webnovel

Ai No Koe (Suara Cinta)

Ai No Koe "Voice of Love" Okino Kaito, remaja yang kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya. Ame (hujan) gadis yang ia temui di musim panas hari itu lenyap dari dunia ini. Walau hanya satu bulan mereka bersama, tapi cinta bisa tumbuh kapan saja. Sampai saat Ame meninggalkan dunia ini. Kaito seakan kehilangan hujan semangat nya. Dua tahun kemudian ia bertemu dengan gadis misterius yang tak mau berbicara sama sekali. Entah kenapa takdir membuat Kaito tertarik pada gadis itu. Hari demi hari Kaito lalui, mimpi mimpi aneh mulai menghantui nya. Potongan potongan mimpi itu memberi sebuah petunjuk pada Kaito. Kenapa Kaito selalu bermimpi aneh?

OkinoKazura · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
114 Chs

Chapter 26

Kaito

Kami berdua berlari menerobos macet nya kota. Kami seakan membekukan waktu di sekitar kami. Tapi tetap saja jam masih tetap berdetak.

"huh ... huh ... apa kau baik baik saja?", tanya ku seraya menggandeng tangan Ai menjaganya agar tak terjatuh.

Dia hanya fokus berlari tanpa menghiraukan pertanyaan ku tadi.

Ayolah ... aku tak pernah berlari lebih dari seratus meter, tapi ... aku mohon semoga masih sempat.

Kami terus berlari melewati gemerlapnya lampu dari gedung di kota. Aku seakan tak menghiraukan rasa lelah ku dan terus berlari bersama nya.

Ayolah pasti masih sempat ... aku mohon.

Aku hanya dapat berdoa agar takdir berpihak pada kami. Aku tak ingin perjuangan kami sia sia.

Sesaat kemudian aku menghentikan langkah ku. Dadaku rasanya sesak. Jantung ku berdegup sangat kencang.

Ai yang ikut berhenti pun terus menarik tangan kanan ku yang menggandeng nya sembari menunjuk ke depan.

"Huh ... huh ... iya iya ... cih, ayolah", ucapku seraya kembali berlari bersama Ai.

Ayolah tubuh lemah ku! ... beberapa ratus meter lagi, aku tak ingin dia kecewa hanya karena ku.

Beberapa saat kemudian kami akhirnya sanpai di tempat festival. Semua lampu sudah dipadam kan, artinya semua orang sedang berada di lapangan untuk menunggu acara puncak yaitu peluncuran kembang api.

Kami pun segera berlari menuju ke lapangan tempat acara puncak festival diadakan.

"Huh ... huh ... huh ... akhir nya sampai", ucap ku dengan nafas yang terengah engah.

Kami berdua berdiri ditengah keramaian menunggu kembang api menghiasi langit malam yang penuh bintang.

Duar ...

Suara kembang api yang mulai meledak.

Semua orang bersorak kegirangan. Dari anak anak sampai orang tua semua terlihat bahagia.

Dengan tubuh yang masih lelah ini aku menatap wajah Ai yang tersenyum manis memandang langit yang di hiasi warna warni kembang api.

Akhirnya ... senyuman nya kembali.

Aku yang dari tadi membungkuk kelelahan tanpa sadar langsung bisa berdiri tegak setelah melihat senyuman nya.

Yah ... ini lah kembang api yang tak pernah ku lihat semenjak tiga tahun lalu.

Saat aku menikmati keindahan langit malam penuh bintang yang dihiasi kembang api malam ini. Aku merasakan genggaman tangan Ai makin kuat.

Saat aku menoleh ke arah nya. Air mata sudah mengalir membasahi pipi nya. Tapi dia masih tersenyum melihat ke arah langit.

Eh?!, kenapa?!

Aku tak tau dan tak mau memikirkan nya. Yang pasti dia menangis bahagia karena sampai di sini tepat waktu.

Oh iya benar juga ... dimana Hanabi dan Mina?

Saat aku mengambil smartphone untuk menelepon Mina, ternyata smartphone ku mati kehabisan baterai.

Tepat saat itu juga kembang api sudah berhenti diluncurkan. Dan semua lampu kembali dinyalakan tanda acara puncak festival telah usai.

Orang orang pun mulai meninggalkan lapangan untuk kembali pulang ke rumah masing masing.

"Ai? Apa kau lelah?", tanyaku.

Dia mengusap air mata dengan punggung tangan nya lalu menggelengkan kepala dengan senyuman manis nya.

"Kau memang hebat, ayo aku antar pulang", ucapku tanpa melepaskan genggaman tangan nya lalu melangkah keluar dari tempat festival ini bersama nya.

Kami pun kembali sampai di pinggir jalan.

"Mau langsung pulang? Naik taksi lagi aja, itu di sana ada taksi", ucapku menggandeng nya ke arah taksi yang berada di pinggir jalan.

Setelah masuk dan duduk di kursi penumpang kami dikejutkan oleh suara pria yang tak asing.

"Woah! Kalian lagi!", ucap supir taksi yang sama saat mengantar kami tadi.

"Loh?!, kok bisa?!", tanyaku terkejut dan penasaran.

"Oi, aku ini supir taksi ... tentu aku mencari penumpang di sini setahun sekali sama seperti yang lain.", jelas supir taksi itu dengan senyum nya.

"Ohh ... ya sudah, ke arah SMA Asakura pak", ucapku.

"Weh, jauh juga ... kalian pasti tadi naik kereta kan?", tanya supir taksi itu.

"Iya, kalau malem gini udah gak ada kereta dan capek juga", jelas ku.

"Hmm ... apa kalian belum liat internet?", tanya supir taksi itu sembari melajukan taksi ke arah tujuan kami.

"He?!, internet?!", tanyaku penasaran.

"Ai, coba aku pinjam smartphone mu ... baterai ku habis soalnya", pintaku.

Ai hanya mengangguk kan kepalanya dan meminjam kan smartphone nya pada ku.