webnovel

49. Flashback Verrel - End

Petang itu mereka semua baru sampai di tempat yang tadi siang Datan datangi. Ia celingak celinguk mencari keberadaan Verrel, hingga pandangannya terarah ke arah Verrel yang berdiri di atas kapalnya di balik batu karang. "Gue ikut lu," ucap Leon melepas kaosnya.

"Nggak, biar gue sendiri saja." ucap Datan.

"Loe yakin?" tanya Leon.

"Kita bertiga saja, biar cepat." ucap Vino.

"Biar gue sendiri saja, kalian jaga para wanita di sini." Datan melepas kaosnya dan memakai kacamata selam. Ia langsung meloncat ke laut tanpa mendengarkan lagi ucapan mereka. Airnya sangat jernih membuat Datan harus menyelam lebih dalam lagi supaya tak terlihat dari permukaan air.

Datan berenang hingga sampai ke kapal Verrel, ia menaiki kapal di bantu Verrel. "Loe tunggu disini," ucap Verrel.

"Abang yakin? Kita cari berdua saja." ucap Datan.

"Ini sudah mau malam, loe bisa sakit. Gue bisa sendiri, loe awasin mereka dari sini." Verrel kembali memakai alat bantu pernafasan dan kaca mata selamnya. Ia melompat ke lautan dengan perlahan karena tak ingin membuat mereka curiga. Datan berdiri di atas kapal dengan mengawasi mereka dan juga Verrel.

1 jam sudah berlalu, langit yang berwarna jingga kini mulai menggelap. Datan sudah mondar mandir tak tenang, akhirnya memilih menyusul Verrel. Datan berenang mencari keberadaan Verrel, tetapi tak ia temukan. Ia mencapai ke permukaan untuk mencari Verrel.

"Kunyuk," panggilan itu menyandarkan Datan, ternyata Datan berenang ke arah kapal boats para sahabatnya.

"Gimana ketemu?" tanya Leon.

"Belum," jawab Datan melepas kacamatanya dan menatap sekeliling.

"Gue turun yah," ucap Leon.

"Kagak usah." Datan kembali menyelam setelah memakai kaca matanya kembali dan menyelam mencari keberadaan Verrel. 'Abang loe dimana sih.' batin Datan terus mencari keberadaan Verrel. Ia mencapai permukaan dan kembali menyelam. "Abang...." teriaknya saat sudah cukup jauh dari kapal sahabatnya.

Datan kembali lagi menyelam, Langit sudah berubah menjadi gelap. Datanpun sudah mulai kesulitan mencari. Ia memilih kembali ke kapal boats Verrel dan mencari keberadaan Verrel. "Bang," panggil Datan tetapi kapal yang gelap itu terlihat kosong. "Ini sudah malam, abang dimana." Datan mulai gelisah.

Tak lama muncullan Verrel, Datan segera menarik Verrel untuk naik ke atas kapal. Verrel yang terlihat sudah lemas, langsung merebahkan tubuhnya begitu saja di atas kapal dengan sudah melepas peralatan selamnya. "Berikan ini," Verrel menyerahkan kotak plastik yang berisi ikan nemo kecil yang lucu dan cantik.

"Abang darimana saja, gue khawatir." ucap Datan.

"Sudahlah itu tidak penting, sekarang berikan itu ke Leonna." Verrel melepaskan pakaian selamnya. Datan kaget melihat tangan Verrel terluka.

"Tangan loe kenapa?" tanya Datan melihat lengan Verrel yang sobek.

"Tadi kena karang, terlalu sulit nangkep ikan ini." ucap Verrel.

"Itu bahaya Bang, gimana kalau ada hiu." pekik Datan.

"Hiu gak ada di lautan yang dangkal, sudahlah gue baik-baik saja." Verrel mengambil handuk dan menghentikan darah yang mengalir dari lengannya. Datan melihat tangan dan kaki Verrel sudah menciut karena kedinginan. 'Apa cinta seajaib ini? Bahkan orang seperti abang rela mengorbankan diri dan bahkan nyawanya sendiri untuk cintanya? Apa cinta begitu luar biasa?' batin Datan.

"Ada apa?" tanya Verrel.

"Tidak apa-apa, gue kesana. Loe langsung balik ke hotel setelah gue. Nanti gue ke kamar hotel loe." ucapnya membuat Verrel mengangguk.

Datan kembali memakai kacamata selamnya dan berenang dengan membawa kotak plastik berisi ikan itu. Datan menaiki kapal di bantu Leon dan Vino. "Nih Ona," Datan menyerahkan ikan itu ke Leonna.

"Wahh cantik banget. Aaaa kunyuk makasih, I love you,, gue sayang sama loe." Leonna memeluk tubuh Datan dengan sangan bahagia bahkan tubuhnya meloncat kecil. Datan membalas pelukan Leonna, dengan tatapan yang mengarah ke kapal di balik karang. Dattan mampu melihat seseorang berdiri disana tengah memperhatikannya.

Dari kejauhan Verrel tersenyum bahagia melihat istrinya tertawa bahagia, ia terlihat memeluk ikannya dengan senyuman indahnya. Tanpa sadar bibir Verrel tertarik ke atas. Ia bahagia bisa memenuhi ngidam Leonna untuk yang pertama kalinya, mungkin juga untuk yang terakhir kalinya. Verrel tersenyum dari tempatnya menatap ke arah kapal boats mereka yang sudah berlalu pergi. Iapun menyalakan lampu di kapalnya dan mulai menjalankan kapalnya.



Datan kabur dari kamarnya saat Leon dan Vino tengah berbincang. Ia dengan hagi-hati menuju ke hotel lain di dekat pantai untuk menemui Verrel.

Pintu di buka, dan menampakkan Verrel yang terlihat tengah membalut lukanya.

"Loe gak ke dokter bang? Gue anter,"

"Tidak usah. Ini bukan luka yang parah," ucap Verrel seraya melempar minuman kaleng ke Datan. Datan menangkapnya dan segera meminumnya.

"Apa semua suami akan melakukan pengorbanan seperti ini untuk istrinya? Tapi Percy gak kelihatan seperti yang loe lakuin Bang." ucap Datan,

"Lebih tepatnya karena cinta," Verrel kembali membalut perban di lengannya.

"Apa cinta seajaib itu?" Verrel menghentikan gerakannya.

"Bisa saja, saat seseorang ingin melihat sebuah senyuman di bibir wanitanya maka apapun akan dia lakukan dan di perjuangkan." Verrel tersenyum kecil mendengar jawabannya.

"Lalu bagaimana kalau wanitanya tak mencintai kita? Apa kita akan tetap merendahkan harga diri kita?"

"Cinta bukan hal untuk merendahkan diri sendiri. Saat cinta itu tal terbalas, maka yang bisa di lakukan hanya mendoakannya supaya dia selalu bahagia, melihatnya bahagia itu sudah cukup." ucap Verrel.

"Apa cinta selebay itu, dan untuk apa jatuh cinta kalau buat sakit hati dan menderita." ucap Datan.

"Itulah cinta, saat berani mencintai maka harus rela tersakiti oleh cinta itu sendiri. Kalau kamu tidak ingin sakit hati maka jangan pernah mengenal cinta. Sebenarnya cinta itu simple dan tergantung pada pribadi masing-masing ingin mengartikan cinta itu seperti apa. Tetapi saat menikah, cinta saja tak cukup. Tanggung jawab seorang kepala keluarga itu berat, selain mengayomi istri dan anak, seorang suami juga di tuntut untuk membahagiakan mereka lahir dan batin. Setetes air mata yang jatuh dari pelupuk mata istri, itu sudah membuktikan kegagalan dari seorang suami." ucap Verrel.

"Gue masih belum paham apa itu cinta, dan bagaimana bentuk dan rasanya." ucap Datan.

"Cinta tidak berbentuk, tetapi cinta dapat di rasakan." Ucap Verrel. "Saat loe mau berjuang untuknya tanpa memperdulikan nyawa loe, berarti itu cinta. Saat loe berkorban untuk kebahagiaannya, itulah cinta yang tulus."

Setelah lama mengobrol, Datanpun berpamitan pergi meninggalkan Verrel sendiri. Verrel masih terdiam membisu di kursinya dengan tatapan kosong.

Verrel berjalan menuju jendela kamar hotelnya yang mampu memperlihatkan pantai malam, ia menangkap sosok Leonna yang tengah bermain bersama Leonard. Dia terlihat tertawa bersama Leon, membuat Verrel tersenyum melihatnya. Wajahnya terlihat sangat pucat, matanya berkaca-kaca memperhatikan Leonna di bawah sana.

"Aargh!!" Verrel memegang dadanya yang terasa nyeri sekali, bahkan tubuhnya mendapat oleng dan hampir jatuh kalau ia tidak berpegangan pada sisi meja. Kepalanya terasa berputar hebat, dan sangat sakit hingga membuat nafasnya terasa terputus-putus.

Seketika tubuh Verrel ambruk ke lantai dengan memegang dadanya yang sangat sakit. Ia kesulitan untuk beranjak mengambil obatnya, perlahan ia berangsur berdiri dan berjalan tertatih menuju ranjang untuk mengambil obat di dalam tas kecilnya. Ia segera meneguk obatnya dan menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang dengan memejamkan matanya.

Kepalanya terasa berputar, dan hanya bayangan Leonna yang tengah tertawa dan berlari yang tertangkap oleh bayangannya.

