webnovel

Ai No Koe (Suara Cinta)

Ai No Koe "Voice of Love" Okino Kaito, remaja yang kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya. Ame (hujan) gadis yang ia temui di musim panas hari itu lenyap dari dunia ini. Walau hanya satu bulan mereka bersama, tapi cinta bisa tumbuh kapan saja. Sampai saat Ame meninggalkan dunia ini. Kaito seakan kehilangan hujan semangat nya. Dua tahun kemudian ia bertemu dengan gadis misterius yang tak mau berbicara sama sekali. Entah kenapa takdir membuat Kaito tertarik pada gadis itu. Hari demi hari Kaito lalui, mimpi mimpi aneh mulai menghantui nya. Potongan potongan mimpi itu memberi sebuah petunjuk pada Kaito. Kenapa Kaito selalu bermimpi aneh?

OkinoKazura · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
114 Chs

Chapter 31

Kaito

Senyum indah mu itu, entah kenapa malah membuatku khawatir. Aku khawatir aku tak akan bisa melihat senyuman seindah pelangi itu selamanya.

"Hii ... mau banget pacaran ama si bisu itu"

Suara murid kelas 3 tadi yang masih terngiang di kepalaku.

Cih, aku yakin Ai gak bisu, seandai nya aku bisa membuat nya kembali berbicara normal.

"Ai itu ... sejak dia kehilangan adik nya ... dia tak mau bicara lagi ... seperti nya ia merasa mulutnya telah menyakiti adik nya disaat terakhir", ucapan ibu Ai kembali terngiang di kepala ku.

"Oh iya, Ai ... gimana kalo kita ikut lomba nulis novel musim gugur ini?", tanya ku.

Dia segera mengeluarkan buku catatan kecilnya dan mengambil pulpen dari dalam tas merah muda nya. "Ayo ... tapi aku lagi gak ada bahan cerita", tulis nya di buku catatan kecil yang Ai tunjukan pada ku.

"Gak masalah ... lomba musim gugur ini boleh pasangan, mau gak bareng sama aku?", tanya ku.

Lagi lagi dia hanya menulis di buku catatan kecil nya itu. "Iya", tulis nya.

"Ngomong ngomong aku juga lagi gak ada bahan cerita ... kita pergi jalan bareng yuk, mau gak?"

Ai terkejut dan pipi nya mengeluarkan rona merah yang membuat wajah nya semakin cantik.

"Eh ... maksud ku bukan kencan, hanya cari materi buat nulis novel ... ya kalo gak mau gapapa", ucapku sedikit gugup.

Ai hanya mengangguk tanda setuju. Semoga aku bisa menggunakan kesempatan ini untuk mengembalikan suara nya yang hilang.

-(-(-(-(-(-(-(-(-(-(-

(3 tahun lalu)

Ai

Karena adik perempuan ku masuk rumah sakit, aku menjenguk nya karena khawatir. Aku yang masih memakai seragam SMP ini melangkah menuju ruangan tempat adik ku di rawat.

Saat aku memasuki ruangan nya, adik ku sedang duduk di ranjang dan sedang menulis sesuatu.

"Kau sedang apa?", tanya ku mendekat ke arah nya.

"Lagi nulis novel kak", jawab nya seraya tersenyum ke arah ku.

Dari dulu aku tak suka adik ku menulis novel. Alasan nya sederhana, ia selalu memilih menulis dari pada menghabiskan waktu bersama ku.

"Ayolah kakak kan dah bilang, jangan nulis novel lagi", ucap ku mengingatkan nya.

"Kakak kenapa sih selalu ngelarang aku nulis?, suka suka aku dong", kata nya membantah.

"Karena kamu gak pernah mau kalo diajak keluar rumah, karena kamu gak pernah mau aku ajak main lagi, karena ... hidup mu ...",

"Aku tau kak ... hidup ku gak akan lama lagi ... jadi jangan pernah ngalangin aku lagi!!", teriak nya menyela ku.

"Kalo gitu kamu bukan adik ku lagi!!", teriak ku menahan air mata yang ingin keluar seraya berlari keluar dari ruangan rumah sakit tempat nya dirawat.

Seminggu kemudian aku sangat terkejut saat mendengar kabar bahwa adik ku telah meninggal. Aku hanya bisa menangis, karena aku merasa bersalah pada nya, aku tak hadir di pemakaman nya.

Aku mengurung diri di kamar. Aku masih dihantui rasa bersalah karena kata kata terakhir ku padanya waktu itu. Sejak saat itu aku terus bermimpi buruk. Hati ku sakit saat mulut ku mengatakan satu kata saja.

Sejak saat itu aku memutuskan untuk tak berbicara sama sekali. Aku tak bisa menghilangkan rasa bersalah di dalam hati ku ini. Aku hanya bisa berharap seseorang bisa melepaskan kutukan ini dari ku.

-)-)-)-)-)-)-)-)-)-

Kaito

Pagi ini aku tak lagi dibangunkan oleh mimpi buruk tentang Ame. Sepertinya kutukan itu memang tak ada, aku hanya membuat nya sendiri agar aku dapat selalu mengingat nya.

Aku pun bangkit dari ranjang dan mengecek jam di smartphone ku.

Udah jan enam ... ah bodo amat ini kan hari sabtu, libur ...

Suara deringan smartphone tanda pesan masuk mengejutkan ku. Aku pun segera membaca pesan dari Ai.

"Jadi gak, aku dah nunggu di stasiun depan sekolah"

Weh?!! Aku lupa kalo hari ini aku janjian mau pergi cari materi buat nulis novel.

Aku pun segera bergegas berlari ke kamar mandi dan segera mandi. Setelah mandi aku memakai kaos dan celana panjang ku. Aku segera memasukan dompet ke saku celana kanan dan smartphone di saku celana kiri ku.

Aku segera berlari menuruni tangga dan memakai sepatu olahraga ku yang berwarna merah. Disaat yang sama Hanabi keluar dari kamar nya sembari mengusap mata nya.

"Kakak mau kemana pagi pagi gini?", tanya nya lemas karena bangun tidur.

"Kakak ada kencan", ucap ku sembari mengusap kepalanya lalu kembali menaiki tangga menuju kamar ku untuk mengambil jaket hitam ku.

"Heee?!! kakak nge-date?!!", tanya Hanabi masih berdiri di depan kamar nya saat aku menuruni tangga setelah memakai jaket ku.

"Masa kamu anggep candaan kakak beneran, gak lah ... kakak pulang agak malem ... kalo mau makan beli sendiri uang nya ada di laci meja belajar kakak", ucap ku melangkah ke luar dari rilumah lalu menutup pintu rumah kembali.