Pagi sekali, michella sudah duduk di bibir pantai dengan menatap ke hamparan langit luas yang masih gelap karena matahari belum mulai menunjukkan wujudnya.
"sendirian aja" ujar seseorang duduk di sisi michella membuat chella menengok
"eh bang vino" ujar chella seraya tersenyum.
"kenapa keluar pagi pagi sekali?" Tanya vino melirik chella
"aku ingin melihat sunrice bang, pasti indah banget" ujar michella tersenyum membuat vino terpaku melihat senyuman michella.
"abang sendiri, kenapa ada disini?" Tanya michella
"abang baru selesai ngebungkus beberapa barang yang akan di sumbangkan untuk orang tak mampu yang ada di perkampungan daerah sini" ujar vino seraya merebahkan tubuhnya di atas pasir lembut itu membuat chella menatapnya.
"kapan mau di bagiinnya, bang?" Tanya chella
"setelah sarapan, kata ayah" ujar vino membuat chella mengangguk.
"posisi seperti ini untuk melihat sunrice lebih nyaman chell" ujar vino
Chella sempat ragu tetapi akhirnya mengikuti vino juga merebahkan tubuhnya di atas pasir di sisi vino.
"Saat langit berwarna seperti ini sangat indah terlihat di atas langit" ujar vino
"abang pasti seru yah hampir tiap hari terbang terus" ujar chella melirik vino membuat vino terkekeh.
"lumayan menyenangkan, terkadang semua beban hilang saat di atas sana. Tapi tanggung jawab baru datang, karena harus memastikan keselamatan banyak orang di pesawat" kekeh vino
"aku pernah beberapa kali naik pesawatl,, rasanya menyenangkan bang. Apalagi kita bisa lihat awan dengan jarang yang sangat dekat. apalagi malam,, itu lebih indah" ujar chella
"kamu benar,, saat malam itu saat yang paling indah" ujar vino
Dan mengalirlah pembicaraan mereka mengenai berbagai hal. Dan sedikit candaan yang membuat mereka tertawa bersama.
Dari atas balkon kamar, leonna juga sedang berdiri menatap ke depan untuk menyaksikan sunrice yang indah. Tapi seketika pandangannya jatuh ke dua orang yang tengah bercanda sambil merebahkan tubuh mereka di atas pasir pantai.
"abang" gumam leonna menajamkan penglihatannya karena bagaimanapun langit masih gelap.
Leonna berlari ke dalam kamar dan mengambil teleskop berukuran sedang yang sering dia gunakan untuk melihat bintang dari balkon kamarnya. Leonna mengarahkan teleskop itu ke arah vino.
Deg
"chella" gumam leonna kaget melihat chella dan vino bercanda seperti itu. Bahkan orang lain yang melihatnya akan menyangka mereka itu berpacaran.
Leonna menurunkan kembali teleskop dari matanya dan menunduk sedih melihat pemandangan itu.
"abang dan chella??" gumam leonna berkaca-kaca.
'oh ayolah leonna, kamu bukan gadis cengeng dan jangan langsung menyimpulkan apa yang kamu lihat. Siapa tau mereka memang kebetulan bersama' batin leonna
"kenapa chella tak melihat sunrice disini bersamaku" gumam leonna sedikit kecewa.
'jangan dulu menyimpulkan yang belum jelas leonna. Ayolah semangat leonna, kamu bukan gadis lemah' batin leonna
"benar,, siapa tau mereka hanya kebetulan bertemu" ujar leonna menghibur dirinya sendiri sambil mengusap matanya yang berair.
"positive thingking leonna, positive positive positive" gumam leonna memukul pelan kepalanya sendiri.
Leonna memilih menatap ke depan karena sang surya sudah menunjukkan wujudnya.
"indah" gumam leonna
***
Setelah sarapan, mereka semua menuju ke sebuah perkampungan menggunakan mobil jeef untuk membagikan sumbangan yang sudah di siapkan. Leonna bahkan membawa camera digitalnya untuk dia abadikan momentnya.
Leonna berdiri di mobil paling depan bersama chella saat angin menerjang wajah dan rambut mereka, dengan sopir sang papa dhika dan lita duduk di samping dhika. verrel yang berada di mobil kedua belakang mobil leonna, duduk bersama datan dan percy. Pandangan verrel terus mengarah ke arah leonna di depannya yang begitu excited.
Entah kenapa, semua yang ada di diri leonna begitu memukau bagi verrel. Entah tingkah kekanak kanakannya, keceriaannya, cerewetnya, kenekatannya, wajahnya apalagi. Semua yang ada di diri leonna begitu di sukai verrel. Mengingat hal itu verrel hanya bisa tersenyum sendiri memikirkan tingkahnya yang seperti abg labil yang sedang jatuh cinta.
"kenapa senyum senyum" Tanya percy yang duduk di samping verrel.
"gak apa-apa, gw lagi seneng aja" kekeh verrel
"wah, kayaknya kak verrel kesambet nih, senyum senyum gak jelas udah kayak iklan pasta gigi" celetuk datan
"Nggak datan, gw gak apa-apa. gw hanya tengah mengingat kejadian lucu" ujar verrel tetap menatap ke arah leonna
"dari arah pandangnya sih kayaknya ke penumpang depan tuh. Entah yang kiri atau kanan" celetuk percy membuat verrel terkekeh renyah
"so tau loe" ujar verrel dan kini mengalihkan pandangannya ke handphonenya.
"verrel, katanya kemarin kamu dapat tender besar yah" Tanya okta yang menyetir mobil
"iya om okta, alhamdulillah aku dapet tender besar. Mungkin minggu depan aku akan ke korea" ujar verrel
"wihhh,, ikut dong kak. Pasti cewek korea pada lucu lucu dan cantik" ujar datan semangat
"gw sebulan disana, datan. Loe yakin mau ikut?" Tanya verrel
"dad, datan boleh yah bolos ngampus sebulan" ujar datan
"iya boleh, tapi pulangnya langsung pindah kamar ke kandang si conel" ujar okta membuat verrel dan percy tertawa.
"rasain loe kunyuk,"tawa percy
"ya elah dad, gw kan juga butuh hiburan" keluh datan
"udah sering kamu liburan datan, fokus kuliah biar cepet jadi dokter" ujar okta
"iya sayang, kamu harus fokus kuliah. Jadi dokter gak mudah loe sayang, apalagi kalau kamu banyak bolos" ujar chacha
"oke oke mom" ujar datan akhirnya
"tenang datan, tar gw bawa oleh oleh buat loe. cewek asli korea" ujar verrel
"kayak kak randa rindi boleh juga kak, cantik" ujar datan santai
"deketin rindi aja, dia kan jomblo" goda verrel dan percy langsung menonjok pelan lengan verrel
"cari mati loe" ujar percy cemburu. "awas datan jangan dekat dekat rindi" ujar percy membuat datan dan verrel terkekeh.
Tak lama merekapun sampai di perkampungan itu. Brotherhood family di sambut hangat oleh kepala desa disana. Bahkan warga sudah berkumpul di lapangan yang sudah di bangun sebuah tenda.
Dhika juga datang kesini untuk sebuah program di rumah sakit miliknya. Disana di buka tenda kesehatan gratis untuk para warga yang akan di periksa oleh lita, angga, dhika dan chacha. Yang lainnya membagi bingkisan lainnya ke para warga.
Leonna sibuk mengambil gambar mereka yang terlihat begitu antusias. Verrel terus mencuri pandang ke arah leonna seakan tak ingin leonna terlepas dari jangkauannya. Dan pemandangan itu tak lepas dari sang bunda, serli tersenyum melihat verrel yang terus melirik leonna.
"ayah,, liat anak kita. Dia sedang jatuh cinta" bisik serli ke daniel membuat daniel melihat arah pandang verrel dan tersenyum sendiri.
"bunda benar,, sepertinya kita harus lamarkan leonna untuk verrel" ujar daniel yang di angguki serli dengan antusias.
Bruk
Seorang anak kecil yang berlari kearah tenda terjatuh dan menangis. Leonna segera berlari kearah anak itu dan menolong gadis kecil itu untuk bangun.
"hikz" isak anak itu, karena lututnya berdarah.
"kaki kamu sakit yah,, ayo ikut kakak, duduk disini" perintah leonna mendudukkan anak itu di salah satu kursi dan leonna mengambil satu botol aqua dan alat p3k yang ada disana.
"tahan yah de, ini akan terasa perih" ujar leonna membersihkan lukanya dengan air lalu memakai alcohol dan ditutupi dengan plaster bergambar.
"sudah selesai, apa masih sakit?" Tanya leonna membuat anak itu menggelengkan kepalanya.
"kalau gitu jangan nangis lagi yah" leonna menghapus air mata anak itu dengan tersenyum manis.
'dia benar-benar gadis yang sangat istimewa, ya tuhan aku bisa mati karena perasaan ini' batin verrel tersenyum melihat sikap leonna.
"verrel jangan melamun" tepukan daniel menyadarkan verrel dari kekagumannya ke leonna
"iya yah" kekeh verrel
"tenang, leonna gak akan kabur" bisik daniel membuat verrel malu sendiri.
Tak jauh berbeda dengan vino yang membantu membawakan barang yang sedang di bawa chella padahal barang itu tak berat.
"sama aku aja, bang" ujar chella
"tidak chell, biar aku saja" ujar vino tersenyum manis.
"baiklah, kita berdua saja yang bawa" ujar chella membantu vino menurunkan barang dari mobil.
Vino dan chella sesekali bercanda, mereka terlihat sudah mulai akrab satu sama lain.
Cekrek!! Leonna memotret verrel yang tengah menyerahkan bingkisan ke salah satu nenek nenek.
"kenapa di foto?" Tanya verrel saat nenek itu sudah pergi.
"soalnya bagus kak" ujar leonna terkekeh dan pandangannya mendadak terarah ke arah luar tenda dimana mobil terparkir, dimana chella dan vino tengah bercanda bersama.
Ada rasa cemburu di hati leonna melihat kedekatan vino dan chella. Karena penasaran apa yang di lihat leonna sampai mukanya berubah menjadi murung. Verrel melihat kearah pandang leonna dan mengernyitkan dahinya saat melihat vino dan chella.
'kenapa wajahnya langsung murung?' batin verrel melihat leonna yang masih melihat kearah vino dan chella.
"hei,, ada apa?" Tanya verrel memegang pundak leonna membuat leonna menengok dan sedikit berkaca-kaca.
"eh kenapa kak?" Tanya leonna segera mengubah raut sedihnya dan tersenyum manis walau verrel tetap mampu mengetahuinya.
"ke sana yuk" ajak verrel menarik tangan leonna seakan ingin leonna tak melihat lagi apa yang membuatnya sedih.
Verrel membawa leonna ke sebuah pohon jambu monyet yang terlihat sudah berwarna merah dan begitu menggiurkan.
"buahnya lebat banget kak, kayaknya enak" ujar leonna antusias.
"sebentar, aku minta ijin dulu pemiliknya" ujar verrel dan berlalu pergi menuju rumah yang ada di samping pohon itu. Dan tak lama verrel kembali ke leonna.
"kamu tunggu yah, biar aku yang naik" ujar verrel
"siap kak" ujar leonna.
Verrel melepas jaketnya dan di pakaikannya ke leonna walau terlihat kebesaran. Leonna hanya mengernyitkan dahinya sedangkan verrel tersenyum dan mengusap kepala leonna gemas.
"tunggu yah" ujar verrel melepas sandalnya dan mulai menaiki pohon.
"kak verrel!!!" panggil leonna membuat verrel menengok kearah leonna
Cekrek !! leonna memotret verrel yang sedang manjat pohon.
"bagus kak, mirip tarzan" kekeh leonna membuat verrel tersenyum
"aku kira bakalan disamain sama monyet" ujar verrel
"nggak, kakak terlalu tampan untuk seekor monyet" kekeh leonna polos membuat verrel terkekeh dari atas pohon.
"kak lemparin yah,, leonna akan tangkap" teriak leonna dan verrel mengacungkan jempolnya.
Tak lama pemilik pohon keluar dengan memberikan kantong keresek ke leonna.
"makasih mbak" ujar leonna.
"siap tangkap" teriak verrel
"siap kak" ujar leonna antusias. "bentar kak" teriak leonna membuka kreseknya lebar lebar.
"ayo kak lempar, harus masuk kantong kresek yah" ujar leonna
"siap" ujar verrel dan mulai melemparkan jambu itu hingga masuk ke dalam kantung kresek.
"pindah ke kanan dikit, de" teriak verrel dan leonna menuruti.
"ayo kak lempar lagi" ujar leonna
Cukup lama, verrelpun menuruni pohon saat dirasa sudah cukup untuk semua orang.
"banyak gak?" Tanya verrel saat sudah turun dari pohon
"banyak kak,," ujar leonna
Keduanya duduk untuk menikmati jambu itu sambil beristirahat. Leonna mengambil satu jambu dan membersihkannya pakai tissue yang dia bawa di tas kecilnya.
"ini buat kakak" ujar leonna menyodorkan jambu merah itu ke verrel membuat verrel mematung melihat perhatian leonna. Verrel menerimanya dan masih belum memakannya, pandangan verrel terus menatap wajah cantik leonna yang begitu dekat di sampingnya.
"emmm,, manis banget kakak" ujar leonna menikmati jambu itu dengan lahap dan verrel begitu menyukai pemandangan indah di depannya ini.
"kenapa gak dimakan, kak? Ini enak lho" ujar leonna tersenyum kearah verrel membuat verrel tersenyum dan memakannya.
"emmm,, enak kali yah kalau pake bumbu rujak" ujar leonna.
"delia" panggil verrel membuat leonna menengok ke arah verrel.
"ada apa kak?" Tanya leonna tetapi verrel hanya menatapnya saja sambil tersenyum membuat leonna mengernyitkan dahinya bingung.
"tidak ada, begitu saja" ujar verrel tersenyum membuat leonna semakin bingung.
"jangan mengernyit sekeras itu, nanti keriput lho" kekeh verrel mengusap kening leonna lembut membuat leonna tersenyum.
"bagiin ini ke yang lain yuk kak" ajak leonna yang di angguki verrel dan mereka kembali menuju tenda.
"abanggggg" panggil leonna berlari menghampiri vino membuat verrel memperhatikannya.
"abang cobain jambu ini enak lho" leonna menyuapi jambu ke mulut vino di depan verrel.
"enakkan bang" ujar leonna
"iya nana enak banget, kamu dapet dari mana? Kamu gak manjat kan?" Tanya vino
"nggak abang, leonna gak manjat" kekeh leonna
Verrel merasa kurang suka melihat keakraban vino dan leonna. Verrel sadar kalau kedekatan leonna dan vino berbeda dengan kedekatan leonna dan leon atau Adrian.
"ayo abang, foto bareng leonna" leonna mengajak vino berfoto bersama, dan verrel langsung melenggang pergi meninggalkan tempat itu dengan perasaan cemburu.
***