan oleh wanita itu. Potret wajah begitu jelas dalam memorinya.

"Tuan, kita dapat masalah," seru Ervin membuyarkan lamunan tuannya.

"Katakan, ada apa?"

"Mata-mata kita ketahuan, saat ini mayatnya berada di markas. Kepala terpotong, sebelumnya dia telah mengirimkan pesan, beberapa hal yang diketahui setelah itu, aku kehilangan kontak dengannya."

Dia semakin penasaran bagaimana bisa begitu cepat mata-mata mereka ketahuan. Perasaannya saat ini begitu begitu kesal mendengar hal itu. Anak buah yang dikirimkan bukan anggota baru tetapi anggota yang telah telah terlatih bertahun-tahun, tetapi masih saja ketahuan.

"Berapa orang yang telah kita kirim?"

"Sepuluh orang, tujuh orang yang telah tewas,.

"Kita kehilangan anggota terhebat kita. Apa pesan terakhir yang dikirimnya?"

"Tidak ada, sebelum dia mengatakannya seseorang membunuhnya."

Elang menatap dingin ke arah depan. Apa dia telah kalah dengan organisasi yang baru dibentuk, bahkan untuk menembus organisasi itu begitu susah, dan berakhir dengan kematian anggotanya. Dia semakin penasaran dengan pemimpin organisasi itu.

"Apa ada informasi tentang pemimpin Re'Donna?"

"Belum pernah ada yang bertemu dengan pemimpin Re'Donna, selain pria bernama Denn Kavin, pria itu selalu mewakili pemimpin Re'Donna."

Satu dalam pikiran Elang saat itu, ia teringat dengan EL Group, perusahaan itu pun tidak pernah ada yang mengetahui tentang siapa pemiliknya, semuanya hanya mengunakan perwakilan, tetapi dia membuang jauh pikiran itu.

"Dapatkan informasi tentang pria itu,"

"I-itu, sulit. Sistem pertahanan Re'Donna sangat sulit ditembus."

"Tidak becus. Apa tidak ada yang bisa membobolnya? Aku merekrut peretas terhebat bukan untuk bersenang-senang dengan semua yang kuberikan pada mereka."

Ervin melihat tuannya yang tengah emosi, membuatnya sedikit merinding.

"Aku akan mengusahakannya."

"Aku benci gagal, Er."

Di lain tempat Denn tengah menghubungi Anna—boss tetapi tidak tidak terhubung. Sangat aneh, bosnya tidak dapat dihubungi, biasa wanita itu akan sampai tepat waktu, tapi lima belas menit telah berlangsung belum juga ada kabar kedatangannya.

"Apa dia bersamamu?" tanya Denn ketika panggilannya terhubung. "Tidak ya, baiklah terima kasih," ucapnya lagi kemudian mematikan telepon secara sepihak.

Sebenarnya Anna biasa pergi seperti ini, tetapi akan memberi kabar. Telah beberapa hari tidak ada kunjungan ke markas hal itu membuatnya sedikit merasa aneh.

"Boss, apa yang akan kita lakukan? Klien telah menunggu sejak tadi."

"Kalian pergi lebih dulu, setelah itu, amankan area yang akan dilakukan transaksi. Persiapkan diri kalian, jika sesuatu hal mungkin terjadi, bisa saja musuh mengetahui aktivitas kita."

"Baik, kami akan berangkat sekarang. Bagaimana dengan anda?"

"Kalian pergi tanpaku, aku akan menunggu Nona," ucap Denn sambil mencoba untuk menghubungi Anna, tetapi tidak ada jawaban. Bahkan dia menghubungi nomor yang hanya diketahui olehnya tetap saja tidak ada yang mengangkat panggilannya. "Nona, anda ke mana, sih. Apa kau lupa jika hari ini kita akan melakukan transaksi?"