webnovel

Ai No Koe (Suara Cinta)

Ai No Koe "Voice of Love" Okino Kaito, remaja yang kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya. Ame (hujan) gadis yang ia temui di musim panas hari itu lenyap dari dunia ini. Walau hanya satu bulan mereka bersama, tapi cinta bisa tumbuh kapan saja. Sampai saat Ame meninggalkan dunia ini. Kaito seakan kehilangan hujan semangat nya. Dua tahun kemudian ia bertemu dengan gadis misterius yang tak mau berbicara sama sekali. Entah kenapa takdir membuat Kaito tertarik pada gadis itu. Hari demi hari Kaito lalui, mimpi mimpi aneh mulai menghantui nya. Potongan potongan mimpi itu memberi sebuah petunjuk pada Kaito. Kenapa Kaito selalu bermimpi aneh?

OkinoKazura · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
114 Chs

Chapter 6

     Kaito pun duduk di kursi yang biasa ia duduki sedari dulu. Kaito mengambil novel dari dalam tas ransel yang ia bawa dan memakai earphone yang terhubung ke smartphone nya.

     Hanabi yang sudah memilih buku dari rak besar yang ada di perpustakaan pun duduk di samping kakak nya. Hanabi mengeluarkan buku catatan dari tas Kaito.

"Kak ... aku pinjam ya? Masih kosong kan?", tanya Hanabi sembari menarik earphone dari telinga Kaito.

"Iya iya ... emang nya kamu mau nulis novel sekarang?", tanya Kaito seraya memasang earphone kembali ke telinganya.

"Iya aku mau latian buat lomba musim panas ini", jawab Hanabi sembari membaca novel yang tadi ia ambil.

==============

Kaito

     Entah mengapa aku malah merasa ngantuk. Aku pun meletakan ransel ku di meja dan menjadikan nya alas kepalaku. Lagi lagi aku tertidur dengan posisi duduk seperti ini.

     Aku pun terbangun dan suasana perpustakaan sudah sepi pengunjung. Saat aku melihat jam dari smartphone ku ini sudah pukul 10 malam. Saat aku menoleh ke arah Hanabi, dia juga tertidur dengan tangan yang masih memegang pulpen.

     Hanabi terlihat lebih cantik ketika tertidur. Karena aku jarang melihat Hanabi yang diam tanpa suara seperti ini. Dia selalu saja cerewet dan banyak omong. Aku pun melepas earphone ku dan memasukan nya kedalam ranselku beserta smartphone ku.

     Saat melihat buku catatan yang ada di samping kepalanya. Aku pun termakan rasa penasaran. Perlahan aku mengambil nya agar tak membangunkan nya. Aku pun membaca nya dalam hati.

     Tak kusangka ternyata tokoh utamanya adalah diriku. Dia bercerita tentang kepribadian ku yang cuek dan pendiam. Walau begitu adik nya tetap menyayangi nya dan berniat untuk merubah sikap kakak nya. Ini sama saja Hanabi menuliskan keinginan nya dalam cerita ini.

     Aku sedikit tertawa saat membaca nya. Kalimat yang ia gunakan memang bagus, tapi kesalahan penulisan nya yang membuat ku tertawa. Kesalahan nya cukup fatal untuk anak SMP. Ya sudah lah, dia sudah berusaha keras untuk mengikuti jejak ku. Aku pun memasukan buku catatan ku kedalam ransel ku. Dan menutup nya dengan rapat.

=============

Hanabi

     Tiba tiba aku berada di pantai bersama kak Kaito. Suara deru ombak terdengar jelas di telinga ku. Kami tertawa lepas bersama seakan terbebas dari semua masalah hidup. Saat aku menggenggam tangan nya tiba tiba suara deru ombak dan terik matahari perlahan memudar. Begitu pula dengan senyum kak Kaito. Tangan nya yang hangat perlahan berubah menjadi dingin.

"Kak? Kakak gapapa kan?", tanyaku khawatir.

     Perlahan kak Kaito melepas genggaman tangan nya. Dan melangkah pergi, aku hanya bisa melihat punggung nya yang perlahan hilang ditelan jarak. Aku pun berusaha berteriak memanggil nama nya, tapi tak ada respon dari nya.

==============

Kaito

"Kak ... Kak Kaitoooo!!", teriak Hanabi seraya berusaha untuk meraih ku.

     Aku pun segera memeluk nya dan menenangkan nya dengan membelai rambut nya.

"Kakak di sini Hanabi ... tenang lah"

"Jangan pergi kak ... aku gak mau sendiri", kata Hanabi diiringi tetesan air mata yang mengalir di pipi nya. Aku tetap memeluk nya dengan erat dan berkata.

"Mimpi buruk ya? bangun lah cengeng baju ku mulai basah karena air mata mu."

Aku pun melepas pelukan ku dan memakai ranselku.

"Ayo pulang ... udah kemaleman nih.", aku pun berdiri dan menggandeng nya keluar dari perpustakaan.

     Aku yakin kereta sudah tidak beroperasi lagi. Karena aku hafal betul kereta terakhir datang pada pukul 9 malam. Aku yang khawatir dengan keadaan Hanabi pun bertanya.

"Apa kau baik baik saja? stasiun udah tutup loh ... kalau jalan kaki agak jauh."

Dia hanya diam dan mengangguk. Aku malah jadi canggung kalau dia bersikap seperti ini. Aku tetap menggandeng nya dan berjalan menyusuri jalanan kota yang sudah sepi.

      Walau melelahkan kami sampai dirumah dengan selamat. Aku pun segera meminta Hanabi untuk duduk di ruang keluarga karena sepertinya dia kelelahan. Aku pun mengambil sekaleng minunan dari kulkas dan kuberikan pada nya.

     Setelah meneguk minuman itu Hanabi masih diam membisu. Bibir nya mulai berubah jadi pucat pasi. Aku pun memegang dahi nya dengan tangan ku. Aku terkejut ketika merasakan panas tubuh adik ku. Sepertinya dia demam karena kelelahan.

"Aduh kamu malah jadi panas gini ... sini kakak gendong ke kamar mu", kataku bersiap menggendong nya.

"Kak ... aku tidur di kamar kakak aja" kata Hanabi dengan lemas.

"Eh ... loh ... terus kakak?", tanyaku sembari menggendong nya naik ke kamarku.

"Temenin aku dong kak", jawab Hanabi dengan mata yang sudah terpejam.

     Lagi lagi masih seperti anak anak. Aku terpaksa menuruti keinginanya karena tak tega melihat nya seperti ini. Aku pun menidurkanya di ranjang ku. Aku pun mengambil satu bantal ku dan tidur di lantai yang hanya beralaskan selimut.