webnovel

Alunan Cinta

Adara Fredelina gadis biasa yang bekerja di perusahan tambang batu bara bingung harus memilih nada cinta yang yang dibawakan oleh dua orang pria padanya. Alunan cinta energik dan penuh petualangan yang dibawakan oleh Hanzel Manuru mengalum indah mengisi hari-harinya. Sementara alunan cinta romantis nan lembut yang dibawa oleh Arya Mahardika telah lebih dulu bersimfoni dihatinya. Alunan cinta tersembunyi yang dimiliki oleh Diandra semakin membuatnya tambah bingung harus memilih yang mana. Sebuah permainan takdir datang dan membuatnya harus memilih satu alunan cinta yang harus ia mainkan seumur hidupnya. Alunan cinta manakah yang akan dipilih oleh Adara untuk menghiasi hidupnya kelak?

Adara_Wulan · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
56 Chs

37. Tragedi Di Malam Valentine

Tanggal empat belas Februari dimana orang-orang menyebutnya dengan hari kasih sayang dan merayakannya dengan memberikan berbagai macam kado yang indah untuk pasangannya, tak lupa cokelat pun tak pernah ketinggalan diberikan untuk orang yang mereka sayangi atau mereka spesialkan.

Euopria Hari Valentine tak pernah hadir dalam hidup Adara karena diajaran agama yang ia anut Valentine bukanlah tradisi mereia selain itu ia juga bukan penggila Valentine. Baginya kasih sayang itu bisa diberikan setiap hari dan setiap saat bukan hanya di tanggal empat belas saja.

Ucapan Valentine dari Diandra  lewat chat hari ini hanya ia balas dengan emot senyum saja. Pagi-pagi Aqilla sudah memamerkan cokelat yang ia dapat dari Raffa.

Adara memokuskan pikirannya pada tugas yang masih menumpuk bahkan tumpukkannya bertambah banyak, tiba-tiba seorang mekanik bertubuh tinggi dan memiliki wajah yang ganteng walaupun dihiasi kulit yang berwarna hitam ditubuhnya datang menghampiri Orien.

"Buat kamu." Mekanik yang bernama Dwi langsung buru-buru pergi seteleah memberikan sebatang cokelat pada Orien.

"Lah dalah kok malah kabur koyok ngelihat genderuwo aja," celetuk Orien.

"Cieee nggak papa, Rien. Yang penting dapat daripada zonk kayak Adara," sindir Aqilla.

"Apaan sih." Satu buah pulpen berhasil Adara daratkan di kepala Aqilla.

"Aw, sakit tahu." Ringis Aqilla.

Hari ini berlalu seperti biasanya tak ada yang spesial Adara melangkahkan kakinya dengan gontai menuju kamar kosan. Di kejauhan ia melihat sosok Diandra sedang berdiri di depan kamarnya sambil membawa sebuah boneka yang besar dan satu buah kotak berbentuk hati berwarna maroon.

"Hai, Ra." Sapa Diandra ketika Adara sudah berdiri dihadapannya.

"Hai, udah lama?" Tanya Adara.

"Nggak kok baru aja," jawab Diandra.

"Yuk, masuk." Ajak Adara ketika pintu sudah terbuka.

"Nggak usah, Ra. Aku buru-buru mau balik ke tambang kebetulan lagi shift malam. Hmm, ini buat kamu, Ra. Met hari Valentine yah." Ucap Diandra seraya memberikan boneka dan kotak hadiah itu pada Adara.

"Makasih banyak, Ndra." Ucap Adara ketika menerima hadiah itu.

"Semoga kamu suka, Ra. Aku pamit ya, ntar kita lanjut lagi di telepon" Ucap Diandra lagi.

Adara mengangguk padanya lalu menutup pintu kamar kosan. Adara membuka kotak berbentuk hati yang ternyata  berisi cokelat cantik yang terdiri dari beberapa bentuk. Adara meletakkan kotak itu di kasur lalu bersiap mengganti pakaian.

Baru saja membuka satu kancing bajunya yang paling atas ketukan kembali terjadi, kali ini giliran Hanz yang muncul di depan pintu.

"Halo tuan Puteri Adara Fredelina." Ucap Hanz ketika wajah Adara muncul dibalik pintu.

"Hai Hanz, ayo masuk," ajak Adara.

"Makan di luar yuk, Ndu5." Ucap Hanz ketika sudah berada di dalam kosan.

"Hmm, boleh tapi aku mandi dulu ya," jawab Adara.

Hanz mengangguk lalu Adara meninggalkan Hanz beberapa saat untuk mandi dan berganti pakaian setelah itu mereka meluncur ke rumah makan yang cukup terkenal di Kem Baru. Setelah menikmati makan malam mereka pun kembali ke kosan.

Adara terkejut dan was-was melihat lampu kamar kosan yang mati padahal ia ingat sekali sebelum pergi lampunya dalam keadaan menyala semua. Dan ia baru ingat bahwa pintunya tak ia kunci karena kuncinya hilang entah kemana saat mereka akan berangkat keluar tadi.

Dengan gegas Adara melangkah ke kamar kosan namun ketika hendak membuka pintu Hanz justru menarik tangan Adara dan menutup kedua mata Adara dengan tangannya.

Dengan tuntunan Hanz Adara melangkah pelan menuju ke dalam kosan, perlahan Hanz melepaskan kedua tangannya dimata Adara. Bibir Adara terbuka lebar, matanya takjub tak kala beberapa lilin menyala di dalam kamar kosan membentuk sebuah hati, taburan bunga mawar memenuhi bagian dalam lilin tersebut.

Sebuah boneka beruang berwarna cokelat duduk di tengah-tengah lilin sambil memeluk setangkai bunga mawar dan satu kotak kecil berwarna pink.

"Happy Valentine Day Ndut." Hanz tersenyum di antara keremangan cahaya lilin.

"Makasih Hanz," ucap Adara terharu.

Hanz melangkah pelan ke arah lilin dan mengambil kotak kecil yang ada dipelukan boneka beruang, Hanz berdiri di hadapan Adara lalu membungkuk dan memasangkan sebuah cincin yang cantik dari dalam kotak kecil itu ke jari manisnya. Adara tersenyum bahagia menatap cincin indah yang tersemat di jari manisnya

"Hm ... Ndut-"

Tiba-tiba ponsel Adara berdering dan membuat Hanz terhenti untuk melanjutkan lisannya, dahi Adara  mengkerut melihat nama Asnan tertera di layar.

"Angkat aja, Ndut. Siapa tahu penting," ucap Hanz lagi.

"Maaf ya Hanz." Adara menepi ke dinding dan mengangkat telepon dari Asnan.

Persendian kaki Adara seketika lunglai, air mata  pun ikut jatuh seiring jatuhnya tubuh Adara di lantai. Hanz menatap Adara bingung dan cemas.

"Ada apa, Ndut? Kenapa kamu nangis begini?" Hanz memegang kedua pundak Adara.

"Arya, Arya Hanz. Tolong anterin aku ke HIS, Hanz." Lisan Adara  dalam isakan.

"Iya, oke. Aku antar tapi kenapa dulu dengan Arya?" Tanya Hanz bingung.

"Arya ... Arya accident." Adara tak kuasa membendung tangisnya, Hanz membenamkan kepala Adara di dadanya dan membiarkan air mata Adara membasahi bajunya.

Di Workshop.

Arya memandang lesu dan tak bersemangat pada jejeran Haul Truck yang sedang breakdown di Workshop, tuntutan produksi yang tak boleh putus menuntutnya harus segera mereadykan beberapa unit yang breakdown.

"Pfiuh, akhirnya." Arya mengelap lega keringat yang mengalir deras selama dua jam, akhirnya satu unit bisa direadykan tinggal tujuh unit lagi.

"Istirahat, dulu Ya." Tegur Asnan.

"Nanggung Nan, pak Guntur udah teriak-teriak," balas Arya.

"Teriakan pak Guntur apa Adara yang ngebuat kamu memaksa diri bekerja dengan keras, Ya." Sindir Asnan. Arya hanya diam tak merespon.

"Kalau kamu emang suka sama dia langsung bergerak jangan di tunda-tunda, Ya. Toh, kamu juga udah sendiri nggak ada ikatan lagi sama si Alya." Ceramah Asnan lagi.

"Udah, ah. Aku cuma nganggap dia adek doang, Nan." Arya berjalan ke sudut Workshop mendatangi Haul Truck yang breakdown.

"Ya!" Teriak Asnan, Arya berhenti dan memutar tubuhnya ke asnan.

"Pakai topeng las, lagi ada pengerjaan welding di unit itu," teriak Asnan lagi.

"Tenang, aman Nan. Aku ngecek bentar doang kok." Jawab Arya sambil berlalu melangkah ke unit yang ada di sudut Workshop.

Asnan hanya menggelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya itu. Asnan pun kembali masuk ke kolong Haul Truck lainnya yang breakdown. Baru sepuluh menit Asnan memasuki kolong Haul Truck terdengar suara gaduh di unit yang baru saja didatangi Arya.

Serta merta Asnan pun berlari ke arah sumber kegaduhan, Asnan berteriak panik ketika melihat Arya terkapar bersimbah darah di bagian lehernya.

"Ya, bangun Ya. Sadar Ya, sadar. Jangan sampai kamu tertidur Ya! Ah sial, kenapa ini? Ambulance cepat panggil AMBULANCE!" Teriak Asnan panik.

Ambulance pun tiba dan langsung mengangkut Arya ke klinik perusahan namun karena peralatan yang minim dan Arya harus di operasi maka ia di bawa ke rumah sakit Harapan Insan Sendawar yang ada di Barong Tongkok untuk segera di tindak.

Arya dibawa dalam keadaan tak sadarkan diri karena mengalami luka yang cukup serius, sebuah serpihan besi terbang dan menancap ke lehernya dan dicurigai mengenai arteri kirotidnya sehingga mengalami pendarahan hebat dan kecil kemungkinan untuk selamat.

Saat masih setengah sadar ia terus memanggil nama Adara, setelah mendengar penjelasan dari dokter klinik Asnan langsung memghubungi Adara.