webnovel

Air Mata Di Padang Bulan-Medan

Saya akan menyusul kekasih saya Ahmad, untuk bersama dengannya, sekalipun kami tidak bisa bersatu di dunia, kami akan bersatu di akhirat kelak. Karena cinta kami suci, dan tidak berlandaskan nafsu belaka. " Ma..., Pa..., "Satu permintaan saya sebelum detak jantung saya tidak berdenyut lagi, kuburkan saya nanti dekat dengan kuburan kekasih saya.... Mati adalah kepastian, namun bagaimana apabila seorang kekasih yang terpisah oleh waktu yang sangat lama, tiba-tiba harus bertemu dengan kekasihnya yang sudah kaku, tidak bernyawa lagi?"karena kecelakaan pesawat yang ditumpanginya? "

Man_84 · Histoire
Pas assez d’évaluations
20 Chs

Menumpang

tempat seniornya, setiap hari dia yang disuruh mencuci piring, seolah-olah Abbas pilih kasih terhadap 3 juniornya yang tinggal dengannya.

   Ke dua temannya yaitu Tofa dan Taon tidak pernah sekalipun mereka memegang sabun untuk mencuci piring, maklumlah! Keduanya adalah anak orang kaya yang mempunyai sawah dan kebun karet yang luas di kampung.

   Maka tidak heran kalau Abbas selalu memberikan perhatian yang lebih kepada keduanya, karena sering di servis dengan berbagai macam makanan, dan diberikan sejumlah uang kepadanya.

   Lain halnya dengan Ahmad yang datang hanya membawa perasaian ke kota itu, tidak membawa apa-apa dan tidak ada kiriman belanja dari kedua orang tuanya.

   Sebab itu tidak jarang Abbas memandangnya dengan sebelah mata, bahkan sering anak muda itu harus menahan rasa lapar karena tidak ada nasi yang mau dimakan.

   Sehingga pada suatu hari selepas menunaikan Sholat zhuhur berjamaah, Ahmad mendekati seorang penjual minyak wangi keliling,"Bang Abay namanya.

   "Bang, bisakah saya menjualkan minyak wangi abang ni,?" Tanya Ahmad penuh harap.

"Emangnya kamu sudah tau dengan daerah ini dek,?" Tanya laki-laki itu.

   "Saya hanya minta agar ditunjukin nomor angkot dan jurusannya aja bang,"jawab anak muda itu membalas.

Di kota yang luas dan sesak itu sangat penting untuk tau dan hafal nomor angkot setiap kali hendak pergi ke suatu daerah, agar tidak kesasar dan berputar-putar di Kota Medan.

   Keesokan harinya Ahmad pun pergi menjualkan minyak wangi milik Mas Abay, dia membawanya ke masjid-masjid.

Karena kesungguhan dan sedikit ilmu tentang berdagang yang dia miliki, hari pertamanya berjualan sudah membuahkan hasil, minyak wanginya habis terjual 2 kotak.

   Ketika pulang dari berjualan, dia tidak langsung ke masjid, anak muda itu singgah ke sebuah warung membeli roti bakar untuk diberikan kepada Abbas agar menyenangkan hatinya,"maklumlah...Nasib orang yang menumpang.

   Tak terasa, sudah 2 bulan lamanya Ahmad menumpang di tempat Abbas seniornya itu.

Namun belum kunjung juga ada panggilan dari lembaga"Tahfizhul Qur'an " Yang berada di Jalan Titi Kuning itu.

Sehingga pada suatu pagi Ahmad bertanya kepada temannya Tofa,"gimana kabarnya tentang pondok tahfizh itu, sudah ada panggilan kawan? "

"Sudah, saya dan Taon in Syaa Allah besok sudah berangkat ke sana," jawab Tofa.

   "Alhamdulillah,"kata Ahmad.

" Oh, ya,"gimana dengan kamu?

Tanya Tofa.

"Mmm...Belum ada panggilan kawan, " jawab Ahmad sambil menahan perasaan sedihnya,

sambil mempersiapkan barang-barang dagangannya.

"Saya pergi dulu ya kawan untuk berjualan!

" Silahkan, jawab temannya Taon dan Topa serentak.

   Di tengah jalan, anak muda itu berpikir dalam benaknya kenapa dirinya tidak dapat panggilan untuk menjadi santri di Pondok Tahfizhul Qur'an yang banyak di gemari orang dari berbagai daerah di Propinsi Sumatera Utara.

   Tak berapa lama kemudian dia pun sudah sampai di masjid yang dituju.

Tengah menyusun dagangannya di atas meja, datang seorang Bapak memakai jas berwarna biru dan berdasi hitam mendekatinya.

"Berapa harga satu botol minyak wanginya nak,? Tanya pria yang kira-kira usianya setengah abad itu.

   " 10.000 rupiah/botolnya Pak, "jawab Ahmad santun.

" Sudah lama tinggal di sini nak, rasanya Bapak baru lihat,"kata pria berkulit sawo matang itu.

"Belum Pak, masih berkisar 2 bulanan," jawab Ahmad.

"Ooo, sahut si Bapak dengan menganggukkan kepalanya.

   " Ngomong-ngomong disini tinggal sama siapa nak?"

"Saya tinggal di Masjid Istiqomah jalan Dr. Mansyur bersama senior saya Pak.

" Oh ya, nama Bapak siapa? Tanya Ahmad.

" Pak Nashir, tinggal di Perumahan Anggrek Jalan Sunggal, ini kartu nama Bapak,

bilamana ada kesempatan, datanglah ke rumah untuk bersilaturrahim kata beliau sambil mengeluarkan selembar kartu nama dan menyerahkannya kepada Ahmad.

   "Saya beli minyak wanginya satu botol ya," kata Pak Nasir sambil memberikan uang kertas lembaran 100.000 rupiah.

"Ini kembaliannya Pak, " kata Ahmad dengan memberikan sisanya.

"Nggak usah nak, untuk kamu aja," jawab Bapak paruh baya itu sambil berjalan ke mobil innova berplat "BK 2174RS" Yang terparkir di halaman masjid.

   "Terimakasih banyak Pak," kata Ahmad sambil melambaikan tangannya.

   Hari Ahmad pulang agak cepat karena minyak wanginya cepat terjual.

Diapun segera berkemas.

Sesampainya dia di Masjid Istiqomah, tidak seorang pun yang berada di masjid, Abbas pergi kuliah, kamar berantakan dan piring-piring bekas makan mereka berserakan di lantai.

   Letih berjualan belum hilang, namun pekerjaan baru sudah berada di pelupuk mata.

Ahmad menurunkan tas yang berada di punggungnya, kemudian diambilnya sebuah sapu lalu membersihkan kamar dan sisa-sisa makanan yang berserakan.

   Kemudian Ahmad melihat sebuah kertas yang dilipat berada di atas meja, dia buka surat itu lalu dia baca,

Ahmad..., maafkan kami tidak sempat memberi tau kamu, bahwa saya dan Taon sudah berangkat ke Titi Kuning untuk menghafal al qur'an diantar sama Bang Abbas.

  

   "Tofa.

Setelah selesai membaca surat singkat itu, dia meletakkan sapu yang berada di tangannya, kemudian merebahkan badan di pojok masjid dan tertidur dalam keadaan lapar.

   Sesaat kemudian, anak muda itu terbangun disebabkan tidurnya tidak bisa nyenyak karena perut masih kosong menahankan perasaan lapar.

Dia melihat jarum jam sudah menunjukkan pukul, 12:05, itu artinya tinggal 20 menit lagi Azan Zhuhur akan di kumandangkan, untuk menghilangkan rasa lapar sementara, anak muda itu merebus sebuah indomie sebagai pengganjal perut yang masih kosong, lalu dia bergegas untuk mengumandangkan Azan Zhuhur.

               🛫🛫🛫🛫🛫🛫🛫🛫🛫