webnovel

Adiptara Family's

Dimulai sejak dua hari yang lalu tepatnya setelah ia pulang sekolah dan menemukan tiga orang berjas hitam menyerupai bodyguard dan satu orang berpakaian formal berwarna abu gelap diruang tamu Panti Asuhan tempat ia tinggal. Dan yang lebih mengejutkannya lagi__mereka datang dengan maksud melamarnya untuk tuan muda mereka__yang konon katanya telah memasuki usia menikah (menurut kalender perhitungan pernikahan keluarga Adiptara)__dengan siapapun itu dan dari kalangan manapun itu asalakan si gadis, wanita, atau janda sekalipun__baik sengaja maupun tidak sengaja menyentuh pertama kali sang tuan muda saat ia tepat berusia 25 tahun. Aneh bukan? Dan sialnya itu Anya. Lantas ada apa dengan usia 25 tahun di keluarga Adiptara? Ketahui rahasia-rahasia keluarga Adiptara melalui kisah ini!!

Orekyu · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
31 Chs

Chapter 7 Alam Bawah Sadar

"Anya. Hei! Anya__kau baik?"

Tubuh gadis itu diguncang dengan kencang. Seketika Anya membuka mata dan meraup oksigen dengan rakus. Wajahnya kian memucat dan peluh membasahi tubuhnya. Ketika kesadarannya mulai muncul__manik cokelatnya melebar saat menangkap sosok Rayland tepat didepannya__memegang kedua bahunya. Lantas Anya menjerit dan meronta. Saat gadis itu mencoba melompat dari ranjang. Rayland segera menahan dan memeluknya kuat__agar segera berhenti mengamuk.

"Anya diam!" Suara pria itu meninggi. Tetapi pelukannya tidak mengendor sama sekali.

"Jangan bunuh aku!"

"Hah? Kamu ini bicara apa?" Nadanya terdengar khawatir, "Anya buka matamu!" Tetapi gadis itu tidak kunjung membuka mata. Bahkan sekarang mulai menangis. Anya ketakutan dan Rayland menyadari itu. Tapi kenapa?

Sedikit geram Rayland berucap, "Anya buka matamu dan lihat aku!"

Karena bentakan itu berhasil menyadarkan Anya. Matanya langsung melebar terbuka. Ditatapnya Rayland yang juga menatapnya dengan mimik aneh__yang gadis itu sulit mengerti. Tatapan pria itu seolah mengantarkan arus penenang yang berhasil membuat Anya merasa sedikit lebih baik.

"Kamu bermimpi buruk?" Anya mengangguk. Menghela nafas Rayland melanjutkan, "katakan!"

Memutus kontak mata dengan Rayland. Anya memilih menunduk dan mencoba mengatur perasaannya yang sungguh kacau. Oh! Di sangat ketakutan. Mimpi itu benar-benar mengejutkannya setengah mati. Mengapa harus Rayland? Fikirnya. Tanpa gadis itu sadari bahwa sulur auranya yang abu-abu perlahan muncul. Itu menandakan ketakutannya. Setelah merasa bersahabat dengan perasaannya sendiri ia memberanikan kembali untuk menatap tepat di mata Rayland.

"Aku bermimpi__" Rayland masih menunggu dengan sabar sembari menatap Anya, " kamu membunuhku dengan cara mencekik leher ku."

Dan perkataan itu berhasil membuat manik segelap malam milik Rayland melebar sampai beberapa detik. Lalu menghilang dangan cepat digantikan mimik datar andalannya. Pria itu jelas tidak menduga jika mimpi Anya yang satu ini cukup aneh. Bukan hanya itu__Anya juga kadang bertingkah selayaknya bukan dirinya. Ia jadi sering bermimpi semenjak berada di Bali dan yang membuat Rayland tidak habis fikir adalah mimpi-mimpi itu mengenai keluarga dan juga dirinya.

Ada apa sebenarnya?

Mungkinkah__

Tapi bagi Rayland saat ini Anya terlihat tertekan. Padahal dua hari belakangan gadis itu sudah baik-baik saja. Mimpi-mimpi itu jelas mempengaruhi keadaan psikisnya. Tepat ketika semua orang berkumpul kembali didalam kamar hotel milik Rayland dan Anya. Pria itu mengatakan bahwa besok pagi mereka akan kembali ke mansion Adiptara. Sempat gadis itu menolak tetapi Rayland tidak ingin dibantah.

Rayland tentunya tidak bisa mengambil langkah lain selain segera membawa Anya pulang ke Jakarta. Jelas. Rayland cukup panik ketika melihat Anya yang baru saja tertidur setelah mandi__seketika menjerit dan meronta bak orang kesurupan. Mungkin itu terlihat biasa ketika difikir hanya mengigau__tetapi jika sampai mencekik leher sendiri. Untuk ukuran Rayland sekalipun itu jelas membuatnya panik.

Jadi, ketika fajar menyingsing,

.

.

.

Keluarga itu kembali ke mansion Adiptara.

Saat itu sudah sore dan keluarga besar Adiptara baru tiba di mansion. Perjalanan dari Denpasar, Bali__menuju Jakarta memang hanya membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam perjalanan ditambah mereka menggunakan pesawat pribadi. Karena Ryan harus mengurus beberapa hal dan baru selesai saat waktu menunjukkan pukul 4 sore, jadinya mereka tiba di mansion satu jam setelahnya. Sedangkan Ramlan masih berada di Bali bersama Rayland, tidak ada penjelasan lanjut mengapa kedua orang itu memilih pulang beberapa hari lagi__jadi Anya pun pulang dengan para kakak ipar dan adik iparnya__Rendi.

Sejujurnya Anya tidak ingin pulang. Ia ingin liburan. Tetapi perintah Rayland sama sekali tidak bisa dibantah dan ia harus menurut. Ia keheranan__bagaimana bisa ia bermimpi aneh seperti itu. Dan kalau saja itu tidak terjadi ia mungkin masih bisa menikmati masa-masa liburnya dari miss Ani, di Bali. Walau begitu. Anya merasa apa yang Rayland putuskan sudah benar. Terkadang gadis itu merasa sangat ketakutan dan tidak nyaman ketika mimpi aneh itu muncul lagi__dan Anya atau Rayland sekalipun merasa pemicunya adalah Bali itu sendiri. Sebenarnya apa yang ingin di tunjukkan oleh mimpi itu? Mimpi itu muncul bukan kerena hanya ingin menakuti Anya, kan?

Anya merinding.

Tapi jika wanita yang ia lihat waktu adalah hantu. Maka hantu itu mungkin saja si mayat wanita yang tidak lain adalah ibu Rayland sendiri. Apa benar ada hantu? Oh! bulu kuduk Anya serasa berdesir. Tetapi Anya adalah sejenis orang yang lumayan percaya dengan hal-hal mistis seperti itu sebab buktinya saja ia bisa melihat warna aura. Walaupun ia sendiri adalah pribadi yang penakut.

Dasar Anya!

Tepat ketika Anya akan berbalik menghadap ranjang milik Rayland disebelah kanan ranjangnya. Bayangan seseorang dari arah pintu masuk seketika mengilang dan Anya tidak menyadari itu__bahwa seseorang telah berdiri cukup lama didepan Pintu yang sedikit terbuka, tengah memantau gadis itu__lantas baru menghilang ketika Anya berbalik. Menatap cukup lama ranjang Rayland yang masih rapi menandakan tempat itu tidak pernah ditiduri penghuninya, Anya jadi menghembuskan nafas karena merasa lelah. Sampai karena merasa bosan ia memilih bangkit kemudian turun kebawah menuju ruang makan. Mungkin para koki sedang mamasak sesuatu karena gadis itu sedikit lapar. Waktu makan malam masih satu jam lagi tetapi gadis itu sudah tidak tahan. Lagi pula baik Rayland atau Ramlan sedang tidak ada dirumah__jadi dia bisa makan lebih dulu kan.

"Oh! Anya sudah bangun?" Seru Rangga yang melihat Anya memasuki ruang makan dengan tampang lesu.

Heh? Bangun?

Memangnya dia tidur?

Dia tidak tidur tapi hanya rebahan__Anya yang baru tiba di ruang makan menemukan Rangga dan Ui di meja makan. Astaga nasib sial. Seketika tatapan gadis itu memicing saat melihat ada makanan didepan kedua pasangan psyco itu. Dasar. Mereka bahkan sudah lebih dulu makan. Berjalan mendekati kursi kosong yang tepat berada di depan keduanya. Anya kemudian duduk dengan santai mengabaikan kedua pasangan aneh itu. Ketika sudah duduk cepat-cepat pelayan melayaninya dengan baik. Menaruh peralatan makan dan memberinya sedikit makan pembuka sebelum makanan besar dan utama tiba.

Hitung-hitung untuk menahan sedikit laparnya.

"Dimana kak Tania dan yang lain?"

"Mungkin masih dikamarnya," jawab Rangga sekenanya lantas mencomot buah anggur lalu memakannya. Melihat itu__Anya jadi ikut-ikutan dan mengambil beberapa butir buah anggur dan memakannya sekaligus.

"Tunggu saja, mereka pasti turun saat lapar. Hihihi__tapi mungkin seru saat mereka mati kelaparan." Ui mengatakan itu sambil terkikik dangan gaya khasnya yang menakutkan. Membuat Anya meriang dan hampir saja tersedak. Gadis itu harus terbiasa dengan gaya bicara Ui yang aneh__sehingga kedepannya ia bisa lebih santai sedikit.

Menelan bulat-bulat anggurnya Anya membalas, "terserah!" Dan Ui terkikik lagi.

Dasar sinting.

"Oh ya Anya," tatapan gadis itu mengara pada Rangga yang juga menatapnya, "sebenarnya mimpi apa sih yang kamu lihat sampai Rayland memutuskan kita pulang? Apa tentang wanita berbaju putih lagi?"

Mendengar itu Anya tidak lantas menjawab. Tatapannya menerawang dan fokusnya tidak lagi dimeja makan. Ketika fikiriannya kembali pada saat itu. Anya jadi merinding sendiri. Tepat ketika Tania dan Ryan muncul di ikuti Rendi dibelakang, fokus Anya pecah. Dan ia jadi sedikit gugup.

"Hmm__bukan apa-apa, hanya mimpi buruk biasa." Ia memilih mengatakan itu. Jika Rayland sendiri tidak berterus terang dengan keluarganya sendiri. Jadi mengapa Anya harus. Sesimpel itulah Anya.

"Anya kamu baik?" Tania mendekati gadis itu lantas duduk di kursi disamping Anya. Mencoba memastikan jika dia baik-baik saja. Melihat Anya mengangguk tapi tidak membuat Tania segera percaya.

"Tapi wajahmu pucat."

"Dia pasti kelaparan," Rendi masuk dalam percakapan. Tetapi ucapan itu justru berhasil mengalihkan perhatian Anya. Sekarang bahkan sudah memelototi Rendi yang duduk dikursinya.

"Aku memang lapar," dan Rendi akhirnya tertawa.

"Lihat! Dia itu baik-baik saja. Lagipula dia mimpi buruk pasti karena tidak berdoa saat tidur."

Anya semakin melotot lantas meraih garpu. Tetapi belum sempat Anya melayangkan aksinya untuk melempar Rendi__Tania disampingnya sudah hampir menangis. Jadi ia menghela nafas dan kembali meletakkan garpu malang itu__membuat Ui jadi kehilangan adegan lucu secara live. Tapi ia meraih buah apel dari tangan Rangga lalu melemparkannya sekuat tenaga menuju Rendi.

"Oh f***! Anya. Ini sakit!" Rendi mengadu kesakitan saat apel itu mengenai dahinya yang mulus. Pemuda itu mengelus dahinya sembari menantap Anya penuh permusuhan.

Lihat saja, dia pasti akan membalas.

"Rasakan!" Kata Anya sembari menjulurkan lidahnya mengoloki Rendi.

Rendi jadi semakin kesal saat melihat semua kakaknya tertawa kecuali Tania tentu saja. Wanita cantik itu memberenggut seperti biasa__matanya bahkan sudah berkaca-kaca.

Ketika makan malam yang khidmat itu berakhir. Mereka berkumpul diruang tengah sembari menonton tv__lebih tepatnya Anya dan Rendi yang menonton. Ui dan Tania sedang membicarakan hal-hal seputar wanita sedangkan Rangga dan Ryan bekerja seperti biasa. masing-masing dari empat saudara itu memang memiliki perusahaannya masing-masing__dan nama perusahaan yang tentunya berbeda pula. itu dilakukan sebagai bagaian dari kamuflase keluarga Adiptara.

"Oh bukannya ini Amora?" Telinga Anya seketika menjadi jauh lebih tajam saat mendengar sebuah nama yang tidak asing. Nama yang berhasil membuatnya menangis selama beberapa minggu belakangan.

"Ia yah__ini memang Amora. Tambah cantik saja," Tania bahkan ikut menimpali ucapan Ui. Anya jadi merasa aneh, nyatanya semua keluarga ini memang sudah sedekat itu dengan sosok Amora__si gadis cantik musim semi.

Karena merasa ingin tahu. Anya berhenti menonton dan bergerak kesisi Tania dan Ui berada. Kepalanya menyembul diantara kedua wanita cantik tersebut__lantas, baik Tania maupun Ui sedikit terkejut dengan keberadaan Anya yang tiba-tiba. Menyengir bodoh Anya membalas keterkejutan mereka berdua.

"Siapa Amora?" Tanyanya polos berpura-pura tidak tau, sembari maniknya menatap foto seorang wanita bertubuh semampai, berkulit putih, dan senyum secerah musim semi diponsel Ui, tepatnya diakun instagramnya __secara garis besar dia memang sangat cantik. Anya mengakui itu.

Mendengar pertanyaan Anya. Kedua wanita itu memandang Anya sejenak, lantas Tania menjawab, "dia tunangan Rayland, Anya." Ada nada menyesal saat Tania mengatakan ucapannya. Sejujurnya Anya cukup kaget saat Tania akan menjawabnya semudah itu. Ia berfikir baik Tania atau Ui sekalipun mungkin akan merahasiakan ini sampai waktunya tiba. Tapi nyatanya ia salah.

Dengan canggung Anya tetap memasang senyum walau tidak mengatakan apa-apa. Tapi karena tingkah Anya yang demikian, membuat Tania semakin tidak merasa enak hati. Gadis remaja itu justru sangat tenang.

"Kamu tidak ingin menanyakan sesuatu?" Tanya Ui.

Menyengir bodoh Anya berkata, "sebenarnya aku sudah tahu hal ini dari Rendi__heheh"

"Oh Anya. Malangnya dirimu__hihihi"

Anya jadi merasa mungkin saja Ui memiliki kelainan terhadap kikikannya. Astagah dia itu simpati pada Anya atau ingin mengejeknya.

"Mungkin Rayland akan menjelaskan lebih banyak lagi nantinya." Tania tanpa sadar memeluk Anya. Gadis itu jadi tidak tahan. Kalau saja saat ini ia seorang diri, mungkin dia sudah menangis saat itu juga. Menumpahkan segala kemalangan hidupnya.

"Kak, dimana Amora saat ini?"

Tania melepas pelukannya kemudian menatap Anya pengertian, "dia ada di Paris dan sedang mendalami study-nya didunia modeling__mungkin setelah meraih keinginannya ia akan kembali pada Rayland. Kalau kau ingin tau dia adalah wanita yang baik__mungkin kedepannya kalian bisa berdampingan."

Berdampingan? Semoga saja.

Ketika Anya sudah berada dikamar__lagi-lagi ia melamun. Perkataan Tania masih tergiang dikepala kecilnya. Benarkan Amora akan menerimanya dan hidup berdampingan kelak. Sekalipun Amora tidak ingin Anya tidak akan protes apapun. Ia akan menerima itu__itu sudah memang jalannya karena Anya pun tidak bisa pergi dari Rayland yang telah mengikatnya dengan tradisi aneh keluarga ini. Jadi ia bisa apa selain menjadi banyangan keduanya. menghela nafas Anya memilih tidur.

Rasanya Anya baru saja tertidur. Tau-taunya ia sudah terbangun disebuah padang rumput nan luas. Oh Jangan lagi! Fikir gadis itu. Dia pasti berada didunia mimpi. Pandangan Anya menerawang kesekeliling padang rumput yang hijau. Tidak ada apapun di tempat itu selain Anya dan tentunya si padang rumput. Angin sepoi-sepoi menghempas pipinya lembut__lantas membuat Anya jadi mengantuk. Kerena tidak tahan ia memilih rebahan saja. Ia cukup menikmati berada ditempat ini. Rasanya sejuk dan juga tenang. Tidak ada Rendi, miss Ani, dan bahkan suaminya Rayland. Semuanya tidak ada. Andai ia tidak bertemu dengan Rayland ia mungkin masih menjalani kehidupannya yang biasa, sekolah walau seringkali bolos karena alasan kerja, bermain bersama anak-anak panti, dan bahkan menjahili Devi. Menjadi bagian dari Adiptara tidak selalu menyenangkan__salah satunya adalah dibatasi dan pergerakan apapun selalu diawasi. Anya risih tapi tidak bisa melakukan apapun.

Kalau saja ia egois. Ia tidak akan mau menerima lamaran itu dan menukarnya dengan uang. Tapi dia bukanlah gadis seperti itu__dia memikirkan adik-adiknya.

Menengadah Anya melihat langit biru diatas. Sedikit silau tapi cukup menenangkan sampai ia menutup mata dan meresapi cahaya matahari yang hangat. Tetapi tepat ketika ia membuka mata suasana padang rumput yang damai__berganti menjadi tanah tandus yang panas. Anya membeliak menyaksikan para si jago merah melahap apapun yang dilaluinya. Apa yang terjadi? Anya bangkit berlari saat api mulai mengikutinya.

Astaga apa yang terjadi?

Anya berteriak tapi tidak ada suara apapun yang keluar dari dalam mulutnya.

Menoleh kebelakang Anya terkesiap ketika menyaksikan api panas itu semakin dekat dengannya. Apa dia akan mati didunia mimpi seperti ini? Yang benar saja? Karena terus berlari Anya sampai tidak menyadari ketika kakinya telah menginjak dinginnya es.

Es?

Menatap kebawah lalu sekelilingnya__gadis itu menyadari dunia mimpi telah beganti season lagi. Ia sekarang berada di kawanan berwarna putih. Pohon-pohon menjulang tinggi yang tertutupi salju lebat menambah suasana mencekam yang Anya rasakan. Anya tidak berani melangkah lebih jauh saat melihat didepannya berdiri sebuah hutan bersalju yang gelap. Siapa yang akan tau hal mengerikan apa yang akan ia temui didalam sana__sekalipun ini hanya lah dunia mimpi. Ia jelas tidak ingin mengambil resiko.

Pertanyaannya__apa lagi yang ia lakukan disini?

Bukankah ia berada dirumah dan bukannya Bali.

Lalu kenapa? Anya jadi pusing sendiri. Ada dengan dirinya.

Ketika Anya memikirkan bagaimana caranya ia kembali kedunia nyata. Matanya justru menangkap sosok pria tinggi berbadan tegap dan berjubah besar. Pria itu telihat membawa beberapa kayu-kayuan kecil. Melihat jubah si pria Anya baru merasakan dinginnya tempat itu. Dunia mimpi ini semakin gila saja__bagaimana tidak, Anya juga ikut merasakan hal-hal yang terjadi didunia ini. Lihat saja sekarang bagaimana menggigilnya Anya.

"Kamu baik-baik saja?"

Anya terkesiap. Siapa yang berbicara padanya? Kemudian mata cokelatnya membulat saat melihat pria tua yang ternyata merupakan sosok berjubah yang ia lihat sebelumnya sudah berdiri dan menatapnya sangat dekat. Pria itu sudah seukuran kakek-kakek tetapi tubuhnya masih tegap dan cukup kekar. Mungkin saja dia rajin berolahraga. Walaupun ketakutan, Anya tetap menjawab pertnyaan si kakek, "namaku Anya__Aku__"

"Kamu kedinginan, nak," Pria tua itu menyadari Anya yang menggigil dan secapat angin si kakek segera melepas jubahnya dan memakaikannya pada Anya.

"Bagaimana kalau kita ke tempatku saja. Rumahku tidak jauh dari hutan ini__kamu butuh ruangan dan minuman hangat."

Tentu saja Anya tergiur dengan ucapan si kakek. Seumur-umur gadis itu tidak pernah merasa sedingin ini, membayangkan ia memegang salju saja tidak pernah. Tapi lihatlah sekarang__ia bahkan sudah berada di hutan penuh salju yang putih dan dingin. Gadis itu jadi menyalahkan Bali atas semua kejadian Aneh yang dialaminya. Atau mungkin saja bukan karena Bali__tetapi karena keluarga Adiptara. Anya tidak tahu__yang jelas gadis itu sungguh kesal dengan keadaannya.

Tidak ingin membuang waktu lagi dan menunggu sampai ia mati kedinginan__Anya mengangguk tanpa berfikir, "baik, aku ikut." Si kakek tersenyum lantas menuntun Anya menuju rumahnya.

Semoga saja ia tidak masuk kandang harimau.

Berjalan melewati hutan bersalju yang gelap selama kurang lebih 10 menit. Anya akhirnya melihat sebuah rumah yang lebih terlihat seperti sebuah pondok kecil. Dan ketika ia telah berada di dalam rumah atau sebut saja pondok__Anya merasa lebih baik. Sekarang ia sedang duduk dikursi kayu reot milik si kakek misterius sembari menunggunya membuatkan Anya minuman hangat. Tepat katika kakek itu keluar dari salah satu ruangan kecil yang Anya duga sebuah dapur sembari tangannya membawa nampan kayu berisi dua gelas yang juga terbuat dari kayu. Sekali lagi tersenyum kakek itu akhirnya meletakkan bawaannya dimeja kecil tepat di depan Anya.

"Minumlah__kamu akan merasa lebih hangat."

Walau ragu Anya tetap meraih gelas kayu yang entah berisi cairan apa. Lantas mengeceknya dengan penglihatan dan indera penciumannya untuk mengenali minuman jenis apakah itu. Menyadari tingkah Anya si kakek justru terkekeh ringan.

"Itu hanya teh herbal biasa. Jadi jangan takut dan minum saja."

Anya jadi tidak merasa enak hati, jadi__setelah menatap sekali lagi gelas yang katanya berisi teh itu__Anya akhirnya meminumnya sedikit. Rasanya hangat dan sedikit pahit khas layaknya teh tanpa gula. Merasa aman gadis itu akhirnya menghabiskan teh itu membuat si kakek lagi-lagi tesenyum sampai matanya yang kecil tidak terlihat.

"Kek, " panggil Anya setelah menghabiskan teh dan meletakkan gelasnya kembali, "tempat apakah ini?"

Si kakek menghela nafas lalu kemudian menatap Anya yang menunggu jawabannya, "Kamu pasti sudah bisa menebak. Ini disebut dunia alam bawah sadar, kamu bisa masuk kedunia ini saat alam bawah sadarmu mulai mengambil alih__tanpa kamu sadari. Tapi tenang saja, ini bukan masalah yang besar selama kamu tidak terus menerus dikuasai. Beberapa orang juga mengalami hal serupa yang kamu alami sekarang__tetapi itu sangat jarang. Kamu akan keluar dari dunia ini setelah tubuh aslimu terbangun. Jadi, tunggu saja sampai kamu yang didunia nyata terbangun__" Jelas si kakek.

Tapi sayangnya Anya masih bingung. Lalu apa ini berhubungan dengan mimpi aneh yang ia alami sewaktu berada di Bali? Terlalu banyak yang ingin ia tanyakan. Tetapi ia justru tidak tahu harus memulai dari mana. Jadi Anya memulai dengan nama si kakek.

"Aku tidak punya nama." Gadis itu terkejut. Benarkah?

"Bagaimana bisa? Semua orang memiliki nama. Lalu bagaimana aku memanggilmu?" Tanya Anya dan si kakek malah tertawa. Dasar kakek aneh.

"Terserah kamu ingin memanggilku apa__lagi pula kita mungkin akan sering-sering bertemu mulai sekarang. " Katanya terdengar misterius tapi memang dasar Anya tidak menyadari itu dan malah fokus pada tawa si kakek yang terdengar tidak asing ditelinganya. Rasa-rasanya ia pernah mendengar suara ini__tapi siapa dan kapan.

"Bagaimana jika aku memanggil kakek dengan nama Pram__kakek Pram." Anya tersenyum manis dan senang. Seakan tertular akan keceriaan gadis kecil didepannya. Si kakek atau Pram akhirnya mengangguk dan terkekeh, "terserah kamu, Anya," balasnya.

"Hehehe!!" Anya menyengir.

"Oh ya, ak__"

"Nona? Apa anda sudah bangun?"

Anya terkejut lantas membuka mata dengan cepat. Melihat sekelilingnya Anya mendapati kamar Rayland yang seperti biasanya. Apa aku sudah kembali? Tanyanya pada diri sendiri. Bangun dari tempat tidur Anya melangkah terburu-buru menuju pintu kamarnya__lantas membukanya dengan cepat dan mendapati Tuti__pelayan yang selalu membangunkan juga melayaninya selama ini. Tanpa Tuti bisa prediksi nona mudanya itu sudah bergerak memeluknya dengan erat.

"Oh! Akhirnya aku kembali__"

"Nona anda baik-baik saja?" Tanya pelayan gumpal itu__mencoba memastikan keadaan Anya.

Anya mengangguk dan melepas pelukan mereka. Lalu tatapan Tuti berubah serius dan tajam, "nona sebaiknya bersiap-siap mandi, ini sudah cukup siang dan anda belum makan apapun. Tuan muda ketiga akan mengamuk kalau tau."

Anya memasang senyum kecut,

.

.

.

Tidak dirumah pun Rayland masih saja mengaturnya.