webnovel

21. Pencopet Kecil

Lee Zou yang kebiasaannya adalah bermain pedang dan makan batu, tak sengaja tenaganya membuat Zeanly kesakitan. Bayangkan seorang gadis yang lemah lembut, anggun menawan harus diperilakukan kasar seperti ini, ewoookk! Muntah.

"Maaf saya sengaja," ucap Zou tersenyum jail.

Zeanly mendengus sambil membuang muka, tubuhnya memberontak malah membuat tangan Zou semakin kencang mengikatnya.

"Lepas atau …"

"Apa?" Sahut Zou dengan nada menatang.

Zeanly memutar bola matanya malas, jika keadaan genting seperti ini, Zeanly harus mengeluarkan semua akal piciknya dan …

'DUGH!'

Mata Lee Zou melotot, dengan gigi yang bergemertak dan wajah yang memerah menahan sakit. Matanya juga juling, tangannya pun repleks memegangi area vitalnya.

Yaa, Zeanly dengan hebatnya baru saja menendang kemaluan Zou dari belakang. Zeanly sedikit menjauh dan menatap Zou remeh, "Keren bukan? Makan tuh mules," tawa Zeanly lalu berlari kabur.

Zou hanya bisa meringkuk menangisi telurnya yang seakan ingin pecah. Boro boro mengejar, berdiri saja ia merasa berat.

"Sialan kau gadis tengil! Lihat saja, akan ku balaskan dendam adik ku," ujarnya meringis sakit.

Bukan main, kini Zeanly sudah berada di dekat pasar ikan. Kebetulan sekali ia melihat anak kecil yang berani mencopet uangnya. Dengan cepat dia menghampiri bocah itu lalu menjewer kupingnya.

"Aduhh aduh aww sakiitt!"

Zeanly tersenyum puas setelah mendengar ringisan sakit dari bocah itu. Setelah melihat siapa yang menjewernya, anak kecil itu yang tadinya berani menjadi ciut.

"Ehehe …" Tawanya kikuk.

Zeanly mengerutkan dahi, "Ehe?" Ulangnya.

'Plakk!'

Satu tamparan keras mendarat di pantat anak itu, Zeanly berkacak pinggang seolah seperti seorang kakak yang akan memarahi adiknya.

"Aduh! Kakak ini preman pasar ya? Galak sekali," ucap anak itu mengelus bokongnya perih.

"Lo yang preman pasar bocah! Kecil kecil udah nyopet aja lo kerjaannya, sini balikin duit gue!" Bentak Zeanly.

Anak itu terlihat menggaruk tak gatal tengkuknya, tersenyum canggung.

"Kenapa lo liatin gue kayak gitu? Udah sini mana duitnya!" Zeanly menyodorkan telapak tangan meminta uangnya dikembalikan.

"Hey nak! Ini kepitingnya ya."

Seorang bapak bapak memberikan kepiting berukuran besar yang setengah sadar pada anak kecil itu, anak itu menerimanya dan si bapak pun pergi.

Anak itu beralih menatap Zeanly lalu menyodorkan kepiting tersebut padanya. Zeanly mengerutkan dahinya bingung lalu menunjuk kepiting itu.

"Buat gue?" Tanya Zeanly dan anak itu mengangguk kaku.

Zeanly yang tadinya mood kesal kini berubah tersenyum senang, "Woahh … Baik juga lo Somat. Yaudah sini, buat gue aja."

Zeanly mengambilnya, melihat lihat kepiting itu yang terlihat banyak sekali daging. Gadis itu menatap anak itu dan menyodorkan tangannya lagi.

"Duit gue mana?" Pinta Zeanly.

Anak itu tersenyum canggung lalu menunjuk takut pada kepiting tersebut, "Itu …"

Zeanly seketika mengerti, tumben dirinya tidak lemot.

"Ya ampun lo bocah kencur, lo nyopet duit gue buat beli kepiting?" Tanya Zeanly seakan tak percaya.

Anak itu menunduk dan mengangguk pelan.

"Lo semiskin apa si sampe harus nyopet? Kan bisa minta uang ke ortu lo, udah cepet anter gue ke emak lo dan nih, kepitingnya gue balikin."

Anak itu menolak saat Zeanly menarik tangannya, "Apa lagi hah? Lo takut dimarahin emak lo kan?" Tebak Zeanly dan salah ternyata.

"Terus apa?" Ia kesal sekali.

"Se-sebenernya saya gak niat ambil duit kakak. Tapi, saya disuruh temen saya buat curi uang kakak. Kepiting itu saya beli pakai uang sendiri," jawabnya jujur.

Zeanly berdecak, "Heleh … Jujur aja udah, lo alesan kan biar gue kasian sama lo?" Ujar Zeanly.

Anak itu dengan cepat menggelengkan kepala.

"Enggak kak, Cupi gak bohong."

"Cih, bentukan lo doang kek anak laki, nama dikasih Cupi." Kekeh Zeanly.

"Ih serius kak. Kalau gak percaya, liat aja tuh mereka lagi ngitung uang kakak," tunjuknya pada beberapa anak yang berada tak jauh dari sana.

Zeanly mencoba menoleh, dan benar saja. Anak anak lainnya tengah menghitung uang hasil copetan. Zeanly dibuat geram, ia mengira jika anak ini adalah korban perundungan bocil club.

"Yaudah, lo gue maafin. Tapi awas aja ya, kalau lo berani nyopet lagi? Gue aduin emak lo," ancam Zeanly yang kini mengikhlaskan uangnya.

Dia merebut lagi kepitingnya dari anak yang bernama Cupi itu. Lalu setelahnya dia pergi, sambil berfikir untuk dimasak apa dan dimana kepiting jumbo ini.

Saat melewati anak anak kecil lainnya, ia mendengar percakapan mereka.

"Syukurlah kita udah dapet uang banyak hari ini."

"Itu hasil nangkap kerang kan? Nah kalau ini hasil nangkap kura kura."

Mendengar itu, Zeanly tersadar jika Cupi baru saja membohonginya. Dia menoleh ke belakang, dan benar saja anak tengil itu berlari kabur sambil menjulurkan lidahnya pasa Zeanly, mengejek.

"Dasar bocah tengik, awas aja lo kalau gue udah balik, gue cepuin ke emak gue!" Teriak Zeanly mengeluarkan kekesalannya.

Dia berjalan lagi tanpa tujuan, kesal sekali untuk hari ini. Saat dipinggir pantai, singkat waktunya dia sudah membuat api unggun buatan.

Dia menambahkan batu pinggiran kali yang bersih untuk menjadi wajan. Sambil membersihkan kepiting, Zeanly tak hentinya mendumel.

"Emang nyebelin ya tu bocah, gak di masa depan gak disini ada aja bentukan bocah tengil kayak gitu. Kalau gue udah balik, gue aduin ke emak bapak lo. Kesel banget gue,"

Dia tidak tahu apa siapa dirinya? Beli bobba 1 lautan juga dia sanggup.

Mendengar kegaduhan, Zeanly celengak celinguk. Tidak ada siapapun yang tengah berkelahi, tapi anehnya dia mendengar suara adu jatos.

"Beraninya kau meniduri istriku!"

"Kau saja yang bodoh, karena membiarkan istrimu kesepian!"

"Dasar bedebah! Awas saja kau akan ku habisi!"

"Kau pikir aku takut? Hah!"

Suara mereka semakin terdengar, Zeanly bangkit dan berdiri. Ia berjalan kesana kemari hanya untuk memastikan apa ada orang. Lalu pandangannya terpokus pada 2 pasang pria dan wanita dipinggir pantai dan terhalang oleh batu besar.

Zeanlu berjalan mendekat kesana, ia bersembunyi dibalik batu yang sangat besar. Dengan perlahan ia menguping.

"Sudah! Kalian ini apa apaan? Jika kalian tidak mau saling berbagi diriku, maka lepaskan aku saja."

Zeanly menutup mulutnya agar tidak kelepasan tertawa, "Muka mirip ikan betok aja belagu selingkuh," bisik Zeanly tertawa tak bersuara.

"Tidak! Bukan itu masalahnya, masalahnya kau telah berselingkuh dibelakang ku Yuji!"

"Mau apa kau? Bukannya selama ini kau tak ada waktu untuk ku kan?" Balas wanita itu pada laki laki yang di duga suaminya.

Zeanly asik mendengarkan sampai tidak sadar jika seseorang sudah ada didekatnya.

"Asik nontonin apa sih?" Bisik orang itu di dekat Zeanly.

"Shutt … Jangan berisik, entar ketahuan," sahut Zeanly berucap pelan.

Orang itu tertawa kecil, dari suara dan tawanya membuat Zeanly terdiam sesaat. Tunggu dulu, rasanya Zeanly pernah mendengar suara itu. Tapi … Siapa?