webnovel

Aegis The Twins Bloodless - Re:Turn

Sebuah kisah petualangan seorang Aegis, sang juru selamat. Seorang remaja yang sedang mencari jati dirinya sebagai seorang Aegis. Dia dan temannya dari Sekolah Sihir 1 Bandung pergi berpetualang ke dunia lain dalam rangka pertukaran pelajar antar dua dunia. Dengan harapan sepulangnya mereka dari Aizza, mereka dapat menghilangkan sihir jahat tingkat tinggi yang menyelubungi kota Bandung.

itsmdg · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
14 Chs

Turnamen Sihir

Beberapa hari telah berlalu, hubunganku dan Elen kembali membaik seperti biasanya. Dino dan ke 2 temannya itu masih seperti biasa, sedangkan Red Scarlett … aku tak pernah berbicara dengannya. Setiap kali kami bertemu di kamar, dia sudah tertidur.

Di sekolah aku menjalani hari-hari seperti biasa, dan seperti biasa pula aku buruk dalam pelajaran sihir, namun saat pelajaran olahraga, semua hal-hal mengenai kekuatan fisik, aku tak terlalu buruk. Aku masih bisa mendapat nilai bagus tanpa menggunakan sihir penguat milikku.

Lalu tiba saatnya pendaftaran turnamen sihir.

Beberapa murid akan dipilih untuk menjadi perwakilan sekolah dalam turnamen antar sekolah, tentunya yang dipilih hanya mereka yang terus melaju dan bertahan hingga akhir, mungkin 5 besar atau mungkin 3 besar, entahlah.

Turnamen ini bersifat tidak wajib, siswa bebas memilih untuk ikut serta atau pun tidak. Kebanyakan dari mereka memilih untuk tidak ikut, karena wajar bagi mereka yang tak begitu tertarik dan tentunya tak memiliki kekuatan untuk ikut serta turnamen ini. Karena dari tahun ke tahun turnamen ini selalu diisi oleh orang-orang yang gila dan tentunya sangat kuat. Bahkan sang juara bertahan pun masih boleh mengikuti turnamen ini, saat ini dia berada di kelas 3-B. Richard Moonford, seorang elf.

Ya … dia seorang elf, dan dia juga merupakan sang juara 2 tahun berturut-turut. Tahun ini pun dia di prediksi akan memenangkan turnamen tersebut untuk ke 3 kalinya dalam sejarah. Dan satu hal lagi yang tak kalah mengejutkan, makhluk terkuat dalam urusan bertarung, Ogre. Ras Ogre yang bisa merubah tubuh mereka menjadi manusia, memilih untuk tinggal di kota Bandung. Karena kebanyakan Ogre di Aizza hanyalah sekumpulan makhluk bar-bar yang tak berakal, maka dari itu mereka lebih memilih tinggal di kota Bandung, meski banyak orang yang membenci mereka.

Dan salah satu ogre yang terkuat berada di sekolah ini, dia adalah Ragnar putra dari Igor, ogre sang juara. Dia berada di kelas 3-A, dalam dua tahun terakhir dia selalu kalah di final melawan Richard, dan mereka adalah dua murid terkuat di sekolah sihir 1 Bandung.

Sebenarnya aku tak ingin mengikuti turnamen ini, tapi sepertinya aku tak bisa melawan arus. Ada satu hal yang perlu diselesaikan, Dino. Dia bersikeras menantangku di turnamen tersebut.

Dan satu lagi alasan mengapa aku mendaftar di turnamen ini adalah hadiahnya, empat orang teratas di turnamen ini berkesempatan untuk mengikuti tes program pertukaran pelajar dengan sekolah sihir di dunia lain, Aizza.

Saat aku dan Elen kembali ke kelas, kami bertemu dengan dua orang anggota OSIS yang sepertinya sedang menunggu kedatanganku di depan kelasku.

"Hey Rey, akhirnya aku menemukanmu! Aku sudah lelah menunggu," ucap seorang laki-laki yang cukup tinggi, dengan rambut cepaknya. Dia bersama seorang gadis kecil seperti bocah SD dengan rambut yang di ikat menjadi dua bagian. Dua orang yang sangat berbeda jauh, dan sama-sama aneh.

BAG!

"Arghh!! Kenapa kau menginjakku?! Nino?!" Ucap sang pria dengan rambut cepak kepada Nino, si gadis kecil.

"Entahlah, tiba-tiba aku kesal … dan ingin menghajar seseorang," jawab Nino.

"Tapi kenapa harus aku?!"

"Sudahlah, diamlah kau botak!"

"Bo-bo-botak?? Y-ya maafkan aku, Nino."

Benar-benar duo yang sangat aneh.

"Apa kalian ada perlu sesuatu denganku?"

"Ya, kak Lisa memanggilmu, saat ini dia sedang sibuk dengan para panitia turnamen, dia ingin berbicara denganmu nanti sepulang sekolah saat bagan turnamen di umumkan. Temuilah dia nanti. Aku hanya ingin menyampaikan itu, tapi sepertinya Nino ingin bicara denganmu. Ngomong-ngomong, namaku Bobby, salam kenal."

"A-a-apa yang kau bicarakan dasar Bobi! Botak Biadab!!" teriak Nino kepada Bobby dengan wajah yang sedikit memerah sambil menginjak kembali kaki kanannya.

"Bo-bo-bobi?!! Botak biadab?!! Kenapa kau selalu menginjakku?!!! Bukankah kau yang ingin bertemu dengan Reyy?!"

"Bodoh, dasar bodoh! Ayo pergi! Hmpph!"

Mereka … benar-benar aneh, sangat aneh, apakah anggota OSIS isinya hanyalah sekumpulan orang-orang aneh? Entahlah. Tepat sebelum mereka pergi, Nino sempat mengatakan sesuatu kepadaku.

"Berhati-hati lah saat turnamen nanti."

Itulah yang dia katakan, aku tak tahu maksud dari perkataan itu. Tapi intinya aku harus berhati-hati.

"Ooh … jadi, tuan Reyy sudah mulai terkenal? … ooohh," ucap Elen dengan nada yang seakan mengejekku.

"Hah? Apa maksudmu?"

"Tidak ada."

Bobby dan Ninno dari kelas 2-B. Aku tak percaya jika gadis kecil itu adalah kakak kelasku. Jika dipikir-pikir lagi memang masuk akal, semua anggota OSIS isinya kelas dua dan tiga, karena pendaftaran untuk kelas satu masih belum dibuka.

Beberapa jam kemudian, bel pulang pun berbunyi, semua murid berkumpul di mading dekat kantin untuk melihat hasil pemilihan bagan turnamen. Aku dan Elen pun bergegas ke sana dan melihat bagan turnamen tersebut, dan hasilnya—

Pertandingan pembuka, aku melawan Richard Moonford, anak dari pemimpin Aliansi Bumi dan Aizza, pemimpin Union Six, Venrie Moonford. Sekaligus pria yang menyandang sebagai orang terkuat di sekolah.

Aku benar-benar sial.

Tiba-tiba kaki ku terasa lemas, dan tanganku sedikit bergemetar. Bahkan sebelum bertanding pun aku sudah berpikir untuk menyerah, padahal aku belum pernah bertemu dengannya dan tak tahu seberapa kuat orang terkuat tersebut.

Entah kenapa aku terlihat seperti seorang pengecut seperti ini, aku harus yakin dengan kekuatanku.

"Reyyy, apa kau baik-baik saja?" tanya Elen dengan wajah yang sedikit cemas.

"Aku baik-baik saja."

"Hmmm… ok."

Lalu tak lama kemudian terdengar suara gaduh dari belakang.

"Tolong permisi, aku ingin melihat bagan turnamen tersebut," seseorang datang dari kerumunan dan berdiri di sampingku sambil melihat bagan turnamen, dengan rambut panjangnya yang berwarna kuning pucat dan telinganya yang khas, serta wajah yang begitu tampan. Saat pertama kali melihatnya, aku sangat yakin sekali, jika dia adalah Richard Moonford.

Saat dia datang, semua orang membuka jalan untuknya, mereka terdiam dan terpesona saat melihatnya. Beberapa wanita berteriak histeris memanggil namanya, para lelaki hanya diam terkagum, iri, dan benci kepadanya.

"Hmm, begitu. Kau, kau Rey Kusuma benarkah itu? Aku Richard, salam kenal. Sepertinya kita akan berhadapan minggu depan, aku sangat menantikannya. Kalau begitu aku pergi, sampai jumpa minggu depan," dia tersenyum dan pergi meninggalkan kerumunan.

Lalu tak lama setelah itu muncul satu orang lagi yang lagi-lagi mencuri perhatian banyak orang, Ragnar. Tinggi besar, kekar, berkulit coklat, dan rambut gimbal yang tertata rapih, dia melihat bagan kemudian menatapku dan pergi begitu saja tanpa mengucap sepatah dua patah kata.

Kemudian datang dua orang yang pernah kutemui sebelumnya di UKS.

Gadis berambut merah yang tertidur di UKS beserta temanya yang waktu itu berada di luar yang menepak punggungku. Aku tak tahu siapa dia, dia benar-benar misterius, tatapanya terlihat sangat kosong, lebih ke … seperti gadis yang sangat polos, entahlah.

"Lihat kemana kau dasar mesum?!"

Uahh… temannya itu benar-benar merepotkan, dia meneriaki semua lelaki yang melihat ke arah gadis berambut merah tersebut. Apa dia ibunya?? Saudaranya? Pengasuhnya? Entahlah.

Lalu tiba-tiba si gadis berambut merah itu menatapku.

Seketika aku terdiam, dan sedikit terkejut.

Lalu bajuku tiba-tiba di tarik oleh Elen dari belakang.

…?

"Jangan bergerak, tetap seperti itu Reyyy." bisik Elen kepadaku.

Apa jangan-jangan dia tidak melihatku, tapi melihat Elen? Apa mungkin mereka sudah mengenal satu sama lain atau bagaiamana? Entahlah. Dari cara Elen bersembunyi di belakangku, sepertinya dia tak ingin bertemu dengan gadis berambut merah tersebut. Baiklah, sepertinya aku juga menjadi seorang pengawal seperti perempuan itu yang mengawal si gadis berambut merah.

Saat aku hendak pergi pulang—

"Awas! Awas! Minggir kalian semua para sampah! Tuan Dino mau lewat! Minggir kalian semua!"

Ke 2 orang yang sangat berisik itu datang bersama Dino.

Mereka bertiga melihat bagan tersebut lalu salah satu dari mereka berkata, "Lihatlah tuan Dino, si manusia serigala itu benar-benar sial! Hahahahaha!"

Setelah itu mereka pun pergi begitu saja.

"Elen kau boleh pulang duluan kalau kau mau, aku ada janji."

"Oh Rey, kamu mau menemui kak Lisa bukan?"

"Ya, kau ikut?"

"Hmmm… aku pulang duluan, dah …"

Dia pergi, tersenyum padaku, dan melambaikan tanganya.

Entah kenapa saat dia melakukan hal itu, aku malah tersipu malu! Sialan, jika dipikir-pikir lagi apa yang di lakukan kepadaku tidaklah wajar! Hubungan kami terlihat seperti sepasang kekasih! Ahh sial! Kenapa aku tersipu malu olehnya?!!

Ketika aku tak sengaja memalingkan pandanganku, tiba-tiba Elen sudah menghilang begitu saja! Padahal beberapa detik lalu dia berada di depanku, aku benar-benar tak tahu apa yang baru saja dia lakukan. Teleportasi atau apapun itu, entahlah.

Seolah-olah dia hilang ditelan Bumi.