webnovel

Berapa derajat?

"Sebenarnya hatimu itu untuk siapa sih?"

🌵🥀🌵

Entah mengapa hati Biru menjadi sedikit was was, seakan ada hal yang akan menimpanya kapan saja. Rasa penasarannya terhadap lelaki misterius itu membuatnya tidak tenang. Biru terus saja berdoa agar hal buruk tidak terjadi padanya. Tapi ia harus tetap tersenyum karena itu akan membuatnya jauh lebih tenang.

Oh ya, sedari tadi banyak teman sekelas maupun tidak sekelasnya bertanya akan perubahannya saat ini. Sebenarnya bukan hal yang aneh karena semua orang tahu jika Biru memang bersahabat dengan Syifa, si wakil ketua rohis. Sehingga (mungkin) orang berpendapat bahwa Syifa yang mempengaruhi Biru untuk menutup auratnya.

Namun pendapat itu ditolak mentah-mentah oleh Biru. Memang benar Syifa selalu mendorongnya untuk menutup aurat, tapi Syifa sama sekali tidak pernah memaksanya. Semua ini keinginan Biru sendiri. Biru memang bukan sosok yang baik, tapi tak ada salahnya kan untuk merubah diri menjadi seorang yang lebih baik lagi.

Biru ingin berubah secara bertahap, bukan sekaligus. Karena ia tahu bahwa hijrah itu tidak mudah, ada kata 'Istiqomah' yang harus tetap dipertahankannya.

"Biru bengong aja dari tadi," ujar Syifa sambil terkekeh. Dan langsung dibalas senyuman oleh Biru.

"Sholat Dhuha yuk Syif," sahut Biru yang sudah menenteng mukenanya.

"Wah masyaa Allah, yuk!"

🥀🌼🥀

Biru dan Syifa kini tengah memakai sepatu kets hitam milik mereka. Setelah shalat Dhuha rencananya mereka akan pergi ke perpustakaan. Namun ada suatu hal yang aneh bagi Syifa. Dengan diselimuti rasa penasaran ia pun akhirnya bertanya.

"Biasanya kamu cari-cari dia?"

Biru sebenarnya sudah tahu siapa 'dia' yang dimaksud Syifa, namun ia menyanggahnya, "Dia siapa?"

"Pangeran kamu." Syifa tertawa geli.

"Ish, apaan sih. Emang aku ini princess yang punya pangeran," jawab Biru sambil tertawa.

"Kan kamu yang bilang sendiri waktu itu."

"Emang iya? Kok aku lupa ya."

"Syifa.." panggil seseorang.

"Kenapa Fardhu?"

"Tadi kata Aksa, ketua sama wakil ketua rohis dipanggil Pak Ading"

"Oh oke. Aku kesana dulu ya Biru," pamit Syifa.

"Terus aku sama siapa dong ke perpusnya?"

"Sama gue aja," celetuk Fardhu.

"Ish nggak mau. Aku duluan ya Syifa, Assalamualaikum." Biru langsung pergi begitu saja meninggalkan Syifa dan Fardhu. Syifa yang tahu sifat kekanakan Biru hanya tersenyum. Dan Fardhu? ia mengejar langkah Syifa yang berada tak jauh darinya.

"Ngapain sih ngikutin mulu."

"Emang nggak boleh?"

"Nggak boleh!"

"Kalau ke KUA boleh nggak?"

"Ih nggak jelas banget sih, jan deket-deket," usir Biru sambil berlari kecil. Saat lulus nanti mungkin Biru akan merindukan lelucon-lelucon aneh dari Fardhu. Catat! Hanya leluconnya saja.

Namun ketika sampai di pinggir lapangan futsal, ia melihat Pak Ading, Syifa dan juga dia sedang membicarakan suatu hal. Senyuman dan tawa tak luput hadir dalam pembicaraan mereka. Hati biru rasanya teriris saat dia melihat Syifa yang menanyakan sesuatu kepada dia dan dibalas tawa renyah dari si ketua rohis itu.

Biru menginginkannya juga. Biru menginginkan tawa itu untuknya. Dia selalu menunggu sapaan dan senyum dari si ketua rohis itu. Tapi rasanya itu tidak mungkin, Biru merasa Aksa, si ketua rohis menjauhinya. Entah kesalahan apa yang pernah diperbuatnya. Biru tidak tahu. Namun ada satu kesalahan yang tak pernah disadari olehnya. Yaitu terlalu berharap kepada manusia.

"Gue pikir seorang Sabiru Aqilla yang katanya ingin 'berubah', juga bisa merubah seseorang dihatinya..." jeda sebentar, lalu Fardhu melanjutkan perkataannya lagi, "Tapi ternyata itu salah."

"...." tak ada balasan dari Biru.

"Karena Biru tetaplah seorang Biru, si gadis yang rapuh akan hatinya. Entahlah gue juga bingung siapa yang bodoh diantara lo dan dia.." Fardhu kemudian menatap Biru dengan serius, "Oh ya satu lagi, ikhlaskanlah jika pada akhirnya sesuatu itu harus dilepaskan. Jangan pernah sekali-kali memaksanya"

Biru kemudian menatap Aksa dari kejauhan. Tapi oh ternyata Aksa juga tengah menatapnya. Bola mata mereka saling bertabrakan. Buru-buru Biru mengalihkan pandangannya ke arah Fardhu. Dan mengucapkan sesuatu yang membuat Fardhu sontak membulatkan matanya.

"Gimana caranya buat move on?"

🌵🥀🌵

7:16