"Maafkan saya om, saya memang seorang pecundang dan lari dari masalah. Awalnya saya pikir saya menyukai Leonna, tetapi semakin lama semakin pupus rasa itu" gumam Verrel menundukkan kepalanya.
"maafkan saya, tetapi saya tidak bisa menikahi putri om" ujar Verrel
"Tunggu kak" Leonna mulai angkat bicara membuat semua orang menengok ke arahnya.
Leonna berjalan mendekati Verrel. " pa, aku mau bicara dulu dengan kak Verrel" ucap Leonna menarik lengan Verrel menuju taman belakang.
"Sepertinya mereka sedang ada masalah" ucap Lita
"Contohnya aja dulu nih si biangnya, pas mau nikah malah kabur kan karena berantem sama si metromini tapi untung gue sekap dia jadi kagak bisa kabur" ucap Okta membuat Daniel mencibir dan duduk di atas sofa.
"Jangan terlalu mencampuri urusan mereka Dhik, Niel" ucap Surya. " biarkan mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri." Tambah Surya
"Iya bener, godaan saat mendekati pernikahan itu banyak sekali sampai ada juga yang gagal menikah. Kamu juga pernah mengalaminya kan Dhik" ucap Elga
"Iya mom,, Dhika serahkan keputusan ke Leonna dan Verrel. Tapi Dhika juga tidak bisa diam saja kalau Leonna tersakiti" ucap Dhika.
Di Taman Belakang
Leonna maupun Verrel sama-sama masih diam dan duduk berdampingan di dekat kolam renang.
"Kak"
"De"
"Kamu dulu" ucap Verrel membuat Leonna menarik nafasnya dalam-dalam.
"Cintaku bertepuk sebelah tangan kak, dia tidak membalas perasaanku"
Verrel seketika menengok ke arah Leonna yang duduk di sampingnya dengan pandangan lurus kedepan. Verrel merasa kaget mendengar penuturan dari Leonna.
"ini sangat memalukan, cintaku tak terbalaskan" Leonna tersenyum kecil.
Leonna menengok ke arah Verrel yang juga masih menatapnya tak percaya.
"Kak, aku tidak akan memaksa kakak untuk tetap menikah denganku. Kakak punya hak untuk menentukan. Aku hanya ingin mengatakan yang sejujurnya sebelum kita menikah, bagaimanapun hubungan yang di dasari dengan kebohongan tidak akan berlangsung dengan baik" Jelas Leonna.
"Sekarang kakak sudah tau kebenaran perasaanku, dan keputusan menikah tetap ada di tangan kakak. Apa kakak masih mau melanjutkannya atau tidak, Leonna tidak akan memaksa" ujar Leonna membuat Verrel mematung.
"Aku tidak ingin membebani kakak, bagaimanapun setelah menikah kehidupan kita akan berbeda" ucap Leonna.
Verrel masih terdiam menatap mata bulat Leonna yang terlihat indah itu.
"kita bisa berteman bukan?" Tanya Verrel membuat Leonna mematung. Ternyata Verrel menolaknya.
"I-iya kakak benar, kita bisa berteman" ucap Leonna membuat Verrel tersenyum cerah.
"Ka-kalau begitu aku akan beritahu ke papa dan mama" ujar Leonna
"Tidak, kita yang akan bilang" ucap Verrel yang di angguki Leonna dengan sedikit ragu.
Verrel membawa Leonna menuju tempat para orangtuanya yang sedang berbincang. Semuanya mendadak diam saat Leonna dan Verrel datang dan menatap ke arah calon pengantin itu.
"Ma, pa, Leonna dan kak Verrel sudah berbicara, dan pernikahan kita -" Leonna terdiam sesaat.
"Pernikahan kita tetap berlangsung" ucapan Verrel membuat membuat Leonna terpekik kaget dan segera menengok ke arah Verrel yang berada di sampingnya.
Bukan hanya Leonna, para orangtuapun di buat kaget dengan ucapan Verrel yang mendadak berubah.
"Aiishh keponakan gue kok plin plan sih, mirip anak smp" keluh Okta
"Verrel kamu jangan main-main,, ini bukan permainan" pekik Daniel kesal.
"Verrel, Leonna, duduklah disini" ujar Dhika membuat mereka duduk di dekat Leon dan Adrian.
"Verrel, om sungguh tidak paham maksud kamu. Tadi kamu mengatakan tidak ingin menikah dan sekarang kamu mengatakan lain lagi" ujar Dhika. "Rel, Nana, papa tidak ingin mencampuri hubungan kalian. Tapi papa juga tidak ingin kalian mempermainkan hubungan ini. Terutama kamu Verrel, tadi kamu bilang kalau tadi cintamu sudah pupus kepada leonna dan juga mengatakan kalau kamu mencintai wanita lain" ucap Dhika
"Kalau kamu hanya mempermainkan Leonna, om tidak menyetujui pernikahan ini" ucap Dhika tenang tetapi tajam.
Leonna dan Verrel saling beradu pandang. "pa, Leonna akan menjelaskannya" ucap Leonna
"Aku yang salah om" Leonna kembali terpekik mendengar penuturan Verrel yang kembali membelanya.
"wanita yang Verrel cintai tidak membalas perasaan Verrel" ucap Verrel seraya melirik ke arah Leonna. "Verrel membatalkan pernikahan ini karena takut menyakiti Leonna, tetapi ternyata Leonna mau menerima saya dan kita sama-sama akan membuka lembaran baru" ucap Verrel membuat Leonna tersentuh dengan pembelaan Verrel yang masih mengambil kesalahannya.
Dhika masih menatap keduanya dengan seksama.
"Dhik, gue sebagai orangtuanya Verrel bener-bener minta maaf karena tingkahnya. Gue kecewa dengan sikap kekanak-kanakannya. Kalau memang pernikahan ini harus gagal, gue akan terima. Gue cuma berharap ini tidak akan berpengaruh ke persahabatan kita" ucap Daniel
"Pulanglah,, bukankah kalian sedang dalam masa pingitan. Dan Niel, loe gak perlu lebay seperti itu. Santai saja" ucapan Dhika membuat Daniel,Leon, dan Adrian kaget.
"Em, maksud om?" Tanya Verrel
"Empat hari lagi pernikahan kalian akan berlangsung. Jadi lebih baik kalian pulang dan bertemu nanti di acara pernikahan" ucap Dhika membuat yang lain masih mematung kaget.
"Apa kalian tidak senang?" Tanya Dhika.
"Kenapa wajah kalian pada merengut gitu. Mau tua dini?" Celetuk Okta. " smile dong, kan mau jadi nikah dan besanan. Masa pas acara nikahan rebutan dulu ke salon buat pasang benang dan totok wajah yang merengut dan keriput" ucapan Okta membuat suasana menjadi tenang tak setegang tadi.
***
Leonna tengah duduk di atas ayunan di taman belakang rumahnya dengan pandangan yang menerawang ke depan.
Khem
Leonna tersadar saat mendengar deheman seseorang yang tak lain adalah papanya sendiri.
"Apa papa mengganggu?" Tanya Dhika
"tidak pa," jawab Leonna
"kamu tau kenapa papa tak banyak bertanya pada Verrel tadi?" Tanya Dhika dan Leonna menggelengkan kepalanya.
"papa tau kalau Verrel mengambil kesalahanmu"
Leonna terpekik mendengar penuturan papanya.
"papa cenayang yah?" Tanya Leonna masih kaget membuat Dhika terkekeh.
"papa tau Verrel dan juga kamu dari kecil, awalnya papa kaget dengan ucapan Verrel yang tiba-tiba saja menolak pernikahan ini. Tapi tatapannya mengisyaratkan kesedihan" ucap Dhika. "yang kedua alasan dia yang kembali ingin melanjutkan pernikahan. Dan tatapannya sama kamu, itu sudah cukup untuk menjadi jawaban dari semuanya" ucap Dhika
"tatapannya gimana pa?" Tanya Leonna penasaran.
"tatapannya ke kamu itu penuh cinta Leonna, Verrel mencintai kamu dengan tulus. Dan itu sudah membuat papa tenang karena kamu mendapatkan laki-laki yang mencintai kamu" ucap Dhika
"tapi itu mustahil papa? Kak Verrel tidak mungkin mencintai Leonna" ujar Leonna
"cara orang menunjukkan rasa cintanya itu berbeda-beda sayang. Contohnya Verrel, Dia berkorban menjatuhkan harga dirinya hanya untuk kamu, supaya kamu tidak terkena masalah. Verrel tau bagaimana papa atau om Daniel akan marah jadi dia mengorbankan dirinya hanya untuk melindungimu" jelas Dhika membuat Leonna terdiam.
"pa, aku... ini mustahil" gumam Leonna masih tidak percaya.
"kamu hebat karena sudah mau berkata jujur padanya, dan mulailah membuka hati untuknya. Sayang" ucap Dhika membelai kepala Leonna
"apa akan bisa?" Tanya Leonna
"pasti, cinta juga terkadang datang karena terbiasa" ujar Dhika
"tapi papa tidak marah sama Leonna?" Tanya Leonna
"tidaklah sayang, kamu sudah melakukan hal yang benar dengan berkata jujur padanya" ucap Dhika membuat Leonna tersenyum dan memeluk tubuh Dhika.
"papa,, ada om Farel family" teriak Adrian dari dalam rumah.
"abang" gumam Leonna
"ayo kita kesana" ajak Dhika
Leonna berjalan di belakang Dhika menuju ruang keluarga, disana sudah berdiri Farel, Claudya, Jen dan juga Vino. Leonna mematung di tempat saat melihat Vino yang tengah memeluk Thalita.
"wah ini pengantinnya kenapa cuma diem disana, ayo kemarilah sayang" Claudya berjalan mendekati Leonna dan memeluknya, Leonna hanya bisa tersenyum kecil pada Claudya.
"selamat yah princes" ujar Farel yang kini memeluk Leonna.
"terima kasih mama Claud, papa Farel" ucap Leonna tersenyum.
"kak nana, selamat yah kak" ujar Jen antusias dan memeluk Leonna
"makasih yah jejen" kekeh Leonna membuat Jen merengut karena tidak suka di panggil Jejen.
Leonna berjalan mendekati Vino yang masih berdiri di tempatnya. "abang masih marah?" Tanya Leonna dengan manja
"tidak" jawab Vino singkat walau kenyataannya masih terlihat marah, Vino memang tidak bisa menyembunyikan segala emosionalnya.
"ab-"
"bun, Vino ke kamar yah. Vino lelah" ujar Vino berjalan melewati Leonna.
"abang" Leonna mengejar Vino yang terus berjalan meninggalkan Leonna
"abang, aku min-"
"jangan berpikir aku datang karena kamu, aku datang karena papa dan mama" ujar Vino penuh penekanan.
"abang, jangan marah terus dong sama Nana" ujar Leonna
"sudahlah Leonna, biarkan abang sendirian" ucap Vino memasuki kamar dan menutupnya. Ada perasaan kesal, dan marah dalam hati Vino. Leonna hanya bisa menghela nafasnya dan berlalu pergi meninggalkan Vino yang sudah menutup pintu kamarnya.
***