webnovel

Ai No Koe (Suara Cinta)

Ai No Koe "Voice of Love" Okino Kaito, remaja yang kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya. Ame (hujan) gadis yang ia temui di musim panas hari itu lenyap dari dunia ini. Walau hanya satu bulan mereka bersama, tapi cinta bisa tumbuh kapan saja. Sampai saat Ame meninggalkan dunia ini. Kaito seakan kehilangan hujan semangat nya. Dua tahun kemudian ia bertemu dengan gadis misterius yang tak mau berbicara sama sekali. Entah kenapa takdir membuat Kaito tertarik pada gadis itu. Hari demi hari Kaito lalui, mimpi mimpi aneh mulai menghantui nya. Potongan potongan mimpi itu memberi sebuah petunjuk pada Kaito. Kenapa Kaito selalu bermimpi aneh?

OkinoKazura · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
114 Chs

Chapter 34

Kaito

"Apa kamu tau nomor telepon ayah mu?", tanya ku.

"Enggak kak ..." kata Fumio menggelengkan kepala nya.

Kalo gini mau gimana lagi ...

"Ai ... kau jagain Fumio di sini bentar, aku mau cari pos polisi terdekat", ucap ku seraya mangarahkan pandangan ku ke segala arah.

Saat aku ingin melangkahkan kaki ku, Ai menghentikan ku dengan menggenggam tangan kiri ku dengan kuat. Aku pun menoleh pada nya,

"Kenapa?",

Ai menggelengkan kepalanya seakan melarangku untuk pergi.

"Kak ... disini ada mitos, kalo kesini bawa pasangan, dan kakak ninggalin pasangan kakak, kakak bisa tersesat dan gak bisa pulang", ucap Fumio panjang lebar menjelaskan mitos aneh di gunung Okiyama.

"Haa?!!, mitos aneh jaman kapan itu?", ucap ku dengan wajah tak percaya.

"Ya udah ... trus gimana?", lanjut ku bertanya.

"Ini kak, kayak nya berguna", ucap Fumio memberikan smartphone berwarna hitam.

"Loh itu punya kamu?", tanya ku penasaran.

"Ini punya papah", ucap Fumio meminjamkan smartphone ayah nya padaku.

"Lah kok bisa ada di kamu?", tanya ku sembari menerima lalu mengecek isi kontak di smartphone itu.

"Sebelum kepisah aku sempet minjem handphone papah", jelas Fumio.

Alangkah terkejut nya aku ketika melihat kontak bernama Kakegawa Kei di smartphone ayah Fumio.

"Loh kamu kenal Kakegawa Kei?", tanya ku penasaran.

"Oh ... maksud kakak paman Kei ... dia adik nya papah", jawab Fumio.

Seketika aku dan Ai saling memandang karena terkejut akan hal ini. Seketika aku menganggap dunia ini semakin sempit.

"Oh kebetulan ... kami berdua adalah murid paman mu", ucap ku dengan sedikit senyum.

"Waahh ... pas banget", ucap Fumio dengan mata yang berbinar.

Aku memutuskan untuk menelepon pak Kakegawa dengan smartphone ku.

"Halo, Kaito ... kalau mau telepon sebentar lagi aja aku lagi ada masala ...", sebelum pak Kakegawa menyelesaikan kalimat nya aku segera berkata.

"Keponakan mu ada bersama ku di sini",

"Heee?!!!, kau ngapain ke Okiyama?", tanya pak Kakegawa terkejut.

"Lagi nyari materi bareng Ai", jawab ku dengan nada malas.

"Ya sudah aku kabarin kakak ku dulu ...",

"Eh! handphone kakak mu ada sama Fumio juga", ucap ku menyela.

"Heee?!! ceroboh banget sih?!", ucap pak Kakegawa kesal.

"Kakak adik sama aja ...", ucap ku dengan nada malas.

Tepat saat itu juga pria yang mengenakan kemeja putih dan celana panjang warna hitam lengkap dengan ikat pinggang nya menghampiri kami dengan nafas yang terengah engah.

"Huh ... huh ... permisi ...",

"Ayah!!", ucap Fumio menghampiri pria itu.

"Apa bapak kakak nya pak Kakegawa Kei?", tanya ku dengan tangan memegang smartphone yang telepon nya masih terhubung ke pak Kakegawa.

"Iya ... jangan jangan kalian murid nya ya?", tanya pria itu

"Iya ...",

"Kaito berikan telpon nya pada kakak ku aku ingin bicara dengan nya", ucap Kakegawa dari telepon.

"Pak Kakegawa ingin bicara pada mu", ucap ku memberikan smartphone ku.

Aku tak mendengar pembicaraan mereka sama sekali tapi yang jelas, kakak pak Kakegawa menunjukan wajah bersalah nya saat saling bercakap cakap di telepon. Sesaat kemudian salah satu dari mereka menutup telepon nya.

"Ini trima kasih ...", ucap pria itu mengembalikan smartphone ku.

"Ini handphone nya ...", ucap ku mengembalikan smartphone nya yang dipinjamkan Fumio padaku.

"Oh makasih ... Maaf gak sopan, namaku Kakegawa Gai, panggil aja pak Gai biar gak bingung", ucap nya menerima kembali smartphone nya.

"Oh oke pak Gai ...",

"Tunggu dulu kalian berdua kan yang akhir akhir ini viral di internet kan?", ucap pak Gai penasaran.

"Ehmm ... gitu lah", jawab ku sedikit malu.

"Kalian ini memang pasangan serasi, berapa lama kalian pacaran?", tanya pak Gai.

"Ehmm eeh ... gimana ya?", ucap ku bingung dan menggaruk kepala ku.

"Jangan jangan ...",

"Mungkin mereka sudah tunangan pah", ucap Fumio menyela.

Sontak Aku dan Ai terkejut dan tanpa sadar pipi kami berdua memerah bersamaan.

"Fumio ... kau ini masih kecil kok pikiran nya dewasa banget sih, mereka kan masih kelas 2 SMA", ucap pak Gai seraya mengusap kepala Fumio.

"Namamu Kaito kan?, sini aku bisikin bentar", ucap pak Gai menarik ku mendekat ke arah nya.

"Jangan sia sia kan kesempatan mu, mungkin waktu mu tak banyak ... nyatakan perasaan mu selagi sempat", bisik pak Gai perlahan.

"Eh?! tapi aku?!", ucap ku bingung.

"Ah sudah lah ... kami pergi dulu ya ... nikmati kencan kalian, ayo Fumio", ucap pak Gai menggandeng Fumio melangkah pergi.

"Pergi dulu ya kak ...", ucap Fumio melambai ke arah kami.