webnovel

“Craacckkk!!!” suara kaca retak

Sore yang indah dengan semburat merah dan kuning diujung Barat pertanda malam akan segera tiba. Cahaya kemerahan yang indah untuk hari yang lelah setelah seharian sibuk berbenah. Lalu lalang pekerja dan anak pulang sekolah membuat jalan terasa begitu pengap. Kemacetan terjadi dimana-mana. Dengan ego dan keras kepala setiap orang tidak mau mengalah, bahkan ada yang harus melewati trotoar atau bahkan berjalan diarah yang berlawanan. Bahaya, tapi itulah ibukota. Rencana, tetaplah rencana. Terkadang manusia selalu terikat akan hal yang fana ini. Mereka berusaha menyusun dan mengukir indah harapan mereka serta berekspetasi tinggi akan hal itu. Namun semua itu hanya sebatas janji manis yang tertuang dalam ribuan takdir yang ada. Berharap mendapatkan gaji yang tinggi ketika bekerja, menemukan pasangan yang cocok, ataupun hal lain yang selalu indah dibayangkan oleh setiap orang. Terkadang manusia akan selalu ditemui oleh dua pilihan, yang mana ketika salah satu dari kedua hal tersebut bisa menjadi bumerang penyebab manusia kehilangan arah. Genta salah satunya, seorang mahasiswa lulusan terbaik di Universitas Kalingga, universitas ternama di Indonesia. Masih dilema dengan kondisinya saat ini. Ia sudah ratusan kali mengirim lamaran kerja ke beberapa perusahaan, dengan harapan satu saja dari perusahaan tersebut bisa memberikan setitik cahaya harapan dari dirinya. Akan tetapi, semuanya berakhir buntu dan kaku. Genta sudah tak tau lagi apa yang harus dia lakukan, dan benar saja tiba-tiba pemikiran negatif datang menghampirinya. Karena tekanan yang sudah terlanjur berat dan tak terbendung, Genta memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Dilihatnya rooftoop kantor yang terakhir kali dia kunjungi ketika sedang magang dulu. Dengan segera Genta menuju lantai paling atas. Hiruk pikuknya lingkungan kerja, membuatnya sesak nafas karena rasa kecemberuan yang sudah memuncak. Sesampainya di atas, Genta selalu disuguhi pemandangan gedung gedung nan indah dan transportasi yang lalu lalang dibawah kakinya. Genta tau akan hal apa yang diperbuat, namun dia sudah buntu, lalu kepada siapa lagi dia bersandar dan berkeluh kesah. Perlahan kakinya terangakat dibawah angin perkotaan, dijatuhkanya seluruh badannya hingga tak menyisakan jejak. Dirinya kembali pada sebuah rintihan lirih yang ia dengar tadi pagi saat dirinya bersiap untuk mencari pekerjaan.

"Sakit, bu. Sakit, badannya sakit semua. Ibuuuu, sakiiiit. Sakit sekaliii, bu" rintih seorang gadis kecil dengan badan yang kuru serta mata yang kosong dan terkulai lemas diatas dipan kayu yang mulai lapuk dimakan rayap.

Pikiran kosong sudah menyelimuti tubuhnya, namun dalam hitungan sepersekian detik dirinya melayang diudara dengan mata yang menyaksikan pemandangan dibawahnya tiba-tiba membeku seperti video viral yang ia saksikan beberapa tahun lalu. Hal yang seolah tak mungkin terjadi, ia saksikan sendiri terjadi dihadapannya, deretan kejadian masa lalu melintas tepat dihadapannya. Hingga suara tangis bayi dulu diharapkan oleh seorang ibu, kebahagiaan ketika juara umum, hingga kesedihan ketika semua orang pergi meninggalkannya. Setelah beberapa lama dia menyusuri jalan tersebut, ia segera menuju pintu ujung yang ada dekat dengannya. Dibukalah pintu itu, cahaya terik menyeruak keluar dengan terang, dirinya juga merasakan sebuah tangan kecil nan lembut sekan menggandeng tangannya seolah menuntun dirinya, lalu bayangan itu hilang dalam seketika

"Aduh!!".

Genta jatuh dari ranjangnya dengan posisi tengkurap, masih setengah sadar ia amati ruangan sekitar. Tempat yang sangat familiar dalam ingatannya.

"Ini beneran kamar gue? Serius? Apa gue mimpi ya?".

"Plakk!!!".

Ditamparlah pipinya hingga berbunyi nyaring dan menyadarkan dirinya akan hal yang benar-benar terjadi pada dirinya saat itu.

"Aww, gila kali aku ini. Beneran balik lagi ke masa ini?" sambil komat kamit tak karuan. Ia masih heran dan bingung atas hal yang terjadi padanya. Disaat dia bercekcok dengan dirinya sendiri, tiba-tiba ada suara yang familiar ditelinganya.

"Genta, buruan turun makan dulu! Ini sudah siang, kamu ingat kan ada acara kelulusan SMP kamu" seru bapaknya dengan lantangnya.

"Iya pak" jawab Genta yang kemudian bergegas ke kamar mandi, dan berpakaian rapi. Dipeluklah bapaknya dengan erat sebagai obat rindu yang sudah lama terbendung.

"Bapak, aku kangen sekali. Rasanya kayak mimpi aja ketemu sama bapak lagi" senyum cerah terpancar diwajah Genta. Bapaknya pun terheran-heran dan membiarkannya, ibu dan bapaknya hanya tersenyum kecil melihat kelakukan putra sulungnya yang nampak tidak seperti biasanya.

Setelah sarapan, Genta pamit untuk pergi ke acara kelulusan onlinenya. Karena keterbatasan ekonomi, Genta selalu pergi ke rumah temannya untuk ikut kelas online dan hari ini sama, dia ikut kelulusan bersama temannya. Ibunya pernah menyuruhnya untuk pergi ke warung internet untuk acara tersebut karena Genta sudah terlalu banyak merepotkan temannya, namun

Genta menolak dan merasa bahwa uang yang digunakannya untuk pergi ke warung internet dapat digunakannya untuk menambah biaya sekolah atau berobat adiknya. Kinan, sahabat dekat Genta yang selalu ceria dan tak sungkan untuk membantu dirinya. Karena sudah lama tak bertemu dengannya, setelah acara kelulusan selesai. Mereka hanyut dalam obrolan yang amat lama.

"Gimana kabar lu Kinan?" sembari menyulurkan tangannya untuk bersalaman. Kinanpun terheran dibuatnya.

"Hah? maksud lu?" tanpa sadar ikut menerima uluran tangan Genta.

"Engga, engga. Canda, hahaha. Eh lu masih suka main bola kan ya?" lanjut Genta untuk mengalihkan topik.

"Masih lah, cita-cita gue kan jadi Irfan Bachdim" jawab Kinan dengan antusias.

"Tenang aja, lu pasti bisa ko, bahkan lu bisa nandingin beliau dan jadi pemain hebat bawa nama Indonesia ke ranah dunia" jawab Genta dengan yakin.

"Yaelah, makin hari makin kocak sih lu. Nta, hahaha. Lagian masih dibawa serius, kata ibu gua tuh gua harus jadi pegawe negeri biar jelas masa depan gue" jawab Kinan lagi.

"Asal lu tau ya, Nan. Lu itu yang bakal bawa Indonesia ke Liga Champion 10 tahun kedepan" kata Genta mencoba meyakinkan Kinan.

"Hahaha, salah minum obat lu ya. Darimana lu tau, coba?" tanya Kinan yang masih menggoda Genta dari masa depan.

"Karena gue….".

"Craacckkk!!!" terdengar sebuah kaca yang retak dan membuat keduanya diam terpaku dengan mata yang menjelajah mencari sumber suara.

"Kemana lagi ini?" ucap Genta bingung dan sedikit ketakutan.

Genta yang bingung hanya terdiam membeku sembari menatap sebuah kaca yang telah sepenuhnya retak dibawah kakinya. Digesernya sedikit untuk menghindari retakan yang lebih besar lagi, dirinya lagi-lagi dibuat bingung dengan keadaan yang ada. Baru saja dirinya datang dari masa depan, lalu harus berhadapan dengan keanehan selanjutnya. Kaca tersebut kemudian membelah dan membuat Genta terjerembab dalam sebuah lorong yang tadi pagi membawanya kembali pada 10 tahun yang lalu, kini dirinya harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi layaknya permainan monopoli.