webnovel

Istriku, Suamimu Datang

Éditeur: Wave Literature

Nian Lie berdiri di pintu. Mata hitamnya menatap tangan dua orang yang ada dalam ruangan terrsebut, ribuan lapis gelombang amarahnya memuncak.

"..."

Di luar pintu, manajer dan Lu Zhui ada di sana. Melihat adegan yang ada di dalam ruangan, tidak ada yang berani berbicara.

Semuanya terdiam, seakan membeku.

"Lu Zhui."

Pria itu terkejut dan segera mengerti. Dia berdiri di depan manajer untuk mencegahnya mengganggu percakapan ketiganya.

Pintu lalu tertutup.

Nian Lie berjalan dengan kaki panjangnya. Tubuh tingginya seakan mengintimidasi keduanya.

Ning Qing menggerakkan bibirnya ingin mengatakan sesuatu, tapi Nian Lie mendahului nya.

Dia melirik piring di atas meja dengan wajah dinginnya yang membuat orang ingin menjauh.

"Tuan muda Yan sungguh menarik."

Yan Sichen melepaskan Ning Qing kemudian bersandar di tepi meja dengan tangannya yang mengenakan jam tangan yang indah.

Dia mengangkat kepalanya sedikit lalu menatap Nian Lie.

Nadanya tidak mau kalah. "Tuan muda Nian juga."

Tangan besar Nian Lie menarik kursi ke belakang.

Dia duduk, menyilangkan kakinya yang panjang secara alami, kemudian bersandar di sandaran kursi.

"Tuan muda Yan adalah teman kecil istriku. Karena kamu adalah temannya maka tentu saja kamu juga adalah temanku."

"..."

Dia menyalakan sebatang rokok lalu menyelipkannya di antara jari-jarinya. Auranya bagai seorang raja yang sangat dingin.

Ning Qing menatapnya dari samping dan tidak merasakan aura pertemanan darinya.

Matanya yang dingin melintas di wajahnya, Ning Qing pun menurunkan tatapannya tanpa sadar untuk menghindari menatapnya.

Aura dingin di tubuh Nian Lie meningkat.

Dia bertanya, "Apa yang kalian berdua bicarakan barusan? Beritahu aku, biarkan aku mendengarkan juga."

Sikapnya yang kasar membuat Yan Sichen tidak tahu bagaimana harus bereaksi untuk sementara waktu.

Ning Qing membenci sikapnya. Matanya yang jernih dipenuhi aura dingin, "Jangan berbicara dengan kami dengan nada ini."

"Kami?"

Dia menaikkan suaranya sedikit hingga membuat punggung Ning Qing kaku.

Nian Lie mencibir, "Istriku, apakah kamu salah orang? Suamimu ada di sini."

"..."

Ning Qing gemetar tak terkendali.

Bukan karena kata 'istriku' itu terdengar manis, tetapi karena dia mendengar ancaman dan peringatannya dibalik kata tersebut.

Puntung rokok sudah menyala hingga setengah. Abunya jatuh di tanah berwarna kayu, hancur menjadi debu kecil, dan tidak bisa dilihat lagi.

Ada senyum tipis dan dingin di bibir Nian Lie, "Jika tak ada lagi yang mau dikatakan, maka ikut aku."

Dia mengubah wajahnya begitu cepat. Dia bangkit kemudian memotong jarak di antara mereka, meraih lengan Ning Qing, lalu menariknya keras tanpa belas kasihan.

Wajah Ning Qing menjadi pucat.

Yan Sichen berdiri tiba-tiba, memegang lengan Nian Lie, dan menghentikannya dengan suara berat, "Nian Lie!"

"..."

"Kamu melukainya!"

Senyum Nian Lie berubah menjadi ekspresi yang menakutkan, ada sedikit kegilaan di wajahnya.

"Dia adalah wanitaku. Terserah aku, apakah itu sakit atau tidak. Tuan muda Yan tidak bisa menemukan wanita untuk diajak bermain, jadi kamu mengurusi istriku?"

Ning Qing menatapnya kaget. Dia… dia bisa-bisanya mengatakan kata-kata buruk seperti itu!

"Nian Lie, apa yang kamu katakan?" Pada saat yang sama dia merasa tersakiti, matanya memerah.

"Di matamu, apakah semua pria dan wanita bertemu untuk melakukan hal yang menjijikkan seperti itu?"

Nian Lie tidak mengatakan apa-apa.

Ning Qing tersenyum pasrah, air mata memenuhi matanya, "Ya, kamu bahkan meragukan istrimu sendiri. Siapa lagi yang akan kamu percayai?"

Dia berkata dengan dingin, "Jika kamu benar-benar menganggap dirimu sebagai istriku, kamu harusnya tahu batasanmu."

Ning Qing bertanya kembali, "Apakah kamu menganggap dirimu sebagai suamiku ketika skandal itu muncul di luar?"

Nian Lie menggertakkan gigi, kemarahan mewarnai mata hitamnya yang merah, "Lalu kamu pikir dia siapa?"

"Orang baik." Ning Qing menatapnya kemudian mengatakan, "Jauh lebih baik darimu."

"..."

Nian Lie menutup matanya rapat-rapat.

Dia tahu bahwa jika dia terus berbicara dengannya, dia tidak akan bisa mengendalikan dirinya sendiri.

Ketika dia membuka matanya lagi, sudah ada keheningan yang dingin di dalam matanya.

Dia menatap Yan Sichuan yang terdiam, dengan aura kebencian.

"Dia baru saja bertemu beberapa wanita di hotel pagi ini, dan sekarang dia ada di sini bersamamu. Ning Qing, penglihatanmu sangat bagus."