webnovel

ALif

[Spiritual-⚠️Romance Act] Ingatlah setiap tangan yang menadah ke langit, tidak akan pernah kembali dalam keadaan kosong. Makbul tidak makbul doa kita itu adalah rahsia Allah. Jangan pernah jemu berdoa, sebab Allah tak pernah jemu mendengar suara kita ketika merintih padaNya. "Ketika kebenaran sudah dalam genggaman, Maka jadilah air yang mengalir. Tak ada yang menghalanginya mencapai tujuan". Memang menyakitkan ketika realita tidak semanis ekspetasi, itulah yang Alif rasakan ketika penghulu sudah di depan mata namun wanita yang ia cintai malah menikah dengan pria lain. Manusia hanya bisa berencana, Allah yang menentukan. Ketika masa depan sudah Alif rancang sebaik mungkin namun tetap Allah lah yang mentukan. Dunia seakan berhenti seketika saat Alif mengetahui semua hal yang ia sendiri tidak mau tahu. Seperti halnya, Akan ada pelangi setelah hujan badai yang lebat Menikah adalah nasib, mencintai adalah takdir, kou bisa berencana menikah dengan siapa. Tapi tak bisa kou rencanakan cintaMu untuk siapa". ~Sujiwo tejo.

siti_Nurdilah · Politique et sciences sociales
Pas assez d’évaluations
4 Chs

Ikhlas

Aku tidak percaya cinta itu bahagia melihat orang lain bahagi, akan tetapi aku percaya

Cinta itu belajar mengikhlaskan melihat orang lain bahagia.

"Astaghfirullah. Tapi kamu ga papakan? Besok kalau kamu mau ke rumah sakit lagi, ibu ikut ya. Ibu mau ucapin terimakasih udah nolongin kamu" Ucapnya setelah mendengar cerita dari Dara sang anak.

"Yah, tapi besok Dara sekolah" tuturnya terdengar lesu.

"Kalau pulang sekolah gimana?"

"Gini aja Bu, besok ibu sama bang Alif aja ke rumah sakitnya. Kebetulan ka kejora mahasiswi bang Alif, entar Dara nyusul pulang sekolah. Gimana?"

"Oya? Mereka saling kenal dong kan satu universitas? Tapi ngomong-ngomong Abang kamu ko belum pulang ya?"

"Kayanya beda fakultas deh, soalnya tadi bang Alif kaya yang ga kenal gitu. Tadi si bilangnya mau cari ka Sarah"

"Oiya Bu dara mau tanya dong, bang Alif bukannya pernah mondok ya?"

"Pernah, cuman 2 tahun. Kenapa emang?"

"Ga papah pengen tau aja. Kenapa gitu harus ka Sarah. Bukannya dara ngga ngedukung cuman, gimana ya rasanya aneh aja gitu"

"Insyaallah nanti kalau Sarah udah jadi istrinya Alif, Alif bakalan ubah Sarah secara perlahan. Alif cuman butuh doa restu dari mamah. Tiap ibu tanya pasti Abang kamu jawabnya gitu"

"Assalamu'alaikum" ucap Alif yang baru saja membuka pintu.

"Waalaikumsalam. Nah itu Abang kamu pulang"

"Panjang umur"

Alif berjalan dan tersenyum hangat kepada dua wanita yang sangat ia sayangi.

"Kebetulan lagi kumpul. Alif bawain kue Klepon kesukaan kalian"

"Gimana kerjaannya lancar? Pasti cape istirahat gih"

"Alhamdulillah lancar mah, cape nya pas di kantor. Kalau di rumah ilang"

Jika sudah di pertemukan dengan yang namanya kue Klepon yang bulat ijo-ijo di tabur kelapa dalemnya gula merah. Dara di buat lupa diri lihat saja dia sudah menghabiskan 4 potong.

"Bang Alif beli kuenya kurang banyak. Liat ni ibu ga ke bagian. Ibu buat dara aja ya" katanya sambil mengedip-ngedipkan kedua matanya.

Alif dan Rosa menoleh ke arah dara mereka serempak menggelengkan kepalanya. Padahal dalam dus masih tersisa banyak kue.

"Iya makan aja, abis itu kamu tidur" demi sang anak.

"Siap 45 Ibu"

"Oiya Lif besok temenin mamah ke rumah sakit ya"

Alif diam sejenak untuk mencernah ucapa sang mamah. Ah iya Alif ingat pasti Dara sudah menceritakan perihal kejadian yang menimpanya.

"Iya ma insyaallah, kalau gitu Alif ke kamar ya mau bersih-bersih" pamitnya yang di balas anggukan oleh Rosa sang mamah.

Setelah mengganti pakaiannya, Alif mengambil laptop yang terletak di kasur. Ia berjalan ke arah balkon. Menikmati udara malam sepertinya bisa membuat Alif kembali fresh.

Menjadi CEO di perusahaan PT. Samuel Grup tidak termasuk dalam Lis hidup seorang Alif. Selepas sang ayah meninggal karena kecelakaan 9tahun yang lalu, Alif yang sedang mondok di Depok terpaksa harus pulang dan melanjutkan sekolahnya.

Di usianya yang baru 16 tahun, Alif harus melihat sang mamah yang bekerja keras menggantikan sang ayah apalagi sambil mengasuh Dara yang masih berusia 8 tahun.

Ayah Alif dan ibunya Dara adalah kakak beradik. Waktu itu 9 tahun yang lalu, Samuel ayah Alif berangkat ke luar kota untuk menangani salah satu perusahaan cabangnya yang mengalami kerugian. Kebetulan Samuel di temani oleh Reza ayah Dara karena mereka adalah father yang cocok dari segi apapun.

Seperti sudah menjadi kebiasaan, Salma ibu Dara selalu menemani sang suami. Alif bersyukur karena waktu itu sang mamah tidak ikut karena sedang tidak enak badan. Mungkin kalau ikut, ah Alif tidak bisa membayangkannya. Sedangkan Dara ia memilih untuk menemani Rosa yang sedang tidak enak badan.

Menurut keterangan dari polisi mobil yang di kendarai ayah Alif ada yang menyabotase. Samuel dan Reza meninggalkan di tempat, sedangkan Salma sempat di larikan ke rumah sakit dan di tangani oleh dokter, dia bertahan setelah memberi amanat kepada Rosa untuk menjaga dan menyayangi Dara seperti anak kandungnya sendiri.

Kasusnya di tutup 5 tahun yang lalu karena polisi tidak mendapatkan bukti apapun.

Menurut Alif itu adalah masa yang paling sulit, dimana dia dan sang mamah serta Dara harus membuka lembaran baru. Yang awalnya Rosa sebagai istri dari Samuel yang sama sekali tidak tahu menahu soal bisnis, dia harus ambil alih perusahaan karena dia harus membiayai Alif dan Dara, dia tidak ingin hidup di kasihani oleh orang-orang.

Sedangkan Dara yang masih kecil harus kehilangan kedua orangtuanya secara bersamaan. Terkadang Dara sering berfikir kenapa waktu itu dirinya tidak ikut bersama papah dan mamah nya saja. Tapi disisi lain dara juga bersyukur karena memiliki Rosa dan Alif yang sangat menyayangi dirinya. Sering kali Dara mencoba menyebut Rosa dengan panggilan mamah namun hasilnya dia malah teringat kepada sang mamah yang telah di panggil tuhan lebih dulu, dan itu sebabnya dara memanggil Rosa dengan sebutan ibu.

Banyak pertanyaan kenapa, kenapa Alif yang harus mengali semua ini kenapa dan kenapa. Bersamaan dengan itu Sarah hadir menjadi teman yang selalu ada di samping Alif. Hingga pada akhirnya Sarah menyatakan perasaannya kepada Alif. Alif yang tahu diri akan sikap baik Sarah kepadanya ada rasa tidak enak jika harus menolak. Akhirnya Alif menerimanya, dan dua bulan kemudian Alif datang kepada kedua orang tua Sarah dengan niat ingin meminangnya.

Alif sadar dari pertama kali ia memperkenalkan Sarah kepada sang mamah dan Dara, mereka berdua sepertinya kurang menyukai Sarah. Namun Alif berhasil meyakinkan mereka berdua.

Suara petir menyadarkan Alif dari lamunannya.

"Astaghfirullah" Alif mengusap wajahnya, dia melihat cuaca yang berubah menjadi lebih dingin sepertinya akan turun hujan.

Alif menutup kembali laptop yang sempat ia buka namun ta sempat ia baca.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah 10, Alif mengunci pintu dan jendela kamarnya. Dia baringkan tubuhnya di king size yang membuatnya nyaman.

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Pernahkah kou bayangkan , setegar apa embun yang di basuh hujan di suatu pagi?

Sejak tadi malam sampai sekarang pagi menyapa, hujan nampaknya masih tidak mau reda. Selepas sholat subuh kejora masih setia mendengarkan rintik hujan yang menurutnya menenangkan.

"Selamat pagi mba, saya bawakan makanan. Mba makan dulu ya"

Kejora menoleh ke arah suster yang sedang berjalan kepadanya sambil membawa nampan.

Kejora tersenyum ke arah suster tersebut "pagi kembali sus, terimakasih"

"Sama-sama kalau gitu saya permisi, semoga mba kejora cepat sembuh"

"Aamiin terimakasih"

Kejora menoleh ke arah sang bunda yang masih tertidur di sofa "pasti pegel, bundakan belum pernah tidur di sofa. Mau aku bangunin kasihan dari kemaren pasti belum istirahat"

"Makanannya di makan Ra, bukan di aduk-aduk gitu, sini bunda suapin"

"Loh bunda udah bangun? Prasaan barusan Rara liat masih tidur"

"Barusan kapan? Ini bubu nya udah dingin"

Kejora membuka mulutnya saat sang bunda menyuapinya dan benar saja buburnya sudah dingin. Kejora melihat ke arah jendela, hujan sepertinya sudah reda.

"Oiya Ra, bunda mau pulang dulu mau mandi, ganti baju, dari kemaren belum mandi bau acem" katanya sambil mencium ketiak sebelah kanannya

"Maaf ya bunda. Kejora ngerepotin bunda, ayah, sama bang Daniel terus"

"Ga boleh ngomong gitu ah, aaa satu suap lagi, abis"

Kejora memeluk sang bunda "makasih bunda"

"Bunda pulang sekarang ya keburu siang takutnya macet"

Kejora menganggukan kepalanya.

"Entar bunda telpon bang Daniel biar temenin kamu, takutnya bunda ke Restoran dulu ketemu ayah"

"Salam buat ayah ya bund"

"Iya, kalau gitu bunda pulang sekarang ya. Assalamu'alaikum kamu istirahat aja"

"Waalaikumsalam hati-hati bunda"

Kejora mencoba memejamkan matanya berkali-kali namun nihil matanya tidak ingin di ajak tidur. Kejora memencet tombol nurse call dan tak lama kemudian suster datang.

"Permisi mba ada yang bisa saya bantu?"

"Aku boses sus, bisa antar saya ke taman?"

"Mba tunggu sebentar, saya ambil dulu kursi roda"

"Terimakasih"

Hanya 5 menit dan sekarang suster tersebut sudah kembali lagi dan membawa sebuah kursi roda.

"Mari mba" suster tersebut membantu kejora untuk duduk di kursi roda.

Jarak antara kamar rawat kejora dan taman rumah sakit cukup lumayan jauh. Dan kini kejora sudah sampai.

"Kita sudah sampai mba. Kalau gitu saya permisi karena harus mengecek pasien yang lain, saya mohon maaf tidak bisa menemani mba. Kalau butuh sesuatu mba bisa panggil suster yang lain"

"Ah tidak papa. Terimakasih sudah mau mengantar"

Kejora melihat orang yang berlalu lalang, baru saja ia memejamkan matanya namun tetes demi tetes air turun dari langit "yah hujan" paniknya sambil berusaha memutar roda dengan kedua tangannya yang sudah basah karena air hujan.

Kejora melihat ke sekelilingnya, sepertinya tidak ada orang yang bisa ia minta tolong. Mereka sibuk berteduh.

Kejora ikhlas jika dirinya masih terjebak di taman, lagian dia menyukai hujan. Terkadang ia selalu berfikir apa salah hujan sampai banyak yang tidak menyukainya. Ah entahlah, meski begitu tangan kejora masih berusaha memutar roda.

"Biar saya bantu"

Seseorang mendorong kursi roda kejora, Suaranya tidak begitu jelas karena suara hujan lebih mendominasi.

"Pak Alif" jantung kejora berdegup lebih kencang saat ia menengok dan Alif lah yang membantunya.

"Terimakasih pak" katanya yang hanya di balas anggukan.

Alhamdulillah kejora berkata dalam hati setelah sampai di kolidor rumah sakit, dengan pakaian yang sudah basah kuyup.

"Terimakasih pak atas bantuannya"

"Ya"

Alif membuka jasnya yang terlirik oleh ekor mata kejora. Kejora berinisiatif untuk kembali ke kamar rawatnya, dingin di tubuhnya sudah mulai ia rasakan.

"Kalau begitu saya permisi. Assalamu'alaikum"

Alif yang baru selesai melipat lengan kemejanya menoleh ke arah gadis yang baru ia bantu.

"Waalaikumsalam, tunggu"

Kejora menghentikan kursi roda nya dan menoleh ke arah Alif.

"Biar saya antar ke ruang rawat kamu"

"Tapi saya bisa sendiri pak"

"Jangan ngaco. Coba liat telapak tangan kamu"

Kejora melihat telapak tangannya yang memerah dan jari-jarinya yang mengeriput karena memang dingin.

"Nih pake, luarnya memang basah. Dalemnya ngga"

Alif memberikan jas yang tadi ia pakai. Kejora menormalkan raut wajahnya yang terkejut dan tak lupa detak jantungnya.

"Terimakasih" Kejora mengatakannya lirih namun masih bisa di dengar oleh Alif.

"Terimakasih"

Kejora menaikan sebelah alisnya, makasih buat apa. Bukannya Alif yang sudah membantu kejora.

"Sudah nolongin Dara"

Oh soal Dara

"Sama-sama. Tolong menolong kan memang sudah tugas manusia"

"Tidak semua manusia"

"Ya, memang. Akan tetapi sebaik-baiknya manusia, yang bermanfaat bagi orang lain"

Suasana kembali hening sampai akhirnya mereka sampai di ruang rawat kejora.

"Kamu kejora ya?"

Meskipun tidak mengenal wanita paruh baya yang sedang berdiri di hadapannya, kejora memberikan senyuman manis ke pada wanita tersebut.

"Ko Tante tau?"

"Aku juga tau siapa bapakmu dan aku juga tau siapa tuhanmu"

Alif, kejora dan wanita tersebut menoleh ke arah pintu yang entah sejak kapan sudah ada makhluk yang mirip dengan Daniel.

"Bukan Abang kejora" cicit kejora sangat pelan namun masih bisa Alif dengan karena posisinya yang berada di belakang kejora.

"Becanda Ra, segitunya"

"Tadi kata Tante-

"Tante Rosa" kata wanita yang mendapatkan tatapan dari Daniel yang mengisyaratkan namnya siapa.

"Tadi bunda nelpon nyuruh kesini nemenin kamu, cuman pas Abang nyampe sini kamu nya ga. Cuman ada Tante rosa, trus katanya kamu ada di taman. Yauda Abang susul mana ujan. Eh pas udah nyampe taman Abang keduluan deh Ama dia" Daniel menunjuk Alif dengan dagunya.

Seolah mengerti dengan tatapan bingung kejora, Rosa akhirnya memperkenalkan diri.

"Perkenalkan Tante ibunya Dara mamahnya Alif. Semalem Dara cerita katanya kamu yang nolongin dia, Tante kesini mau jenguk kamu, sekalian mau ngucapin terimakasih. Terimakasih banyak sudah menolong Dara. Pas udah sampai ternyata kamarnya kosong, yauda Tante suruh Alif buat nyari kamu. Kalau udah pulang kan ga mungkin orang barang-barangnya masih ada"

Pantas saja Alif menerobos masuk ruangan padahal kejora meminta Alif mengantarnya hanya sampai depan pintu saja. Ternyata sudaha ada mamahnya di dalam menunggu dia.

"Aduh nyampe lupa itu baju kalian basah. Kejora ganti baju gih tar masuk angin, ayo Tante anter. Alif kamu juga ganti baju"

"Alif kan ga bawa baju ganti mah"

"Pakai baju saya. Biar saya ambilkan" Daniel mengambil kaos putih dan celana jeans miliknya yang kemaren ia bawa.

"Terimakasih"

"Bener kata Dara ya, kamu cantik, manis lagi"

Kejora yang baru saja keluar dari kamar mandi dan langsung mendapat kan pujian langsung tersipu malu "terimakasih. Tante Rosa juga cantik"

"Andai Alif masih sendiri pasti Tante minta kamu buat jadi calonya Alif"

Itu juga yang sering kejora minta kepada Rabbnya. Jika memang Alif bukan untuknya kejora ikhlas. Berikanlah Alif jodoh yang lebih baik darinya.

"Kejora ko ngelamun. Ayo Tante bantu naik ke atas ranjang"

Kejora menoleh ke arah sang Abang yang tengah asik mengobrol dengan Alif, sepertinya mereka berdua sudah mulai akrab.

"Assalamu'alaikum, Dara yang paling cantik yang paling imut anaknya ibu Rosa datang  mbawakan bajigur, pasti kalian membutuhkan kehangatan dikala hujan melanda"

"Dara ini rumah sakit jangan teriak-teriak ah" Rosa menegur sang putri, tidak rumah tidak dimana sikapnya selalu sama.

"Ya monmaaf hehehe"

Dara menyalami semua orang yang berada diruangan kecuali Daniel.

"Ngapain kamu ngeliatin saya"

"Anu om itu di jidat om ada nyamuk"

Daniel menepuk jidatnya lumayan keras.

"Tapi boong yhaa" katanya sambil berlari ke arah sang ibu untuk berlindung.

"Dasar bocah"

Mungkin kalau di film kartun saat ini telinga Daniel mengeluarkan asap. Bagaimana tidak bocah seperti Dara memainkannya.

Beda halnya dengan kejora, Alif dan Rosa mereka menahan tawa melihat wajah Daniel yang memerah karena menahan amarah.

"Duh nak Daniel Tante minta maaf ya, Dara memang nakal. Dara minta maaf sama bang Daniel, kalau ngga bunda minta bang Alif buat potong uang jajan kamu"

"Ishh. Dara minta maaf om"

"Mah. Alif ke kantor ya ada berkas yang harus Alif tanda tangani"

"Ah iya hati-hati"

"Kalau mau pulang telpon Alif aja. Biar Alif jemput"

"Iya Alif"

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam"

"Om mau tidak?" Dara menawarkan Daniel bajigur yang ada ti tangannya.

Daniel yang asik main hp hanya menoleh ke arah Dara.

"Sombong amat"

Rosa yang berada di samping Dara mengelus tangannya, berharap putrinya tidak memancing keributan.

"Oiya Bu, fitting baju pengantin nya jadi?"

Uhuk uhuk uhuk

"Kejora gapapa? Pelan-pelan aja bajigur nya masih panas"

"Gapap Tante. Di lanjutin aja ngobrol nya"

"Oiya. Gatau bang Alif belum ngasih tau ibu"

Kejora memejamkan kedua matanya kejora kuat, ga boleh nangis. Tugas kita hanya menjalani takdir Allah dengan ikhlas. Jangan tanya kenapa,  karena Allah tahu yang terbaik untuk kita.

"Kejora kenapa? Ada yang sakit lagi ya? Mau Tante panggilkan dokter"

"Bu. Dara panggilku dokter ya itu muka ka kejora merah"

"Tidak perlu. Kejora memang seperti itu kalau memakan makanan yang masih panas" setelah sekian lama menyimak akhirnya Daniel angkat suara.

"Bener nak?"

Kejora menganggukan kepalanya sebagai jawaban "maaf ya Kejora sudah buat khawatir Tante sama Dara"

"Harusnya dara yang minta maaf" katanya penuh penyesalan.

"Gapapa Dara kan gatau. Lagian sayang kalau udah dingin bajigur nya ga enak"

"Masih ada yang harus saya tanda tangani?"

"Sudah selesai pak"

Alif bangkit dari duduknya "Baik. Kalau ada apa-apa kamu langsung hubungi saya"

"Oiya pak, jangan lupa besok ada meeteng dengan Elfathan Internasional grup jam 10 pagi"

Alif melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti, baru saja sampai di depan pintu benda pipih di saku jasnya berdering.

"Hallo. Assalamu'alaikum mas Alif"

"Waalaikumsalam ada apa Sarah?"

"Mas bisa tolong aku ngga"

"Kamu kenapa"

"Mobil aku mogok. Mas bisa jemput aku ngga"

"Kamu Sherlock"

"Ok. Terimakasih mas Alif"

"Kejora ngambil jurusan apa"

"Komunikasi dan penyiaran Islam Tante"

"Semester berapa?"

"Alhamdulillah udah semester 5"

"Wah bentar lagi wisuda dong"

"Tante doain ya semoga kuliahnya lancar"

"Aamiin"

"Tapi Dara salut deh sama ka kejora. Bisa jaga diri ngga kebawa jaman gitu"

"Alhamdulillah. Karena emang lingkungannya juga  yang ngedukung.

"Mah pulang yu. Dara banyak PR ni"

"Mama telpon bang Alif dulu ya"

"Assalamu'alaikum Lif. Kerajaan udah selesai belum?"

"........"

"Mamah sama dara mau pulang bisa jemput?"

"......."

"Oh ya sudah kamu jemput Sarah saja"

"....."

"Gapapa. Mamah sama dara bisa naik taksi"

"...."

"Waalaikumsalam"

"Gimana Bu?"

"Bang Alif jemput ka Sarah katanya mobilnya mogok"

"Terus ibu bolehin?"

"Ka Sarah kan lebih membutuhkan"

"Ok fine. Terus kita pulang naik taksi?"

"Tante sama Dara biar bang Daniel yang anterin aja ya"

Daniel yang sedang fokus dengan laptopnya menoleh ke arah Kejora dan menaikan sebelah alisnya karena tidak terlalu menyimak percakapan mereka.

"Bang anterin Dara sama Tante kejora ya"

"Gausah repot-repot Ra Tante sama Dara naik taksi aja"

"Gapapa Tante mari saya antar" Daniel bangkit dari duduknya dan berjalan keluar "Saya tunggu di luar"

"Kalau gitu Tante sama Dara pulang dulu ya"

"Iya Tante hati-hati ya"

"Dadahh, besok Dara kesini lagi boleh?"

"Boleh dong"

"Assalamu'alaikum. Semoga cepet sembuh ya"

"Waalaikumsalam. Aamiin terimakasih tante"

Kejora menarik nafas dan memejamkan matanya.

Fitting baju pengantinnya jadi, bang Alif jemput ka Sarah katanya mobilnya mogok kata-katanya terus berputar di otak kejora. Susah payah menahan untuk tidak menangis dan akhirnya kejora menyerah cairan bening keluar dari kedua matanya.

Beruntung sekali wanita yang bernama Sarah. Alif yang kejora pikir akan memprioritaskan ibunya di atas segalanya namun ternyata pria tersebut lebih memilih untuk menjemput kekasihnya.

Ya Rabb kini hamba ikhlas benar-benar ikhlas

Berikanlah dia kebahagiaan dengan pilihannya.