webnovel

Merasa Bersalah

"Ayah, maafin aku." Raline bergumam dengan mata yang terpejam, hal itu membuat Daffa merasa bersalah karena sudah memperlakukan Raline dengan sangat kasar.

  Setelah menghubungi Alvaro, Daffa pun mengompres kening Raline berharap demamnya akan turun sebelum Alvaro datang bersama dokter.

  "Daffa!" Daffa beranjak dari tempatnya karena Alvaro datang secepat itu.

  "Kau tidak jadi ke rumah sakit?" tanya Daffa.

  "Aku akan ke apartemen dulu, tapi kau sudah menghubungi aku lagi, kau kenapa?" tanya Alvaro.

  "Aku baik-baik saja, tapi Raline sakit, dia demam tinggi," jawab Tristan.

  "Sebentar lagi dokter datang, jika Raline sudah bangun, kau tanya siapa nama ibunya, aku ada urusan lain," ucap Alvaro.

  "Cih ... urusan lain, aku tau kau sudah ada janji dengan wanita lain," ucap Daffa.

  "Diam bodoh, ayahku meminta aku pulang," ucapan Alvaro membuat Daffa mengerutkan keningnya.

  "Tidak biasanya kau mau pulang ke rumah orang tuamu," ucap Daffa.

  "Aku terpaksa datang!" ucap Alvaro dengan kesal.

  "Pergi lah," ucap Daffa.

  "Ya, kau mau aku pesankan makanan untuk kalian?" tanya Alvaro.

  "Tidak perlu," jawab Daffa.

  "Oke, ingat apa yang aku katakan tadi," ucap Alvaro.

  "Ya," ucap Daffa saat Alvaro keluar, dokter pun datang, mereka langsung menuju kamar di mana Raline berada, ternyata gadis itu sudah terbangun dari tidurnya.

  "Dokter datang untuk memeriksa keadaanmu," ucap Daffa dengan wajah datarnya.

  "Aku baik-baik saja, tidak perlu diperiksa oleh dokter," ucap Raline dengan suara lirih.

  "Diam lah, jangan keras kepala," ucap Daffa. Raline pun tidak ingin berdebat lagi dengan Daffa karena saat ini kepalanya benar-benar terasa sakit.

  "Dokter, jangan hiraukan dia," ucap Daffa.

  "Baik, Tuan," ucap dokter lalu dia segera memeriksa keadaan Raline.

  "Dia hanya demam dan tekanan darahnya sangat rendah, namun pola makannya juga harus dijaga karena asam lambungnya sedikit tinggi," ucap dokter.

  "Anda juga suka makanan yang pedas, Nona?" tanya dokter lagi, Raline hanya menganggukkan kepalanya dengan perlahan.

  "Untuk saat ini, hindari dulu makanan yang pedas dan istirahat yang cukup, ini resep obatnya, semoga Anda lekas sembuh," ucap dokter lalu memberikan resep obat kepada Daffa.

  "Terima kasih, Dokter," ucap Raline.

  "Sama-sama," ucap dokter lalu pergi, begitu juga dengan Daffa yang berlalu begitu saja tanpa mengatakan apa-apa kepada Raline.

  "Ya ampun, sebenarnya apa yang dia inginkan." Raline berkata dengan lirih, lalu dia duduk bersandar di tepi ranjang Raline mengambil tasnya yang ada di atas nakas lalu mengambil ponselnya, banyak sekali pesan dan panggilan tak terjawab dari Bian.

  "Maafin aku, Bian," ucap Raline lirih lalu dia menghubungi perawat yang biasa menemani Farhan, ternyata di sana ada Hanna, jadi Raline tidak terlalu merasa khawatir.

  "Aku harus ke rumah sakit sekarang," ucap Raline sambil berusaha untuk bangun dari ranjang.

  "Tapi, gak mungkin ke rumah sakit pake baju kayak gini, mau gak mau aku harus ke rumah dulu ganti baju, lagian ini ada di mana sih," ucap Raline sambil dengan perlahan berjalan keluar kamar.

  "Mewah banget," ucap Raline dengan pandangan yang mengitari setiap sudut ruangan, tempat itu benar-benar mewah untuk Raline.

  "Tapi kok sepi, apa pria gila itu gak ada di rumah." Raline terus berjalan dengan perlahan hingga dia sampai di dapur.

  "Dapurnya lebih luas dari pada kamar aku," ucap Raline lalu dia mengambil gelas dan mengisi air karena dia merasa sangat haus, setelah merasa segar, Raline segera keluar dari apartemen Daffa, dia harus pergi sebelum Daffa kembali, Raline berjalan perlahan menuju lift, saat pintu lift terbuka, mata Raline terbelalak sempurna karena Daffa yang ada di dalam sana, pria itu bahkan menatap Raline dengan tatapan tajamnya.

  "Kau mau kabur dariku?" tanya Daffa dengan wajah datar.

  "Ti-tidak," jawab Raline dengan gugup.

  "Lalu kenapa kau di sini?" tanya Daffa dengan alis yang terangkat.

Tanpa mengatakan apa-apa lagi Daffa langsung menarik lengan Raline dan membawa Raline kembali ke kamarnya.

  "Aku harus pergi, ayahku ...."

  "Pikirkan dulu kesehatanmu, baru kau boleh memikirkan ayahmu," ucap Daffa langsung menyela ucapan Raline.

  "Biarkan aku pergi," ucap Raline memohon, namun Daffa sama sekali tidak menghiraukan ucapan gadis itu, Daffa langsung mengunci pintu dan pergi ke dapur menyiapkan makanan untuk Raline.

  "Makan lah," ucap Daffa sambil menyodorkan makanan dan obat kepada Raline. Namun Raline hanya menggelengkan kepalanya dengan perlahan hal itu membuat Daffa menghela nafasnya dengan panjang lalu mengambil sendok dan menyodorkannya kepada Raline.

  "Aku bisa makan sendiri," ucap Raline lalu mengambil sendok yang dipegang oleh Daffa.

  Raline pun makan dengan perlahan karena dia merasa gugup terus diperhatikan oleh Daffa. Beberapa saat kemudian ponsel Raline berdering, ternyata Bian yang menelponnya.

  "Halo, Bian ...." belum sempat Raline melanjutkan ucapannya, Daffa langsung merebut ponsel Raline dan mematikan ponsel wanita itu, bahkan Daffa memasukkan ponsel Raline ke dalam saku jasnya.

  "Kenapa kau ...."

  "Cepat habiskan makananmu dan minum obat, setelah itu kau istirahat lagi," ucap Daffa menyela lalu beranjak dari tempatnya.

  "Siapa nama ayahmu?" tanya Raline.

  "Farhan!" jawab Raline dengan cepat karena dia sedang tidak ingin berdebat dengan Daffa tanpa mengatakan apa-apa lagi, Daffa masuk ke salah satu kamar yang bersebelahan dengan kamar Raline.

  "Ponselku!" Raline baru menyadari jika ponselnya dibawa oleh Daffa tadi.

  "Gimana caranya telpon Arvan," ucap Raline dengan lirih, dia menghela nafasnya dengan panjang kenapa dia harus terjebak di tempat ini sekarang, dia harus segera pergi karena ayahnya sangat membutuhkan Raline saat ini.

  "Kenapa harus ketauan sama dia sih," gerutu Raline lalu dia merapikan piring dan gelas bekas makan, Raline segera mencuci semua piring namun ....

  Praang

  Karena tangannya sangat licin, Raline tidak sengaja menjatuhkan piring hingga pecah berserakan di lantai.

  "Kenapa kau keras kepala, aku sudah katakan kau harus istirahat," ucap Daffa yang langsung keluar kamar karena mendengar suara benda pecah.

  "Maaf," ucap Raline dengan lirih.

  "Cepat kembali ke kamarmu, besok pagi aku antar kau bertemu ayahmu," ucap Daffa.

  "Aku ingin bertemu ayah sekarang," ucap Raline.

  "Saat ini kau sedang tidak baik-baik saja, jadi kau harus menuruti apa yang aku katakan," ucap Daffa.

  "Aku mohon, aku ingin bertemu ibu sebentar saja," ucap Raline memohon, Daffa menghela nafasnya dengan panjang lalu dia pergi ke kamarnya.

   Sedangkan Raline masih di sana untuk membersihkan pecahan piring yang berserakan di lantai, tak berapa lama, Daffa pun kembali dengan membawa hoodie.

  "Pakai ini, kau tidak bisa ke rumah sakit dengan pakaian kurang bahan seperti itu," ucap Daffa sambil memberikan hoodie kepada Raline.

  "Terima kasih," ucap Raline dengan senyuman cantik yang mengembang di bibirnya.