webnovel

Bantuan Sarah?

"Ap-apa?" tanya Raline dengan suara yang bergetar, dia benar-benar tidak tau jika Farhan sampai melakukan itu agar Raline bisa kuliah.

"Munafik, sudah aku katakan, kau itu benalu yang hanya bisa menyusahkan aku dan suamiku!" maki Sarah.

"Cukup, Tante, tidak seharusnya Tante melakukan ini kepada Raline, dia tidak tau apa-apa dan hanya ingin mendapatkan uang agar Om Farhan bisa segera dioperasi, seharusnya Tante juga membantu Raline, karena yang sedang kritis di rumah sakit saat ini adalah suami, Tante!" maki Bian yang mulai geram melihat perlakuan Sarah kepada Raline.

Sarah pun menatap Bian dengan nyalang dan dia tersenyum licik karena memikirkan sesuatu.

"Baiklah kalau begitu, aku juga harus melakukan sesuatu untuk suamiku bukan, berapa uang yang kalian butuhkan?" tanya Sarah dengan alis yang terangkat dan lengan yang terlipat di dada. Hal itu membuat senyuman hadir di sudut bibi Raline, dia senang karena akhirnya Sarah mau membantunya untuk membayar biaya operasi Farhan, Raline pun beranjak dari tempatnya sambil menghapus air matanya.

"Cepat katakan sebelum aku berubah pikiran!" ucap Sarah dengan tatapan tajamnya.

  "Seratus delapan puluh juta, Ibu benar-benar mau bantuin aku?" tanya Raline dengan penuh harap.

  "Tentu saja, aku pasti membantu kamu," jawab Sarah dengan senyuman liciknya. Namun Bian memandang lekat wajah wanita paruh baya yang ada di hadapannya ini dengan memperhatikan gesture tubuh Sarah, Bian merasakan ada hal buruk yang sedang direncanakan oleh Sarah. Bian pun mendekati Raline lalu berbisik kepadanya.

"Hati-hati, Raline, kayaknya ada sesuatu yang gak beres." Bisik Bian.

"Gak, Bian, aku yakin Ibu bakalan bantu aku kali ini," ucap Raline.

"Tapi ...." ucap Bian terhenti lalu kembali memandang Sarah.

"Kalian meragukan aku?" tanya Sarah dengan alis yang terangkat dan tangan yang melipat di dada.

"Tentu saja, dari mana Tante mendapatkan uang yang sangat banyak dalam waktu sekejap?" tanya Bian yang tak kalah menatap tajam kepada Sarah.

"Bukan aku yang melakukan itu, tapi dia!" jawab Sarah sambil menunjuk kepada Raline.

"Aku?" tanya Raline sambil menunjuk kepada dirinya. Namun Sarah hanya menyunggingkan senyuman penuh kemenangannya, sedangkan Bian sudah mengerti apa yang Sarah maksud.

"Jika Tante melakukan itu, aku akan melaporkan Tante kepada Om Farhan dan polisi!" ancam Bian.

"Lelaki itu sudah tidak bisa melakukan apapun, lakukan saja apa yang kau mau, aku tidak peduli!" ucap Sarah dengan tatapan tajamnya, lalu dia beralih menatap Raline.

"Kau ingin mendapatkan uang dengan cepat bukan?" tanya Sarah kepada Raline.

"Iya, Bu," jawab Raline, namun Bian menatapnya dengan lekat lalu menggelengkan kepalanya.

"Kau tentu bisa menghasilkan uang itu dalam waktu satu malam, ikut aku sekarang!" Sarah langsung menarik lengan Raline agar dia ikut pergi bersamanya.

  "Kita mau ke mana, Bu?" tanya Raline yang berusaha untuk melepaskan cengkraman tangan Sarah yang amat kencang

  "Aku akan membawamu ke tempat yang bisa menghasilkan uang sangat banyak dalam waktu satu malam!" jawab Sarah, mata Raline membulat sempurna karena dia baru mengerti apa yang dimaksud oleh Sarah.

  "Aku gak mau!" teriak Raline.

  "Jangan lakukan itu, Tante!" ucap Bian, namun Sarah tidak mempedulikan semua itu, dia tetap membawa Raline pergi hingga gadis malang itu terus memohon agar sang ibu melepaskannya. Bian pun ikut pergi mengejar Raline dan Sarah.

"Lepasin aku Bu, aku bisa mencari uang di tempat lain, aku gak mau di sini." Raline terus meronta agar sang ibu melepaskannya, sekarang mereka sudah sampai di tempat yang sama sekali tidak ingin Raline datangi.

  "Aku tidak peduli, sekarang waktunya kau berbakti kepadaku dan selamatkan nyawa pria tak berguna itu!" Lalu Sarah membawa Raline menemui wanita bernama Kumara dia adalah orang yang berkuasa di tempat itu semua orang memanggilnya Mami Kumara.

  "Sangat cantik," ucap Kumara saat melihat Sarah datang bersama Raline.

  "Tentu saja dia sangat cantik, bahkan dia belum disentuh siapa pun," ucap Sarah dengan senyuman licik yang tersungging di bibirnya.

  "Jangan sentuh aku!" ucap Raline saat Kumara menyentuh wajahnya.

  "Bersikaplah dengan baik jika kau ingin menyelamatkan nyawa ayahmu!" ancam Sarah.

  "Berapa yang kau inginkan?" tanya Kumara tanpa basa-basi, dia sudah terbiasa mendengar penolakan dari wanita yang pertama kali datang ke tempatnya namun lambat laun mereka akan terbiasa dengan pekerjaan yang mereka lakukan.

  "Tiga ratus juta!" Mata Raline membulat sempurna saat mendengar ibunya menyebutkan berapa nominal uang yang dia inginkan.

  "Cih ... tidak tau diri, anakmu belum menghasilkan apa-apa untukku, beraninya kau meminta harga tinggi kepadaku," ucap Kumara.

  "Aku rasa itu harga yang pantas untuk wanita yang belum tersentuh, lagi pula aku yakin kau akan mendapatkan yang lebih dari itu," ucap Kumara.

  "Aku bukan barang yang bisa kalian tawar seenaknya!" Raline benar-benar muak mendengar semua itu, dia melepaskan cengkraman tangan Sarah dan pergi dari sana, namun apa yang Raline lakukan sia-sia karena para bodyguard Kumara lebih cepat bertindak dan berhasil mencegah Raline untuk pergi.

  "Bu, aku mohon biarkan aku pergi, ayah membutuhkan aku sekarang." Raline terus memohon dengan berurai air mata agar Sarah mau membiarkannya pergi.

  "Seratus lima puluh juta, deal?" tanya Kumara.

  "Itu hanya uang muka, kau harus memberikan aku uang setiap hari," jawab Sarah.

  "Jalang tidak berguna!" Kumara pun memberikan uang yang diinginkan oleh Sarah.

  "Senang berbisnis denganmu!" ucap Sarah.

  "Bawa dia ke kamar dan minta mereka mendandani dia, dia harus segera bekerja malam ini!" perintah Kumara kepada bodyguardnya.

  "Aku gak mau!" teriak Kumara.

  "Oke, berarti kau ingin mati!" ancaman Sarah. membuat hati Raline sakit, kenapa ibunya tega melakukan ini kepadanya.

  "Baiklah, aku akan menuruti keinginan Ibu, tapi Ibu juga harus menuruti keinginanku, Ibu pergi ke rumah sakit lalu bayar semua biaya pengobatan ayah agar ayah selamat!" pinta Raline.

  "Aku harus menghabiskan uang ini untuk pengobatan pria sialan itu?" tanya Sarah.

  "Aku mohon Bu, setidaknya bayar uang muka untuk operasi ayah," jawab Raline.

  "Cepat bawa dia pergi!" perintah Kumara.

  "Aku belum selesai bicara dengan ibuku, aku mohon segera pergi ke rumah sakit, Bu!" teriak Raline saat dia diseret masuk ke kamar oleh dua orang bodyguard Kumara, lalu mereka mengunci Kumara di salah satu kamar.

  "Ibu!" teriak Raline sambil mengetuk pintu dengan berurai air mata agar mereka mau melepaskan Raline.

"Ibu benar-benar gak punya hati!" ucap Raline lalu menghapus air matanya, tak ada gunanya juga dia terus meratapi keadaan.