webnovel

51. Pengorbanan - Two

Leonna berjalan tertatih meninggalkan lorong rumah sakit, kenyataan yang baru saja dia dengar sangat menyakitkan. Ternyata selama ini Verrel tidak pernah membencinya, Verrel sama sekali tidak bersungguh sungguh mencampakannya. Ia memilih duduk di salah satu kursi yang ada di lorong rumah sakit. Penjelasan sang Papa tadi terus terngiang-ngiang di kepalanya. Bahkan sang Papa meminta agar Leonna mau memaafkan Verrel.

Leonna terus memikirkan kenapa Verrel melakukan semua ini untuknya. Kenapa dia selalu mengorbankan dirinya untuk melindungi Leonna? Kenapa Leonna tidak mampu memahaminya...

Cinta itu bukan masalah siapa yang mencintai dan siapa yang dicintai. Dia yang memiliki ketulusan dan keikhlasan mampu melakukan segalanya demi cinta. Tulus untuk berkorban dan ikhlas untuk bertahan.

Leonna kembali menangis terisak dengan menutup wajahnya. Kenapa ia harus mengetahui segalanya setelah apa yang menimpa Verrel. Kenapa ia tak bisa merasakan sedikitpun apa yang Verrel rasakan? Bukankah sepasang kekasih itu memiliki sejenis ikatan batin atau kepekaan. Tetapi kenapa Leonna tak mampu merasakan apapun. Apa cinta yang Leonna miliki tak sebesar yang di miliki Verrel?

Seseorang duduk di sampingnya, membuat Leonna menengadahkan kepalanya. Di depannya ada Datan yang terlihat tersenyum pada Leonna. "Loe beruntung mendapatkan pria yang mencintai loe." ucapnya membelai wajah Leonna.

"Tetapi bagaimana dengan dia? Gue tidak mau kehilangannya, Kunyuk. Gue mencintainya, gue akan memaafkannya asalkan dia kembali sama gue." Isaknya.

"Berdoalah, berharap dia melewati masa kritisnya." Datan menarik Leonna ke dalam pelukannya dan membiarkan Leonna menangis di pelukannya.

"Dia berkorban banyak buat gue, dia melakukan ini hanya untuk melindungi gue. Gue bahkan sudah suudzon padanya. Gue gak tau kalau cintanya begitu besar."

Datan melepas pelukannya, dan memegang kedua lengan Leonna, membuatnya menatap Datan dengan sendu. "Hapus air mata loe, dan temui dia sekarang Ona. Loe beri semangat padanya, agar dia mampu berjuang untuk melawan racun dalam tubuhnya. Pergilah dan beri dia semangat, hanya loe yang bisa."

Leonnapun menghapus air matanya dan berjalan menuju ruang ICU dimana Verrel di rawat. Ia memasuki ruangan itu dengan memakai pakaian sterilnya. Leonna menatap wajah Verrel yang pucat dan masih terlelap. Ia mengambil tangan Verrel dan menggenggamnya dengan kedua tangannya. Ia mengecup tangan Verrel cukup lama. "Sadarlah Daddy, kami berdua merindukanmu." ucap Leonna menatap wajah Verrel dengan sendu.

Tak ada respon apapun dari Verrel, hanya suara detak jantung dari pendeteksi jantung yang memenuhi ruangan itu. Leonna menyimpan tangan Verrel di perutnya yang sudah mulai menonjol. "Kamu bisa merasakannya kan, Kak. Anak kita merindukanmu."

Leonna menatap wajah Verrel yang tak merespon apapun, diapun memilih berjalan mundur dan berlalu pergi karena tak sanggup lagi melihat kondisi Verrel yang koma. Ia berjalan meninggalkan ruangan itu hingga berpapasan dengan Thalita. "Mama,, hikz." Leonna memeluk tubuh Thalita dan menangis sejadi-jadinya. "Kenapa Kakak masih belum mau membuka matanya, ini sudah lebih dari satu minggu Ma."

"Sabar sayang, perbanyaklah berdoa. Mama yakin Verrel akan sadar kembali." ucap Thalita mengusap punggung Leonna dengan lembut.

"Apa kondisinya menunjukkan perubahan?" Leonna melepas pelukannya dan menatap Thalita dengan seksama. Terdengar helaan nafas dari Thalita dan itu dapat Leonna pahami maksudnya apa.

"Berdoalah pada tuhan. Allahlah yang memberi penyakit juga pengobatnya." Thalita mengusap air mata Leonna. "Kamu sudah makan?" Leonna menggelengkan kepalanya. "Ayo mama temani kamu makan, kamu harus jaga kondisi tubuh kamu dan juga bayi dalam kandungan kamu. Jangan sampai kamu ikutan sakit, nanti siapa yang akan mendukung Verrel." Leonnapun menganggukan kepalanya. Thalita membawa Leonna ke cafetaria rumah sakit untuk makan bersama.



Sore itu Leonna pergi ke mall untuk mencari Emon, dia butuh teman yang akan menghiburnya tetapi tak dia temukan. Leonna sudah berkali-kali menanyakannya ke Datan, tetapi Datan hanya menjawab tidak tau membuat Leonna kesal. Ia menyesal karena tidak menyimpan nomor ponsel Emon, saat ini dia benar-benar butuh Emon untuk mendengar keluh kesahnya seperti biasa. Leonna bahkan pergi ke pasar malam, dan bertanya ke beberapa badut berkostum boneka. Tetapi mereka tak ada yang mengenal badut berkostum doraemon, bahkan mereka bilang tak pernah ada badut yang datang kesini dengan kostum doraemon.

Leonna sudah lelah mencarinya kemana-mana, karena tak juga dia temukan Mister Emon itu. Emon seakan hilang di telan bumi, biasanya dia akan muncul saat Leonna sedih dan membutuhkan teman. Tetapi sekarang dia menghilang, tak tau kemana.

Sore itu, Leonna pulang di antar Daniel menggunakan mobil Verrel. Sebelum pulang ke rumah orangtuanya, Leonna menyempatkan diri untuk membeli susu hamil untuknya dan beberapa buah-buahan. Daniel membantunya dan menemaninya berbelanja.

Selesai berbelanja, Leonna berjalan ke bagasi mobil untuk menyimpan barang belanjaannya yang cukup banyak. Daniel memintanya untuk menyimpan semua belanjaan di kursi penumpang belakang, tetapi Leonna ngotot ingin menyimpannya di bagasi mobil. Ia menyimpan barang belanjaannya disana, tetapi gerakan Leonna terhenti saat ia melihat kantung keresek hitam di pojok bagasi. Kantung itu berukuran sangat besar. Ia menarik keresek itu.

Deg ...Tubuhnya membeku di tempat melihat kepala yang keluar. Leonna menutup mulutnya tak percaya, air matanya kembali luruh membasahi pipinya. Ia mengambil kepala besar itu yang menyerupai wajah Doraemon. Bayangan mister Emon yang pertama kali datang menemuinya dan selalu menghiburnya dengan berbagai tingkahnya yang lucu dan konyol. Bahkan Leonna selalu bercerita tentang apa yang dia rasakan pada mister Emon. Leonna juga pernah memaki Verrel habis-habisan di depan Emon saat itu. "Mister Emon adalah kakak."

Tubuhnya luruh ke tanah dan menangis sejadi-jadinya sambil memeluk kepala doraemon itu. Pantas saja mister Emon menghilang bak di telan bumi. "hikzzz...hikzzzz.." isak Leonna membuat Daniel kaget dan segera menghampirinya.

"Ada apa, Leonna?" Tanya Daniel duduk di sampingnya.

"Kenapa Kakak lakukan semua ini,,hikzz....hikzzz..." isaknya.

"Ada apa sayang?" Daniel mengusap kepala menantu kesayangannya. Leonna tak menjawabnya, dia langsung mengambil kembali keresek itu dan mengeluarkan badan Doraemon, Leonna merogoh saku ajaibnya. Ada satu surat dan beberapa coklat kesukaan Leonna juga permen di dalam sana. Daniel masih memperhatikan tingkah Leonna yang membeku di depannya sambil memeluk kostum doraemon itu.



Di dalam kamarnya Leonna langsung membuka surat yang ada di saku ajaib doraemon itu. Iapun mulai membaca isi surat itu dengan seksama.

Untuk kamu Princes cantik dalam hidupku...

Aku tidak tau lagi harus dengan kata apa aku menulis surat ini. Atau dengan kalimat apa aku mengungkapkannya. Karena kepergianmu membuatku begitu terluka. Kamu membuatku sadar bahwa cinta masih berkuasa di atas segalanya. Ketika hati yang mudah rapuh ini di uji oleh tuhan, dan ujian itu selalu hadir untuk kesekian kalinya. Kamu seperti Princes yang memberi warna padaku, Kamu memberiku kebahagiaan dan keceriaan yang tak pernah aku dapatkan selama ini. Hanya dengan melihat tingkahmu, aku sudah merasa sangat bahagia. Hanya dengan melihat tawamu, akupun ikut bahagia, aku menjadi latah karenamu, Princesku. Aku adalah pria terbodoh yang telah melepaskan Princes cantik sepertimu. Dan kini aku kesepian, aku merana tanpamu. Aku berkelana kesana kemari mencari kebahagiaan itu lagi. Aku seperti ranting pohon yang layu, saat kamu tak ada disini. Tetapi hanya dengan menatapmu tertawa walau dari jauh, aku merasa ranting layu itu di tumbuhi bunga-bunga yang indah. Aku dapat menikmati hembusan angin yang menerpa wajahku, dengan hanya melihatmu bahagia, aku sadar kalau aku masih hidup. Kenangan kita terus berputar di kepalaku, kenangan bagaimana pertama kalinya aku melihatmu dan cinta itu hadir. Bagaimana aku mulai menyayangimu dan berujung dengan cinta yang begitu besar. Bahkan aku tak tau bagaimana mengungkapkan betapa aku mencintaimu. Kecantikan dan kepolosanmu mampu menyihirku, membuat hatiku selalu bergetar saat bersamamu. Aku menjadi latah karenamu.

Dulu aku pernah berpikir suatu nanti saat kamu tidak ada disisiku, apa aku akan merasa hidup dan lebih indah dari yang aku jalani sekarang bersama kamu? Dan sekarang pemikiran itu terjawab sudah, hidupku hancur saat kamu tidak ada di sisiku. Hidupku semakin terpuruk saat kamu tak bersamaku. Rasa cemburuku semakin meningkat hanya melihatmu bersama pria lain, walau pria itu adalah saudaramu sendiri. Aku selalu membayangkan bagaimana indahnya hari tua kita. Kita duduk di ayunan dan melihat cucu-cucu kita bermain. Kita habiskan hari tua kita dengan dipenuhi cinta dan kebahagiaan. Demi kamu, aku akan melakukan apapun, walau semua orang membenciku, sekalipun aku harus mati untukmu, aku tidak perduli. Karena hidup dan matiku hanya untuk kebahagiaan kamu.

Just You.....Delia

Leonna menangis meraung-raung memeluk kertas itu. Dia benar-benar mengorbankan hidupnya untuk Leonna, tak perduli rasa sakit yang dia alami. Semuanya hampir membenci Verrel, bahkan kedua Kakaknya memukuli Verrel. Padahal Verrel sama sekali tak bersalah. "Kenapa?" Bahkan Leonna terlalu buta untuk melihat ketulusan cinta dari Verrel. Ia merasa sangat tak pantas di cintai oleh seorang Verrel, dia bahkan pernah mengkhianati Verrel. Akan sangat kejam kalau sekarang dia tak bisa memaafkan Verrel dan menerimanya kembali. Bukankah kesempatan untuk cinta itu tak ada batasnya?



Sore itu, setelah menghabiskan waktu di rumah sakit Leonna pergi ke anyer dan menikmati suasana pantai disana. Kaki telanjangnya menyentuh pasir laut yang lembut, pandangannya kosong kedepan. Semilir angin menerpa wajahnya yang sembab, dan air laut menerpa kakinya. Leonna hanya memakai hot pants dan t-shirt di padu cardigan kremnya, rambutnya dia biarkan terurai indah. Bayangan wajah Verrel yang tengah tersenyum dan tertawa terus terbayang di benak Leonna.

Sebenarnya bukan siapa yang tersakiti dan siapa yang menyakiti. Kata maaf akan mudah terucapkan, tetapi ini tentang memahami. Seberapa besar kamu memahami diri kamu sendiri dan seberapa besar kamu bisa memahami dia, Saat kamu bisa melakukan dua hal itu, maka kamu akan tau mana yang tulus dan mana yang tidak. Hanya dengan memahami dia, kamu bisa melihat betapa tulusnya dia mencintai kamu.

Leonna merasa pilihannya untuk tetap bertahan tidaklah salah. Leonna yakin hatinya tau seberapa besar ketulusan Verrel. Dan Iapun sudah meyakinkan pada dirinya sendiri kalau Verrel adalah langit dan buminya. Verrel adalah tujuan hidupnya, dia tidak perduli apapun resikonya dia akan menyerahkan seluruh hatinya untuk Verrel. Hanya Verrel,,,

Drrt Drrttt

"Hallo Papa."

"...."

"Kakak sudah sadar? Se-serius pa?"

"....."

"Leonna ke rumah sakit sekarang Pa," Leonna langsung berlari menuju mobilnya bahkan tanpa alas kaki. Senyuman terus membingkai bibir mungilnya menuju rumah sakit, perasaan haru dan bahagia memuncak di relung hatinya. Dia akan mengatakan kepada Verrel kalau dia sangat mencintai Verrel, dia akan menerima Verrel kembali.

