webnovel

13. Berusaha Menerima

Spanyol

Farel baru saja selesai memeriksa beberapa olahan dari pabrik miliknya. Saat memasuki ruangannya terlihat Claudya tengah menata makanan disana.

"nanda?" panggil Farel yang kaget melihat Claudya ada disana.

"hallo sayang, aku sengaja bawakan makan siang untukmu. Kamu pasti belum makan kan" ucap Claudya

"makasih nanda, Jen belum pulang? Vino juga?" Tanya Farel

"Jen belum pulang, katanya ada kegiatan" ujar Claudya. "Vino juga sepertinya akan pulang malam" tambah Claudya.

"Vino sudah jarang sekali tinggal di rumah, dia selalu sibuk" ujar Farel duduk di sofa di samping Claudya.

"iya, sampai sulit sekali mengambil cuti" tambah Claudya. "sayang, kamu sudah dengar kabar dari Thalita dan Dhika?" Tanya Claudya

"iya, Dhika sudah memberi kabar kemarin kalau Leonna akan menikah pekan ini" ujar Farel

"kita ke Indonesia?" Tanya Claudya

"ya pasti, bagaimanapun juga Leonna, Leon dan Adrian adalah anak kita juga. Apalagi Leonna yang sangat dekat dengan Vino dan kita" ujar Farel. "aku sudah siapkan tiket untuk keberangkatan kita besok ke Indonesia. Hanya saja Vino aku belum tau" ujar Farel

"Vino nanti kita kasih kabar saja kalau adiknya menikah" ucap Claudya

"siapa yang menikah ma?" pertanyaan dari seseorang membuat Claudya dan Farel menengok dan terlihat Vino di ambang pintu dengan masih memakai seragam captainnya.

"kapten Vino panjang umur sekali" kekeh Claudya, Vino menyalami Claudya dan Farel.

"adik aku siapa yang nikah ma, pa?" Tanya Vino

"Leonna, Vino." Ucap Farel

"Le-leona?" pekik Vino sangat kaget.

"iya sayang, Leonna akan menikah dengan Verrel anak dari Daniel dan Serli pekan ini" jelas Claudya

"pekan ini?????" pekik Vino semakin kaget

"Leonna belum memberitahumu memang?" Tanya Farel

"kok mendadak sekali" gumam Vino merasakan ada perasaan tidak rela.

"coba kamu hubungi Leonnanya. Dia kan adik kesayangan kamu" ucap Claudya.

"kita makan dulu saja, ayo Vino kita makan bersama" ajak Farel

"tidak pa, Vino akan menghubungi Leonna dulu" Vino beranjak keluar ruangan Farel, meninggalkan Farel dan Claudya yang tengah menikmati makanan mereka.

Vino berjalan menuju ladang yang terdapat sebuah gubuk kayu. Vino mencari nomor Leonna untuk menghubunginya.

'apa maksudnya ini? kenapa Leonna menikah tanpa mengabariku? Bahkan aku tidak tau calonnya siapa. Benar-benar anak ini, membuatku emosi' batin Vino

"hallo Leonna" bentak Vino sudah sangat kesal. "apa maksud kamu menikah tanpa mengabariku? Kamu anggap apa aku ini????" pekik Vino kesal

"a-abang, a-aku..." Leonna terdengar ketakutan dan kebingungan di sebrang sana.

"Kamu bahkan gak cerita sama abang sama sekali, bahkan abang kemarin dengar kalau kamu di lukai sama cowok itu dari Leon. Kamu kenapa sih Leonna? Kenapa sekarang kamu terlihat menghindari abang?" Tanya Vino memborong.

"maafkan Leonna abang, Leonna terpaksa tidak bercerita ke abang. Leonna takut mengganggu abang"

"omong kosong macam apa itu, Leonna??? Kamu seakan baru mengenal abang. Abang menyayangi kamu, Leonna. Dan kamu malah tidak menganggap abang sama sekali" ujar Vino benar-benar emosi

"maafkan Leonna, abang" tangis Leonna sudah pecah di sebrang sana.

"abang kecewa sama kamu, mungkin kalau mama dan papa tidak memberitahu abang, abang sama sekali tidak akan tau berita ini. Kamu tidak menginginkan abang datang?" Tanya Vino

"bu-bukan seperti itu bang, Leonna sibuk mengurusi pernikahan yang akan di laksanakan pekan ini" ucap Leonna

"begitu yah, abang paham. Maaf abang sudah mengganggumu, Leonna" ujar Vino dan mematikan telpon secara sepihak.

"Arrggghhh !!!" Vino meninju tiang dari kayu di sampingnya karena kesal. "kenapa kamu lakukan ini, Leonna" pekik Vino sangat kesal.

Entah apa yang Vino rasakan, tetapi Vino merasa sangat marah dan tidak rela. Apalagi Leonna sangat tidak menghargainya.

Sedangkan di Indonesia, Leonna menangis sejadi-jadinya di dalam kamarnya. Hatinya hancur mendengar amukan abang tersayangnya. Ini pertama kalinya Vino membentaknya.

'hiks...hiks...hiks...aku tidak menghubungi abang karena aku takut perasaan ini semakin membuatku menolak kak Verrel. Bagaimanapun aku sudah memilih kak Verrel dan aku ingin melupakan abang, tapi kenapa abang semarah itu? Maafkan Leonna abang, sungguh Leonna minta maaf' isak Leonna

"nana" panggilan seseorang membuat Leonna menghapus air matanya dan berangsur membenarkan duduknya. Michella berdiri di ambang pintu dan berjalan mendekati Leonna. "loe baik-baik saja kan?" Tanya Michella mengelus pundak

"gue gak tau, Chell" gumam Leonna menghapus air matanya, Leonna tidak terbiasa menangis di depan orang lain.

"apa ini ada hubungannya sama abang Vino?" Tanya Chella tepat sasaran membuat Leonna menengok ke arah Chella. "kalau loe cinta sama abang, kenapa loe gak katakan sejujurnya saja. Kenapa loe harus nerima kak Verrel?" Tanya Chella.

"karena abang mencintai wanita lain"

Deg

Chella mematung mendengar penuturan Leonna barusan. Tangannya yang berada di pundak Leonna kini sudah jatuh seakan tak ingin menyentuh Leonna. Chella mendadak gugup dan berkeringat dingin. Leonna yang bisa membaca gerak gerik Chella hanya tersenyum kecil.

"sudahlah aku juga tidak tau siapa yang abang cintai. Tapi dia berkata jujur kalau dia sangat mencintai wanita itu, gue memilih mundur dan menerima lamaran kak Verrel" ujar Leonna membuat Chella semakin mematung.

"tidak Ona, loe berhak bahagia sama lelaki yang loe cintai. Dan lelaki itu bukanlah kak Verrel melainkan abang Vino, berkatalah jujur sama abang. Gue yakin abang tidak akan menyakiti hatimu" ujar Chella

"abang memang tak akan menyakiti hatiku, tetapi dia akan mengorbankan hatinya sendiri. dan gue tidak mau itu terjadi. Sudahlah Chell" ucap Leonna

"tidak Leonna, please perjuangin cinta loe. Loe berhak bahagia sama abang, gue yakin lambat laun abang akan mencintaimu, hanya perlu waktu saja, Ona. Gue mohon, abang tidak akan bisa bahagia sama wanita yang di citainya, percaya sama gue" ujar Chella meyakinkan membuat Leonna menatap Chella mencari keraguan di matanya tetapi tak ada sedikitpun.

'haruskah aku membatalkan pernikahan ini dan mengatakan ke abang kalau aku mencintainya?' batin Leonna

"loe harus gapai kebahagiaan loe, Ona" ujar Chella

"bisa loe tinggalin gue sendiri? gue butuh waktu, Chell" gumam Leonna

"oh o-ke" gumam Chella. "kalau loe butuh apa-apa, panggil gue yah. Gue ada di bawah bantuin yang lain" ucap Chella membuat Leonna mengangguk.

Chella berlalu pergi sedangkan Leonna hanya bisa menyandarkan tubuh ke kepala ranjang dengan pikiran yang melayang entah kemana.

'kalau aku membatalkan pernikahan ini, apa kak Verrel tidak akan terluka?' Batin Leonna

Ucapkanlah sejujurnya, jangan ada yang di sembunyikan dari Verrel. Apapun itu...

Ucapan Dhika terngiang di kepala Leonna secara tiba-tiba. 'sebaiknya aku mengatakannya ke kak Verrel dan biarkan saja keputusan kak Verrel yang ambil' batin Leonna.

"assalamu'alaikum kak" Leonna menghubungi Verrel

"wa'alaikumsalam, ada apa de?" Tanya Verrel dari sebrang sana.

"emm, bisakah kita bertemu malam ini?" Tanya Leonna

"tapi de, kita kan-"

"please kak, ini sangat penting" ucap Leonna memotong pembicaraan Verrel.

"baiklah, kita bertemu di taman komplek rumah kamu saja yah"

"tidak kak, kita ketemu di café amour saja" ujar Leonna

"baiklah"

Leonna menutup telpon setelah berbicara dengan Verrel dan segera bersiap-siap. Leonna menghubungi Datan untuk datang ke dalam kamarnya.

"apa loe, manggil manggil gue. Mana manggilnya udah kayak manggil setan lagi loe" gerutu Datan saat masuk kamar Leonna membuat Leonna terkikik.

"abis kalau gak pakai jampi jampi, loe kagak bakalan datang" kekeh Leonna

"ada apa sih?" Tanya Datan

"Loe bisa tolongin gue, gak? Tolong bantu gue keluar dari rumah" ujar Leonna

"loe gila, loe mau kemana sih Ona? Pengantin itu harusnya diem manis di dalam kamar" ujar Datan

"ayolah Datan, gue ada urusan penting" ucap Leonna

"kalau ketauan papa Dhika, bisa di bedah gue" celetuk Datan

"kagak bakalan, papa gue baik" bela Leonna

"tapi kalau berhubungan sama anak gadisnya, bisa muncul tanduk tanduknya tuh" ujar Datan

"ayolah kunyuk,, loe kagak guna banget sih gue minta bantuan sedikit juga" keluh Leonna

"memang loe mau kemana? Ayo deh gue anter" ujar Datan

"tapi gimana cara keluarnya? Kan tu di bawa pada rame" ujar Leonna membuat Datan terdiam.

"gampang, lagian gak ada daddy dan mom. Jadi mereka gak bakalan ngerecokin kita" ujar Datan.

Dengan bantuan Datan, Leonna berhasil keluar dari rumah.

***

Datan menunggu di dalam mobil, sedangkan Leonna berjalan menghampiri Verrel yang sudah duduk di salah satu kursi meja di café Amour.

"hai kak" sapa Leonna membuat Verrel tersenyum dan menarik kursi untuk Leonna duduk, Verrel kembali duduk di tempatnya.

"ada apa Delia? Aku sampai harus kabur dari bunda dan ayah" ujar Verrel membuat Leonna tersenyum kecil.

"kak, lima hari lagi kita akan menikah. Dan aku ingin mengatakan sesuatu sama kakak" cicit Leonna memantapkan hatinya.

"katakanlah, jangan takut" ucap Verrel dengan senyumannya.

"emm,, kak. A-aku" Leonna kembali terdiam, rasa takut melingkupinya. Verrel masih menunggu Leonna dengan sabar.

"katakanlah De" ujar Verrel masih menunggu dengan sabar, hingga tak lama pesananpun datang.

"ice Greentea kesukaan kamu" tambah Verrel membuat Leonna mengernyitkan dahinya.

'bagaimana Verrel tau, aku bahkan belum pernah makan bersama dengannya' batin Leonna dan menyeduh minuman miliknya.

"kakak tau minuman kesukaanku?" Tanya Leonna penasaran.

"begitulah" ucap Verrel tersenyum kecil. 'apa yang tidak aku ketahui tentang kamu, Delia' batin Verrel. "apa yang mau kamu tanyakan?" tanya Verrel

"tapi kakak jangan marah yah" ujar Leonna

"katakanlah" ujar Verrel mulai penasaran dan bertanya-tanya.

"Maafkan aku kak, tapi aku mencintai laki-laki lain"

Deg

Ucapan Leonna yang terdengar berbisik tetapi masih mampu terdengar oleh Verrel. Verrel awalnya kaget, tetapi Verrel memahaminya. Leonna masih menunduk karena takut dan terlihat gugup.

"hei,, kenapa menunduk begitu" Verrel menyentuh tangan Leonna yang terasa dingin. "sampai dingin begini" tambah Verrel meremas tangan Leonna mengusapnya lembut seakan ingin memberikan kehangatan pada Leonna.

Leonna menengadahkan kepalanya menatap Verrel yang masih mengusap tangannya. "kakak tidak marah?" Tanya Leonna merasa heran

Verrel tersenyum ke arah Leonna. "kenapa aku harus marah, hmm?" Tanya Verrel dengan lembut.

Walau hatinya terasa sakit, tetapi Verrel tidak bisa menyalahkan Leonna dan memarahi Leonna. Bagaimanapun Leonna berhak mencintai siapapun.

"tapi kan aku-, kita-" jawab Leonna terbata-bata

"Cinta itu tidak bisa di paksakan, dan cinta juga berhak menentukan siapa yang akan kita cintai. Bukankah cinta itu anugrah dari tuhan" ujar Verrel masih memasang senyuman manisnya.

"kak-"

"Ssssttt" Verrel menggenggam erat tangan Leonna. "kamu berhak mencintai siapapun, aku tidak ada hak untuk melarang kamu mencintai laki-laki lain. Sekarang katakanlah, apa kamu ingin membatalkan pernikahan ini?" Tanya Verrel yang masih sekuat tenaga menekan luka di hatinya.

Mendengar penuturan Verrel, Leonna terdiam. Hatinya merasa tidak ingin kalau pernikahan mereka sampai batal. Tapi Vino? Bahkan dia masih marah sama Leonna.

"kalau kamu tidak bisa menjawabnya, tidak apa-apa. Aku sudah paham maksud kamu, de" ucap Verrel. "aku akan bicara sama orangtuaku untuk membatalkan pernikahan ini" ujar Verrel membuat Leonna menatap Verrel tidak percaya.

"kamu jangan takut, aku juga yang akan bicara dengan om Dhika. Aku akan membatalkan pernikahan ini dengan alasan kalau aku memiliki gadis lain, dan mencintainya. Jadi kamu tidak akan terkena masalah apapun" ujar Verrel.

"sekarang gapailah cinta kamu, dan hiduplah berbahagia. Jangan pernah merasa terbebani olehku. Oke" ujar Verrel mengusap kepala Leonna dengan sayang dengan senyuman menawannya masih terukir di bibir merahnya.

"kamu pulang sama siapa? Biar aku antarkan pulang" tambah Verrel

"sama Datan" cicit Leonna

"baiklah, ayo kita pulang. Ini sudah larut malam" tambah Verrel yang di angguki Leonna.

Keduanya berjalan bersama menuju parkiran dan Datan sempat bersalaman dengan Verrel.

"hati-hati yah Datan, De" ujar Verrel

"makasih kak" ucap Leonna yang di angguki Verrel

"duluan yah tan, de" ucap Verrel dan berlalu pergi meninggalkan Leonna dan Datan.

Verrel mencengkram setir mobilnya dengan kuat hingga buku-buku tangannya memutih. Emosinya meledak, rasa kesal dan terluka saat ini dia rasakan.

"kenapa Delia?" gumam Verrel. "mungkin aku terlalu bahagia karena akan menikah denganmu" gumam Verrel menyandarkan kepalanya ke setir mobil.

Di dalam mobil Datan., Leonna terlihat menyandarkan kepalanya ke sandaran jok mobil.

"loe ngomong apaan sama kak Verrel?" Tanya Datan

"gue bilang kalau gue mencintai laki-laki lain"

Ciiiitttttt

Datan mengerem mobil seketika, membuat Leonna hampir saja membentur dashbox tetapi tertahan karena memakai sabuk pengaman.

"loe mau bunuh gueeee !!!!" pekik Leonna yang sangat kesal

"Loe yang mau bunuh gue karena serangan jantung" emosi Datan tak kalah kesalnya. "heh Ona, otak loe, loe pindahin ke dengkul atau ke kaki sih?" Tanya Datan kesal

"otak loe yang pindah ke dengkul" cibir Leonna kesal

Pletak

"aduhhhhh" pekik Leonna karena Datan menyentil keningnya. "sakit kunyuk, sialan loe" kesal Leonna mengusap keningnya.

"heh ona, Loe bener-bener otak kecoa yah" ujar Datan kesal

"kecoa kagak ada otaknya, lebih enak otak udang" celetuk Leonna

"otak udang terlalu pintar, kalau loe otak kecoa yang kagak punya otak. Heh denger ona jelek, loe jangan so cantik dan so laku. Mau nyari yang kek gimana lagi? udah dapet model kak Verrel yang sempurna malah loe tolak, dasar otak kecoa" ujar Datan kesal

Pletak

Kini giliran Leonna yang menyentil kening Datan, membuatnya mengelus keningnya sendiri.

"gue gak cinta sama kak Verrel, kunyuk. Gue cintanya sama abang Vino" ujar Leonna keukeuh

"cinta, cinta,cinta dan cinta. Bikin gue pengen muntah dengernya, cinta model kayak gimana tuh yang malah melumpuhkan system kerja otak manusia" ujar Datan kesal. "Loe kan sudah jelas-jelas tau kalau pangeran loe itu cinta sama si lonceng gereja. Loe masih mau ngebet sama pangeran loe itu?" Tanya Datan

"gue gak tau, kunyuk" keluh Leonna frustasi

"ya tuhan, kenapa kau menciptakan wanita-wanita tanpa otak seperti Ona dan mbak Pretty. Cinta benar-benar membutakan mereka berdua" gerutu Datan

"udah deh kunyuk jangan lebay dan berlebihan, sekarang ayo lanjut pulang sebelum mama nyari aku" ujar Leonna

"denger Ona, gue sayang sama loe. gue kasih saran. Jangan membatalkan pernikahan ini, loe bakalan nyesel" ujar Datan mulai menjalankan kembali mobilnya. Leonna hanya bisa bersandar sambil memijit pangkal hidungnya.

"yang gue tua, kak Verrel mencintai loe dengan tulus" tambah Datan

"gak mungkin" celetuk Leonna

"loe gak percaya? Oke kita lihat dua atau tiga hari lagi" tambah Datan membuat Leonna terdiam.

Di Kediaman Verrel

Serli sedang sibuk berbincang dengan Chacha dan Irene, sedangkan Ratu dan kak Dewi dan Elza sibuk di rumah Thalita karena di sana yang lebih sibuk menyiapkan persiapan pernikahan. Serli menengok saat melihat kedatangan Verrel

"sayang, lihat ini tuxedo kamu sudah datang. Coba kamu pakai" ujar Serli berjalan mendekati Verrel sambil membawa tuxedo yang masih terbungkus rapi.

"simpan saja, ndha" ujar Verrel hendak beranjak tetapi di tahan Serli

"ada apa?" Tanya Serli yang sudah sangat mengenal anak satu-satunya itu.

"nda, aku mau membatalkan pernikahan ini"

Deg

Serli mematung di tempatnya dengan ekspresi yang sangat syok.

"kenapa?" Tanya Daniel yang sudah berdiri di belakang Serli dengan tatapan yang sangat tajam. Verrel sadar ayahnya tengah menahan emosi. Bahkan Okta, Chacha, Seno dan Irene ikut berdiri begitupun dengan Percy, Rasya, Randa dan Rindi yang juga ada di sana.

"Verrel, om gak salah dengarkan?" Tanya Okta berjalan ke samping Daniel untuk menahan emosi Daniel.

"tidak om, kalian tidak salah dengar. Verrel ingin membatalkan pernikahan ini karena Verrel mencintai wanita lain"

Bugh

Verrel tersungkur saat tonjokan sang ayah mendarat di pipi Verrel.

"Daniel !!!" pekik Serli segera menolong Verrel yang tersungkur ke lantai.

"kamu pikir ini permainan, Verrel??????" amuk Daniel emosi. "seenaknya kamu membatalkan pernikahan ini, disaat sudah dekat. Kamu mau membuat ayah malu di depan om Dhika, hah???" amuk Daniel kesal.

"tenang niel, tenang" ujar Okta dan Seno

"anak ini mau membuat malu gue, gator, sen. mau taruh dimana muka gue di depan Dhika" ucap Daniel emosi dan sedikit memegang dada dan memijit pangkal hidungnya.

"tenang dulu, kita dengerin penjelasan Verrel" ujar Okta

Serli memberika air ke Daniel, membuat Daniel meneguknya hingga tandas dan Okta membawa Daniel ke kursi agar lebih tenang. Jangan sampai penyakitnya kambuh. Serli membawa Verrel duduk di sofa juga.

"jelasin Verrel, apa alasan kamu? pernikahan ini bukan permainan, rell" pekik Okta

"aku tau om, tapi aku mencintai gadis lain" ujar Verrel mengambil kesalahan Leonna.

"Verrel,, ndha kenal kamu nak. Kamu bukan type laki-laki yang suka mempermainkan wanita. Dengar nak, kita sudah melamar Leonna dan lima hari lagi kalian akan menikah" ujar Serli

"aku akan mendatangi om Dhika besok dan membatalkan pernikahan ini" ucap Verrel dengan tenang.

"Verrel !!" kali ini Serli yang kesal. "apa maksud ucapan kamu, kamu bener-bener ingin menghancurkan persahabatan kami dan ingin membuat kami malu di depan kak Dhika dan Lita" ujar Serli tak menyangka dengan keputusan Verrel.

"maafkan Verrel ndha, tapi inilah keputusan Verrel. Verrel mohon kalian memahaminya. Verrel janji akan menyelesaikan semuanya dan berbicara dengan om Dhika tanpa melibatkan kalian berdua" ujar Verrel dengan wajah datarnya.

"apa yang ada di pikiran kamu saat ini, rel" ujar Seno

"kayaknya si Verrel kerasukan si Valak" celetuk Okta.

"kamu pikir dengan membatalkan pernikahan ini, ayah akan merestui hubungan kalian?" ucap Daniel sinis.

"aku tidak meminta restu dari kalian" ucap Verrel dengan tenang. " aku akan menemui om Dhika besok siang" tambah Verrel meninggalkan semuanya yang masih terpekik kaget.

"Si Verrel bener-bener ingin buat gue serangan jantung" gumam Okta sedangkan Daniel hanya terdiam dan memijit pangkal hidungnya.

"bunda yakin, ini terjadi sesuatu. Verrel tidak pernah seperti ini sebelumnya" ujar Serli seakan ingin menenangkan suaminya.

"dia benar-benar buat aku tidak bisa berhadapan dengan Dhika" gumam Daniel

"tenanglah, ini pasti hanya salah paham" ujar Seno

"kenapa mendadak sekali" gumam Serli, tetapi Serli sangat yakin kalau putranya bukan tipe lelaki pengecut. Dia tidak mungkin membatalkan sesuatu yang sudah di rencanakan. Ini pasti ada sesuatu yang menekan Verrel. Pikir Serli

Di dalam kamar Verrel terduduk di sisi ranjang sambil menjambak rambutnya ke belakang. 'mungkin hanya ini yang bisa aku lakukan untukmu, Delia. Aku tidak akan pernah membiarkanmu terkena masalah sedikitpun. Walau mungkin setelah ini aku tak mungkin bisa menatapmu lagi dan berdekatan denganmu. Mungkin setelah besok aku mengatakannya ke om Dhika, kalian semua akan membenciku.' Batin Verrel

'kamu tau De, aku begitu mencintaimu. Aku tidak tau cinta seperti apa ini, tetapi saat itu selalu terbayang di benakku. Aku masih ingat saat itu aku melihat seorang gadis kecil yang tengah mengejar kupu-kupu di taman rumahnya. Dan saat itu jugalah, jantungku mulai berdetak cepat hingga detik ini. keceriaannya mampu mengisi hatiku yang sepi, tingkahnya yang lucu selalu membuatku gemas dan ingin selalu menjaga dan melindunginya. Aku mulai sadar kalau rasa itu ternyata ada sebuah perasaan cinta. Dan Leonnalah cinta pertamaku, walau kami tidak pernah bersama sedikitpun' batin Verrel

Verrel tersenyum miris mengingat perasaannya yang tidak pernah terbalaskan. 'aku selalu berharap suatu hari nanti kita bisa bersama, tetapi mungkin juga tidak. Kamu hanya akan menjadi bayang-bayangku saja, Delia' batin Verrel

***

Keesokan harinya sesuai rencana, Verrel datang ke rumah Dhika dan Daniel bersama Okta dan Seno mengejarnya, karena Verrel pergi tanpa berpamitan.

"Verrel?" Thalita mengernyitkan dahinya saat melihat calon menantunya berdiri di ambang pintu.

"assalamu'alaikum tante" sapa Verrel dengan sopan

"ada apa rel? tapi bukannya kalian sedang di pingit?" Tanya Thalita

"saya datang ingin berbicara dengan tante dan om, kebetulan ada sesuatu hal yang penting yang ingin saya bicarakan" ujar Verrel membuat Thalita bertanya-tanya.

"baiklah, ayo masuk" Thalita membawa Verrel ke ruang keluarga. Dimana ada Dhika, Surya, Elga, Adrian dan Leon.

"Verrel?" Tanya Dhika mengernyitkan dahinya bingung. "ada apa?" tambah Dhika

"maaf mengangguk waktunya, ada yang mau saya bicarakan dengan om dan juga keluarga besar" ujar Verrel membuat semua orang saling bertatapan bingung.

"duduklah, rel" ucap Thalita dan Verrelpun duduk di atas sofa.

"ada apa rel?" Tanya Dhika . Verrel terlihat membebani duduknya.

"maafkan saya karena sudah mengganggu aktivitas kalian semua. Saya mau mengatakan kalau saya ingin-"

"Verrel" Daniel menghentikan ucapan Verrel membuat semuanya menengok ke arah Daniel dan Okta.

"kalian? ada apa ini?" Tanya Dhika mulai curiga

"Verrel ayo pulang, masih banyak yang harus kita siapkan" ujar Daniel dengan tajam.

"maaf ayah, tetapi aku harus mengatakannya" ucap Verrel

"jangan aneh-aneh rel" ucap Okta

"ada apa ini?" Tanya Dhika semakin bingung.

"saya datang untuk mengatakan kalau saya ingin membatalkan pernikahan saya dan Leonna"

Deg

Semuanya mematung mendengar ucapan Verrel yang mendadak, Leonnapun terpekik kaget yang baru akan memasuki ruangan itu.

"tapi kenapa rel?" Tanya Thalita kaget

"saya mencintai wanita lain"

Ucapan Verrel membuat Leonna mematung dan terharu, ternyata ucapan Verrel tak sekedar ucapan. Dia benar-benar mengambil kesalahan Leonna. Dan Leonna begitu merasa berdosa, ucapan Datan kemarin ternyata benar adanya.

"sialan loe kak !!" pekik Leon hendak mengacungkan bogemnya ke wajah Verrel tetapi di tahan Dhika.

"tahan emosimu, Leon" ujar Dhika

"bagaimana bisa aku tahan, pa? Leonna sudah pernah di sakiti oleh seorang laki-laki dan sekarang dia menyakitinya lagi. Di saat pernikahan mereka sudah di tentukan" pekik Leon kesal. Verrel terpekik saat mendengar kalau Leonna pernah di sakiti.

Bayangan Verrel flashback ke kejadian saat mereka hampir bertabrakan di jalan, dan Leonna menangis histeris. Verrel paham apa alasannya.

"tenang Leon !!" bentak Dhika membuat Leon terdiam dan kembali duduk dengan tatapan tajamnya.

"Dhika, ini salah paham. Anak gue-" ucapan Daniel tertahan saat Dhika memberi tanda untuk Daniel diam.

"om salut kamu mau mengakuinya, tetapi apa alasan kamu sebelumnya melamar Leonna? Kalau kamu memang mempunyai wnaita lain, kenapa kamu melamar Leonna? Dan bahkan menciumnya. Ini bukan ajang perjodohan, jadi kamu tidak perlu menerima Leonna karena terpaksa. Sekarang katakan apa maksud kamu melamar Leonna dan tiba-tiba saja sekarang mengatakan ini" ujar Dhika masih tenang.

"Verrel, om tau kamu hanya bercanda" ujar Okta

"maafkan saya om, saya memang seorang pecundang dan lari dari masalah. Awalnya aku pikir aku menyukai Leonna, tetapi semakin lama semakin pupus rasa itu" gumam Verrel menundukkan kepalanya.

"maafkan saya, tetapi saya tidak bisa menikahi putri om" ujar Verrel