Ikatan batin Ayah dan anak itu ternyata sangat kuat. bagaimana tidak bahkan dalam hilang ingatan pun Steve merasakan kesakitan putranya.
Katrine datang sembari berlari kecil dengan sepatu hak tingginya. "Apa yang terjadi, kenapa Steve?" tanya nya.
"Kepalaku sedikit sakit, tolong bantu akhirnya kembali ke kamar!" pintar Steve tanpa menoleh pada Katrine.
Mereka berdua kembali ke kamar Steve.
Katrine kemudian ia kembali bertanya karena rasa penasaran nya. "Apa yang terjadi?"
Steve berusaha bersandar di atas ranjang nya. "Aku dari kamar Sonia, anehnya perasan ku tiba-tiba terpaut begitu saja ada perasaan aneh!"
"Kalau begitu sudah cukup jangan ke sana, lagi pula kamu belum pulih!"
Mendengar katrine sedikit memaksakan suaranya, Steve sedikit penasaran juga. "Kenapa kamu begitu marah karena aku melihat istri adikku dan keponakan ku?"
Mendengar ucapan Steve, Katrine hampir lupa bahwa laki-laki itu sedang Amnesia.
"Aku kesal karena kamu berjalan-jalan padahal sedang sakit, " ucap Katrine mencari alasan.
"Aku baik-baik saja sekarang jangan terlalu khawatir," jawab Steve begitu saja.
Ia memilih tidak mau berdebat dengan Katrine dan membaringkan tubuhnya di kasur.
Satu bulan berlalu ya bayi itu waktu lama untuk pulih, ia sekarang sudah normal dan bisa di bawa pulang. Betapa senangnya penyambutan bayi itu sangat meriah semua keluarga inti datang membawa bingkisan barang-barang mewah untuk sang bayi.
Ya bayi yang di juluki lahir dengan sendok perak itu benar-benar menikmati keberuntungan nya itu lahir dari keluarga kaya raya. Termasuk Kakek dan Nenek nya yang juga pengusaha sukses.
"Karena kita sepakat memberi nama bayi ini saat dia pulang, jadi apakah kalian sudah menyiapkan nama?" tanya Mr. Leonardo pada Edward juga Sonia.
Namun Sonia terus melihat ke arah Steve yang juga ada di sana bersama Katrine. Lelaki itu tertuju pada bayi yang menggemaskan.
"Aku sudah punya nama aku memikirkan ini sudah lama, namanya Elden casanova leonardo!"
Mendengar nama yang di ucapkan Edward untuk bayi itu membuat semua keluarga tercengang.
"Nama yang hebat, kamu bijak sana!" ucap pak Casanova mertuanya.
"Aku berharap dia hebat seperti namanya, membawa kesejahteraan bagi seluruh keluarga, kelahiran nya benar-benar membuatku bahagia," lirih Edward sembari tersenyum ke atas istrinya.
Katrine menarik nafas sembari menutup sedikit mulutnya dengan tangan, Lihat sayang, kita harus seromantis mereka, kak Edward selalu sangat penuh cinta memperhatikan kak Sonia," timpakan Katrine yang diangguki semua orang, mereka setuju kalau Edward memang perhatian.
Steve tersenyum simpul di tengah kebahagiaan semua orang, ia tak memikirkan ucapan Katrine karena bingung harus bereaksi seperti apa.
Steve masih merasa ia seperti orang asing karena tidak merasakan hal apapun kecuali pada Sonia yang membuat nya sedikit penasaran.
Semua orang bergantian menggendong Elden yang menggemaskan, sampai bayi itu kembali ke pelukan ibunya dan tertidur di gendongan Sonia.
Elden memiliki tanda lahir di atas punggung tangannya mirip seperti milik Steve, namun hanya Sonia yang menyadari itu.
Bertambah nya anggota keluarga baru, membawa kebahagiaan bagi semua orang.
"Kak Sonia, ini u tuk Elden agar kamu tak perlu terus menggendongnya kata mama kalau bayi di gendongan terus dia akan manja dan melelahkan kakak." Carine, adik Edward memberikan sebuah alat canggih untuk bayi tidur dan bisa bergerak seperti serasa di gendong.
Semua orang memberikan peralatan dan alat-alat bayi yang mewah dan modern dengan harga fantastis.
Kini giliran Steve dan Katrine mereka memberikan sebuah selimut bayi bermerk dengan harga fantastis juga,"Kak sebenarnya aku tidak ikut pergi belanja mencari hadiah, jadi aku hanya menyuruh Steve yang membeli, maafkan aku jika kamu tidak menyukai nya karena yang memilih laki-laki! "
Sonia mengangguk, "Tidak apa-apa, putra ku masih bayi dan pasti akan sering mengompol kami memang memerlukan banyak selimut nantinya, " ujar Sonia menerima pemberian Steve, ya ia merasa senang setidaknya putranya mendapatkan hadiah dari Ayahnya yang hilang ingatan itu.
Sonia meminta izin menidurkan putranya dulu karena tampaknya ia juga sedikit lelah.
Pertama kalinya ia memasuki kamar sang bayi uang di renovasi dengan dekor pilihan Edward seluruh nya. Ia tak sempat memilih saat itu karena berada di rumah sakit untuk kelahiran sang putra.
Walau barang-barang nya sudah ia beli sebelum nya.
Kamar berwarna biru dengan gambar awan di dinding nya dan di beri nama Elden di atas ranjang, dengan sofa besar di kamar bayi itu bahkan lebih besar dari ranjang tidurnya membuat Sonia takjub dengan penataan nya.
"Apakah kamu yang memiliki ide ini?" tanya Sonia pada Edward yang berdiri di samping nya.
"Iya, aku sengaja menaruh sofa besar agar kamu tidak lelah jika menyusui putra kita, dan agar nyaman saja ketika kita minum teh menunggu dia tidur!" lirih Edward.
"Terimakasih sudah melakukan nya untukku," Sonia menatap suaminya dengan sungguh dan air mata mengalir begitu saja.
"Tentu saja, aku akan memberikan semua yang di butuhkan oleh mu dan putra kita, apapun!"
Sonia mengangguk mengerti walau sebenarnya di hatinya terus terpikirkan ia menyakiti lelaki yang amat sangat mencintai nya itu, kebohongan yang terus di tutupi sampai sekarang, bahkan ia menyayangi bayi yang bukan darah dagingnya.
"Sayangku, terimakasih sudah bertahan dan memperjuangkan kelahiran Elden, kamu memberikan kebahagiaan yang berlipat untukku dan seluruh keluarga kita,"
Mereka menatap bayi mungil yang kini di letakan di ranjang bayi, dia sangat manis sekali ketika tidur dengan mulut yang sedikit bergerak seperti sedang menyusu.
"Tidurlah sayangku, terimakasih sudah pulang ke rumah dan berjuang demi mama dan seluruh keluarga ini," ucap Sonia pada bayinya, di ikuti kecupan di pipinya.
"Sayang, lihat semua bentuk wajahnya mirip dengan mu, dia tidak ingin mirip denganku!" lirih Edward, yang masih berdiri di samping ranjang bayinya itu dengan sang istri.
Sonia serba salah dan gugup. "Sayang, dia masih kecil, bagi terus berubah wajahnya ketika masih kecil,"
"Kamu benar sayangku, maksudku adalah, dia tahu ibunya sudah bertaruh nyawa untuk melahirkan nya ke dunia, jadi aku rasa dia sangat menyayangimu."
"Benarkah?"
Edward mengangguk. "Siapa yang tidak banggakan lahir dari rahim Sonia, wanita hebat yang punya segalanya, " timpal Edward lagi.
"Tapi aku juga bangga bahwa dia akan besar pada pengawasan kita, kamu sebagai ayahnya yang bijaksana, " lirih Sonia penuh kebohongan, tepatnya membohongi hatinya.
"Aku akan bergantian dengan mu dalam menidurkan Elden jika dia bangun malam hari, aku juga sudah memasang CCTV dengan kualitas bagus yang langsung menyorot pada ranjang bayi kita dan bisa di monitor dari kamar kita,"
Sonia melihat ke pojok atas ruangan itu dan benar ia melihat benda setengah bulat yang menempel dengan cahaya infrastruktur merah yang berarti kamera itu menyala. Ia tak menyangka Edward melakukan keamanan tinggi untuk putranya.