webnovel

Provokasi

  Santian yang ingin berniat memberikan informasi kepada para warga yang sawahnya diobrak-abrik oleh orang yang masih belum diketahui.

  Setelah Bapaknya menenangkan warga akhirnya Santian pergi diam-diam untuk menuju para warga yang  masih berkumpul di sawah untuk membereskan kerusakan.

  "Uda, mau tau siapo pelakunyo?" Santian berbisik. "Uda datang saja ke aliran sungai"

  "Kenapo harus ke Sungai?"

  "Datang malam-malam nanti akan tahu siapo pelakunyo!"

  Warga yang mendengarkan ucapan dari Santian merencanakan untuk mengunjungi sungai pada malam harinya dan membuktikan dari ucapannya.

Malam pun tiba.

  Beberapa warga mendatangi sungai dan melihat seperti ada orang yang membuang kayu dan batu ke sungai, lantas mereka segera bergegas.

"Hoi! Sedang apo kalian?!" Salah satu warga itu menegurnya.

"Heh? Waduh kita ketahuan" Orang-orang misterius itu panik karena didatangi oleh para warga. "Lebih baik kabur aja!"

 

  Mereka pun lari dari tempat kejadian dan segera kabur dari para warga.

  Para warga langsung mengejar orang-orang misterius yang hendak menutupi aliran sungai untuk diinterogasi.

  Setelah mengejar orang-orang misterius itu para warga akhirnya menangkap mereka.

*Bhak...bhuk...bhak*

   Orang misterius yang tertangkap sempat diberi bogem mentah oleh warga yang geram dengan perusakan sawah milik warga.

  "Rasain Kau!! Ini akibat merusak sawah milik kito!"

  "Ampon Uda... ampon" orang misterius itu kesakitan.

  "Hah! Diam kau! Bawa mereka ke balai desa!"

  Keempat orang misterius itu dibawa ke balai desa Rangkiang untuk diberi pertanyaan, dan siapa dalang dibalik perusakan sawah milik para warga.

  Dan setibanya di balai desa beberapa orang membunyikan kentongan untuk mengumpulkan para warga, setelah beberapa saat warga mulai berkumpul untuk melihat ada kejadian apa.

  "Ada apo ini malam-malam begini?"

  "Uda dan Uni, Awak minta maaf sudah mengganggu, tapi ini mendadak karena kita sudah menangkap orang yang telah merusak sawah milik warga."

  Tidak lama Pak Itang datang bersama Santian untuk melihat ada apa di balai desa Rangkiang.

  "Ini ada apa ya Uda?" Pak Itang bertanya.

  "Oh Pak Itang, ini kami sudah menangkap orang-orang yang merusak sawah milik kita."

  "Uda tau orang ini merusak sawah dari siapo?"

  "Tian, Pak Itang."

  Pak Itang yang mendengar bahwa anaknya telah memberitahukan kepada salah satu warga dan membuat keributan langsung menghadap kearah Santian.

  "Tian! Kenapo kau bilang kepada warga?" Pak Itang yang terlihat marah. "Lihat apo yang kau perbuat!"

  "Ambo tak terimo sawah Apak dirusak!" Santian yang menjawab dengan kesalnya.

  "Sudahlah Pak Itang, Tian sudah membantu jangan dimarahi." salah satu warga menenangkan Pak Itang.

  Akhirnya Pak Itang ingin bertanya kepada empat orang yang baru ditangkap oleh para warga.

  "Apo kalian yang merusak sawah?"

  "Iyo! Kenapo?!" Jawab dengan sombongnya.

  "Liatkan Pak Itang urang tu yang merusak, sudah kita kasih pelajaran biar kapok!" Salah satu warga mulai memprovokasi untuk menghajar para pelaku perusakan sawah milik warga.

  "Tenang! Tenang Uda!" Pak Itang melerainya. "Jangan main hakim sendiri!"

  "Tapi kito rugi Pak Itang, sawah jadi gagal panen gara-gara mereka!"

  "Iyo Ambo tau, Uda bisa tenang? mungkin mereka hanya disuruh oleh seseorang untuk merusak sawah kito."

  Akhirnya Pak Itang mulai bertanya mengenai kenapa dan siapa yang menyuruh mereka untuk mengobrak - abrik padi sawah milik para warga.

  "Ambo mau tanya, siapo yang menyuruh kalian untuk merusak lahan padi kami?"

"....."

"...."

"....."

"....."

  "Mereka tak mau jawab Pak Itang, sudah kito beri pelajaran!"

  "Eiitt! Saba Uda-uda!" Pak Itang memikirkan cara untuk mengetahui jawabannya. "Sudah kita lepas saja mareko."

  "Hah?! Dilepas?"

  "Iyo, ini sudah malam waktunya tidua."

  "Yang benar saja??"

  Para warga akhirnya mengikuti perkataan Pak Itang untuk melepas keempat orang yang telah merusak padi disawah para warga.

  Setelah para pelaku dilepaskan warga yang tadinya berkumpul di balai desa akhirnya pulang kerumah masing-masing. Namun ada beberapa warga yang masih tidak terima dan menunggu untuk meminta solusi dari Pak Itang.

 

  Pak Itang menyuruh Santian untuk memanggil Balang harimau miliknya untuk mengendus bau dari keempat orang tersebut.

  "Tian, bawa Balang kamari!"

  Balang mendekat ke Apak Itang lalu dia mengendus secarik baju yang pernah digunakan pelaku.

  Beberapa warga yang masih di balai desa mengerti apa yang akan dilakukan Pak Itang.

  "Oh.. kita cari ke sarangnyo."

  "Pandai juga itu si Balang."

  Pak Itang, Santian, dan beberapa warga mengikuti Balang yang sedang mengendus untuk mengikuti jejak dari para pelaku perusakan sawah.

  Setelah lama berjalan mengikuti Balang mereka akhirnya menemukan tempat yang disinyalir sebagai tempat orang yang menyuruh para pelaku untuk merusak sawah.

  "Liat tu Pak Itang, Si Balang berhenti tepat dirumah itu." Warga melihat ada rumah yang cukup besar.

  "Ndak salah lagi Pak Itang, itu rumahnyo pernah dikunjungi para pelaku yang Kita tangkap barusan!" Beberapa warga ingin mencoba mendatangi rumah itu.

  "Tunggu Uda, jangan buru-buru." Apak Itang menahan para warga. "Kita akan mencoba mendekati rumahnyo dulu, apo ada urang atau tak?"

  Akhirnya mereka satu persatu diam - diam mendekati rumah tersebut dan ingin mendengar apakah ada orang didalamnya.

  Setelah para warga mendekati rumah tersebut mereka mendengarkan ada orang yang sedang marah dan memaki.

  "Anjiang! Kenapo kalian harus ketangkap!?"

  "Kita dikejar para warga."

  "Kenapo mareko tau kalian sedang di sungai?!".

  "Sepertinyo ada urang yang kasih tau ke warga."

  "Siapo?"

  "Eh... Anu...Hm... " mereka mengingat - ingat kejadian sebelumnya. "Ada anak kecil yang kita temui waktu itu."

  "Cari anak itu! Kasih Inyo pelajaran!"

  "Baik Angku."

  Keempat orang itu segera

  Diluar rumah para warga mendengar percakapan mereka yang sedang merencanakan sesuatu jahat.

  Sebelum mereka melancarkan rencananya, para warga akan menyergap dalang yang menyuruh para perusak sawah milik warga.

  "Rupanya kau lah yang menyuruh untuk merosak sawah milik kami!"

  "Hah! Amboi! Ketahuan awak."

  Orang yang telah menyuruh untuk merusak sawah milik warga akhirnya ketahuan dan akan segera ditangkap oleh Pak Itang dan warga.

  Kelima orang itu terkepung oleh warga yang telah mengelilingi rumah.

  "Jan lari kau!" Warga mencegatnya.

  "Pak Itang kita harus tangkap mereka!"

  Akhirnya mereka menangkap kelima orang itu termasuk dalang yang telah menyuruh keempat orang untuk merusak sawah.

  "Akhirnyo ketangkap juga, Kita harus apakan ini Pak Itang?".

  "Tokok aja! Awak tak tahan lai ingin menghajar mereka!" Salah satu warga sudah kesal dan ingin menghakimi mereka.

  "Kenapo kau merosak sawah milik kami?" Apak Itang bertanya kepada Juragan yang menyuruh untuk merusak sawah. "Apo panyabnyo?"

  "Awak tak terima! hasil padi kalian melimpah dan bagus dari milik kami." Jawab dari Juragan tersebut.

  "Oh... Jadi tu kalian rosak padi sawah milik kami? Pak Itang mareko harus bertanggung jawab atas perosakan sawah!"

  "Iyo Pak Itang, Uda sebagai kepala desa harus tegas."

  Pak Itang pun memikirkan jalan keluar untuk permasalahan ini, beliau ingin memberi hukuman kepada para pelaku perusakan.

  "Uda-uda, Kita harus membawa orang-orang ni ke balai desa, untuk dihukum secara hukum adat didesa Rangkiang."

  Akhirnya para warga membawa kelima orang itu ke balai desa untuk nantinya akan diberi hukuman.

  Setelah mereka sampai di balai desa, kelima orang itu diikatkan ke tiang untuk di tahan semalaman dan akan ditentukan hukumannya pada pagi harinya.

*Kukuruyu~

   Pagi telah tiba, matahari belum terbit para warga yang didominasi oleh para laki-laki mendatangi balai desa Rangkiang.

  Pak Itang selaku kepala desa Rangkiang memberi pengumuman untuk kesemua warganya yang telah berkumpul di balai desa.

  "Uda dan Uni, semalaman para warga sudah menangkap biang kaladi perusakan sawah milik para warga desa, kita harus memberikan hukuman kepada kelima urang ini untuk menebus kesalahannyo."

  Para warga mengusulkan kepada Pak Itang untuk memberikan hukuman yang pantas mereka dapatkan.

  "Kami minta ganti rugi beri masing-masing lima kerbau sajo!" Salah satu warga menyoraki untuk ganti rugi.

  "Iyo! ganti rugi!"

..."Ganti rugi!..."

   *Ganti rugi! Ganti rugi!*

  Para warga bersorak untuk meminta ganti rugi sebagai hukumannya.

  "Eh..eh tunggu dulu! mana bisa awak ganti semua kerugian dengan lima kerbau perorangan."

  "Siapo suruh merusaknyo? Hmm?"

  "Ya awak yang merusak, tapi awak hanya disuruh."

  "Sama sajo! Pokoknya ganti rugi!"

Kemudian orang yang memberi perintah keempat orang tersebut berbicara.

 

  "Biar awak yang ganti, kita sudah tertangkap basah, apo boleh buat."

  "Sebelum itu, siapo namo kalian?" Tanya Pak Itang.

  "Anwir."

  "Brone."

   "Jolon."

   "Ubel."

  Keempat orang itu menyebutkan masing-masing namanya.

  "Namoku Angku." Jawab dari orang yang telah memberi perintah untuk merusak sawah milik warga desa Rangkiang.

  Akhirnya mereka dilepaskan dan berjanji akan mengganti rugi semuanya.

Akan tetapi Angku akan mengganti rugi secara berangsur karena kerugian dari warga sangatlah besar untuk ditebus.