webnovel

Pedang Legenda Klan Qingling

Dua hari telah berlalu begitu cepat, seperti biasa dalam rutinitas Fu Shui, ia setiap pagi hingga sore terus latihan bela diri. Diajarkan oleh Zhun Shu, ayah dari Fu Shui yang ditakuti oleh negara Zhoulu.

Saat istirahat tiba, Fu Shui melihat pohon kecil yang begitu indah. Bonsai seperti nya ada di dunia ini juga, terlihat lucu bagi Fu Shui.

"Wah nak Fu Shui jangan liat pohonnya terus, nanti pohonnya malu." Goda Zhun Shu, ayahnya sambil mengusap rambut anaknya tersebut.

Ling Mei dan pembantu mereka, Yan Sheng ikut tertawa. Pipi Fu Shui memerah dicampur dengan ekspresi kecut.

"Nona muda kelihatannya tertarik dengan Bonsai Kemuning, mungkin kita bisa beli satu untuk hiasan kamarnya." Saran Yan Sheng.

"Idemu bagus juga Yan Sheng, tanaman yang disesuaikan dengan kepribadian seseorang. Akan menjadi memori yang indah jika dikenang dan juga biar serasi. " Timpal Ling Mei.

Ling Mei, ibu dari Fu Shui sedang memasak sesuatu yang lezat, tercium oleh hidung Fu Shui. Biasanya saat masih di Inggris ia memakan makanan yang sehat seperti roti dan teh. Meskipun pengetahuan nya tentang medis sudah hilang, ia tetap bisa mencium aroma masakan Ling Mei begitu sehat dan juga bisa dimakan.

Nasi kupas dengan garam dan kerang laut, tidak lupa dengan sayuran yang sehat untuk dikonsumsi. Ling Mei juga memberikan opsi makanan lain berupa sayuran yang sangat segar dan tak kalah enaknya dengan makanan yang dicampur dengan nasi kupas.

"Makannya banyak ya, nak Fu Shui." Ucap Ling Mei yang baru saja ingin bergabung makan.

"Haha, tapi jangan kebanyakan. Tetap jaga tubuh beliamu agar cita-citamu menjadi pendekar pedang terhebat didunia tercapai." Sambung Zhun Shu.

Zhun Shu tertawa sekali lagi, tawanya sangat lepas. Aura kegembiraan terasa dan begitu hangat, sangat hangat pada keluarga ini, andai mereka tau bahwa Fu Shui yang asli sudah meninggal. Andai mereka tau, tapi Nightingale tidak bisa memberitahu mereka siapa dia sebenarnya.

"Benar juga, sayang. Anak kita tahun ini akan jadi 11 tahun..Oh ya jangan lupa makan kacang-kacangannya." Kata Ling Mei dengan senyuman lebar.

Sarapan pun berlangsung dengan riang,Fu Shui makan dengan cukup dan Zhun Shu makan dengan lahap.

"Hmmmhhh, benar-benar masakanmu ga ada yang bisa nandingin sayang, apalagi kalau duet sama pembantu kita yang dapat diandalkan." Ucap Zhun Shu yang terlihat puas.

Ling Mei terlihat tersipu malu, Fu Shui bisa merasakannya. Di kehidupan lain, di wilayah cina ternyata beginilah suasananya jika beruntung mendapatkan keluarga yang baik dan juga dihormati.

"Oh iya hampir saja kelupaan, Fu Shui nanti temui ayah di ruang latihan." Kata Zhun Shu dan melihat kearah Fu Shui dengan tatapan yang Fu Shui bikin was-was.

"Baik, ayah." Balas Fu Shui.

Tak lama setelah itu, Fu Shui mematuhi perkataan ayahnya dan pergi menuju ruang latihan. Saat diruang latihan, Fu Shui melihat ayahnya duduk dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.

"Akhirnya kamu datang, ayah ingin kamu memilih satu dari empat pilihan." Ucap Zhun Shu dengan tenang dengan wajahnya yang tidak biasa, tidak bisa ditebak bahkan oleh Nightingale yang sudah berpengalaman sekaligus.

Sesaat ada kecanggungan, Fu Shui merasakan perasaan was-was jika ia ketahuan. Zhun Shu, meminta anaknya tersebut untuk menunggu setelah membuat Fu Shui penasaran apa empat pilihan yang diucapkan Zhun Shu. Tak lama sesudah itu, Fu Shui diantar ke sebuah ruangan bawah tanah yang mengejutkan Fu Shui.

Sungguh ia kaget bahkan memory Fu Shui juga kaget dan langsung mencoba merespon hal yang baru hingga akhirnya Fu Shui sudah sampai berada diruang bawah tanah yang terlihat seperti ruang latihan, namun lebih besar daripada ruang latihan yang ada diatas.

"Jadi kamu sudah memikirkan tawaran ayah?." Kata Zhun Shu.

Dan entah mengapa reflek Fu Shui merespon "Sudah". Padahal dirinya, Nightingale belum pernah berbicara pada Zhun Shu sekalipun.

Seperti debu pada buku yang akhirnya dibuka, Fu Shui akhirnya paham apa yang terjadi ketika ingatan tubuh asli Fu Shui ini merespon.

Sekejap saja ekspresi biasa Zhun Shu yang keras kini menjadi lembut dan membentuk seringai kemenangan. "Jadi bagaimana, Putriku. Masa depan ada ditanganmu, jangan lupakan pelajaran terpenting itu." Timpal Zhun Shu.

"Aku ingin berlatih menjadi Jawara, melatih energi spiritualku dan melupakan keinginanku menjadi seorang penyihir maupun menjadi ksatria elit Emperor Claudia." Kata Fu Shui.

Kini giliran Fu Shui tersenyum, tapi Fu Shui tetap berhati-hati karena menurut ingatan Fu Shui bahwa Zhun Shu pintar mengobrak-abrik jalan pikir orang lain termasuk anaknya sendiri.

"Hmm, itu benar aku ingin kamu menjadi Jawara, tapi ibumu berubah pikiran dan ingin kamu menjadi penyihir yang ahli dalam pertempuran jarak dekat maupun jauh." Jelas Zhun Shu.

Zhun Shu tampak berfikir, ia mengetuk ujung jarinya dengan irama yang acak.

"Ayah tenang saja, aku akan berjanji akan menjadi seorang Jawara. Aku juga perlahan mempelajari ilmu sihir wahai Ayahandaku." Kata Fu Shui.

Mendengar perkataan Fu Shui membuat Zhun Shu sedikit menyentakkan kepalanya, ia kemudian kembali tersenyum.

"Hahaha, ayah tidak pernah memikirkan hal tersebut.. Tapi, itu juga bisa jadi opsi yang bagus." Kata Zhun Shu dengan suara yang menggelegar setelah tertawa.

"Hao de, kalau begitu ayah akan berikan sesuatu untuk mu." Lanjut Zhun Shu dan kemudian ia mengangkat sedikit satu tangannya dan di telapak tangannya muncul cahaya yang akhirnya membentuk sebuah pedang dengan ukiran bahasa khas Zhoulu di batang besinya.

"Nih, ayah beri hadiah sebuah Goujian yang bernama Jia."

"Ayah yakin memberikannya padaku? Umurku masih 11 tahun." Balas Fu Shui.

Zhun Shu tetap menyodorkan pedang tersebut secara perlahan. "Umur bukanlah sebagai alasan kamu berhak memegang pedang atau tidak, yang terpenting kamu menggunakannya untuk jalan kebaikan, putriku." Kata Zhun Shu.

Hati Nightingale entah mengapa tergerakkan, ia merasakan motivasi. Ini seperti saat ia termotivasi dalam mengobati pasien-pasiennya saat di Inggris. Hingga akhirnyaa, Nightingale yang kini sebagai Fu Shui mulai menggerakkan tangannya untuk menerima Goujian dari Zhun Shu.

Pedangnya tidak terlalu berat atau memang badan ini sudah berlatih cukup bagus, pedangnya bercahaya abu-abu kemudian menjadi merah tua disertai oleh vision retakan yang berasal dari batasan gagang Goujian dan batang besinya.

Zhun Shu terdiam lalu mengerutkan dahinya seolah-olah ada sesuatu yang aneh, namun ia tetap mengawasinya. Dan setelah vision sekaligus cahaya nya menghilang, pedang tersebut kembali ke seperti semula.

Fu Shui menggunakan teknik Cloud untuk menyimpan Goujian miliknya ke sebuah lemari dimensi yang hanya diketahui oleh penggunanya saja.

"Putriku, ingatlah satu hal. Goujian ini adalah pedang legenda Klan Qingling dan jangan sampai kamu menghilangkan nya dan jangan dipakai untuk menyakiti orang." Kata Zhun Shui yang kini menasehati Fu Shui.

"Ayah, terimakasih.." Balas Fu Shui dan langsung menerjang Zhun Shu untuk dipeluk.

"Selamat ulang tahun Fu Shui." Balas Zhun Shu.

Kehangatan ayah dan anak terjadi, Nightingale menjadi luluh dengan sifat Zhun Shu sebagai ayah dari Fu Shui. Dilihat dari pertanyaan dan kesepakatan, Fu Shui memikirkan hal tersebut terlalu banyak sehingga ia melampiaskan nya dengan melawan Ballista.

Malang sekali nasib anak ini dan Nightingale berjanji akan membawa cita-cita Fu Shui hingga menjadi kenyataan.

-𝘽𝙚𝙧𝙨𝙖𝙢𝙗𝙪𝙣𝙜-