Sudah hampir satu jam Nathan dan Adelia menunggu di ruang tunggu UGD, masih belum ada kabar apapun tentang Andika. Ronny dan Heru duduk berdampingan namun mereka sibuk dengan HP mereka masing-masing.
Melihat mereka berdua, Adelia baru menyadarinya, "Heru dan kamu Ronny, pulanglah. Biar saya dan Nathan yang akan menunggu di sini".
"Tidak apa Bu, kami akan menunggu sampai ada kabar tentang pak Andika Bu", ujar Ronny pelan melihat ke arah Adelia.
"Ngga apa-apa, kalian pulang saja dulu, nanti saya kabarin di group WA kalau sudah ada kabar dari Andika. Lagian kalo kita semua disini bagaimana operasional kantor bisa berjalan lancar? Jadi kalian bantu kami sebagai wakil kami mengurus perusahaan ya", ujar Adelia lembut.
Nathan duduk disamping Adelia dengan satu tangan mengusap bahu wanita itu dan satu tangannya memainkan smartphone nya. Matanya hanya tertuju pada layar smartphone tanpa menggubris percakapan Adelia dengan Ronny dan Heru.
"Baiklah Bu, kami akan kembali ke kantor. Apabila ada perkembangan tentang pak Andika, mohon kami diinfokan ya Bu", ujar Heru sopan.
Adelia mengangguk pelan lalu Heru dan Ronny pamit pada mereka berdua kemudian pergi meninggalkan mereka.
Adelia melihat ke arah Nathan, Nathan tersenyum sambil berkata, "Semua akan baik-baik saja. Andika orangnya kuat kok, kita tunggu saja". Adelia kemudian membenamkan tubuhnya ke dalam pelukan Nathan, wangi tubuh pria ini bagaikan narkotik yang membuat dirinya kecanduan.
Nathan memasukan HP nya ke saku jasnya, lalu matanya hanya tertuju pada muka mungil Adelia yang ada dalam pelukannya.
Tak berapa lama seorang dokter keluar dari pintu ruangan UGD, menghampiri Nathan. Nathan dan Adelia berdiri menyambut nya.
Dokter itu membungkuk hormat kepada Nathan lalu berkata, " Selamat Siang pak Nathan. Pasien bapak Andika sudah melewati masa kritis nya, kondisinya sudah stabil. Sebentar lagi akan kami kirim ke lantai 9 untuk masuk ruang perawatan pak. Apakah bapak mengenal keluarga pasien? Biar saya sampaikan kepada mereka, agar segera bersiap menuju ke atas. Kami akan melewati jalur khusus", ujar dokter itu memberi penjelasan.
"Andika sebatang kara dikota ini dokter, cuma saya dan Naomi orang terdekat nya", ujar Adelia lagi.
Nathan melihat ke arah istrinya dengan penuh pertanyaan, sementara yang sedang dilihat, tidak memperhatikan.
"Oh baiklah ibu. Silakan nanti langsung ke kamar 909 ya Bu Adelia. Kalo ngga salah itu kamar yang tadi pagi ibu tinggal ya", dokter tersenyum melihat ke arah Adelia.
"Ok dokter, nanti kami ke sana. Terimakasih", jawab Adelia sopan. Kemudian dokter itu pamit kembali masuk ke ruang UGD khusus VIP.
Saat Adelia dan Nathan akan beranjak pergi ke arah lift, sebuah panggilan masuk ke HP Nathan, itu nomor Naomi.
Nathan memberikan HPnya ke Adelia yang langsung menjawab panggilan itu, " Hallooo Naomi, kamu ada dimana? Segera datang ke Rumah Sakit ya", ujar Adelia.
Lama tak ada suara, "Halloo Naomi", panggil Adelia lagi.
"Ini nomor HP kamu yang baru? Ada apa? Kenapa harus ke RS?", jawab Naomi diseberang dengan nada agak malas.
"Andika, dia masuk RS. Dia baru melewati masa kritis nya. Dia dirawat di kamar yang sama dengan aku kemaren. Kamu tolong segera datang ya", ujar Adelia lagi.
"Ternyata memang jodoh ya sampai dirawatpun di kamar yang sama", ujar Naomi di seberang telepon. Suaranya terdengar seperti orang yang malas menerima telepon.
"Apa maksudmu? Naomi, pokoknya kamu datang secepatnya ya", ujar Adelia lagi.
Tak lama sambungan terputus, Adelia melihat layar HP Nathan lalu melihat ke arah Nathan.
"Mungkin dia sedang bersiap untuk segera ke sini, kita tunggu saja", ujar Nathan menenangkan istrinya.
Kemudian mereka berdua berjalan bergandengan menuju ruang rawat inap Andika di lantai 9.