webnovel

Chapter 3 - Rowan WeaverWood

Situasi memperlihatkan Rowan yang sedang berjalan pulang dari kota saat tengah hari. Dengan membawa keranjang berisi umbi-umbian dan tomat, Dan sebuah liontin yang terletak di saku celananya.

"Hari ini entah perasaan ku saja, Mengapa aku tidak melihat makhluk hidup yang lalu lalang" Gumam Rowan.

Tentu saja hal ini membuat anak laki-laki itu bingung, Dengan luasnya padang rumput dan ladang tumbuhan dia terbiasa melihat tikus ataupun kelinci yang beraktivitas

Dengan mata yang berbinar, Rowan memakan satu buah tomat untuk mengisi energinya. Dia mempercepat langkahnya, ingin segera mencapai keamanan dan kenyamanan rumahnya sebelum malam tiba.

Saat ia berjalan, pemandangan di sekitarnya mulai sedikit kabur. Ketika dia melewati pohon burja kuno yang sama untuk ketiga kalinya, Perasaan tidak nyaman mulai muncul. Dia berhenti dan melihat sekeliling, Menyadari tidak peduli seberapa jauh dia berjalan, Dia sama sekali tidak berpindah tempat.

"Apa yang terjadi?" gumam Rowan pada dirinya sendiri, jantungnya berdebar kencang. Dia berbalik ke segala arah, mencari tanda jalan keluar. Pandangan mata yang awalnya menyejukkan kini tampak asing dan mengancam.

Dia memutuskan untuk meninggalkan jalan dan masuk ke hutan, Berharap bisa menemukan jalan pintas ke ladang gandum milik ayahnya. Saat dia menerobos semak belukar yang lebat, bayangan semakin panjang dan udara semakin dingin. Hutan tampak menutup di sekelilingnya, daun-daunnya berdesir membisikkan kupingnya.

"AaaAaakh" dengungan yang membuat kupingnya sakit. Dia melirik ke belakang dan menyadari bahwa jalan telah hilang sepenuhnya. Rowan tersandung ke sebuah lapangan terbuka yang membuat liontin miliknya jatuh dan terpecah menjadi beberapa bagian.

Rowan meraih dan menyentuh liontin itu. Seketika sebuah gelombang energi mengalir melalui tubuhnya, dan pandangan mata di sekitarnya mulai berputar. Dia merasa seolah-olah ditarik melalui pusaran, udara berdesir dengan energi dan berlangsung selama sepersekian detik.

Ketika putaran berhenti, Rowan mendapati dirinya kembali terdiam di jalan yang sudah ia kenali, tetapi sesuatu menjadi lebih normal. Udara terasa lebih ringan, warnanya lebih cerah. Dia melangkah dengan hati-hati ke depan dan menyadari bahwa dia tidak lagi terjebak dalam lingkaran. Pohon burja kuno berada di belakangnya, memudar di kejauhan saat dia berjalan.

"Sialaan, Apa-apaan ini" Ujar Rowan

Berlari kearah rumahnya, Dia mengetahui bahwa jalan yang ia tempuh sudah tidak jauh. Setelah banyak nya langkah yang dia ambil, Alangkah terkejut nya Rowan hanya mendapati sebuah sumur di titik letak rumahnya. Dengan perasaan setengah takut, Dia menoleh kikuk. Sekarang dia menyadari ladang yang ayahnya tanam tidak ada di penglihatannya, Hanya padang rumput sejauh mata memandang.

"Ayaaahh, Kakaaaak!" Dengan perasaan takut Rowan berteriak memanggil ayah dan saudaranya.

Rowan yang baru menginjak usia remaja, Hal ini membuat nya takut hingga menangis.

Akhirnya, Rowan bersandar di bawah pohon burja didekat rumahnya berada, Dia terdiam sembari melihat liontin yang dia beli dan memakan satu lagi buah tomat yang dibeli.

"Apa karena aku tidak menjadi anak baik, dan membeli barang dengan koin ayah. Seseorang tolong aku" Gumamnya.

Sambil sesekali mengambil air dari sumur.

Karena tidak tau apa yang harus diperbuat, Rowan akhirnya tertidur setelah udara seketika menjadi menyejukkan dan membuat rasa kantuknya keluar.

Mata Rowan menangkap adanya fatamorgana setelah dia bangun dari tidur panjangnya, Seperti kilauan berwarna ungu yang berputar-putar didepan tubuhnya seakan-akan meminta Rowan untuk menggapai.

Rowan yang pikirannya masih tidak sepenuhnya sadar, Mengikuti cahaya itu berjalan sampai masuk kedalam hutan yang Rowan sendiri tidak familiar dengan pemandangannya.

"HeRis Atyo Qihim Gonath"

"HeRis Atyo Qihim Gonath"

"HeRis Atyo Qihim Gonath"

Rowan mendengar bisikan-bisikan sambil melihat dari kejauhan, Yang nampak seperti altar kuno. Takut untuk melangkah, Namun jalan dibelakangnya terlihat lebih gelap dan seolah Rowan memang dibawa ke tempat nya sekarang berdiri.

Melangkah mendekati altar, Rowan merasakan getaran ajaib di sekelilingnya. Matanya tertuju pada liontin hitam yang dikantungnya, seakan-akan terhubung dengan altar di depannya. Ia segera meraih kantung celananya dan tanpa sadar, tangannya melepaskan pegangan, dan liontin itu tertarik dan melayang menuju altar dengan sendirinya.

Ketika liontin menyentuh altar, Sebuah energi meledak, Untuk sekejap mengisi hutan dengan cahaya ungu berkilauan. Rowan terdorong mundur oleh kekuatan yang tak terlihat, terpesona oleh pertunjukan magis yang terbentang di hadapannya. Di balik kilatan cahaya, dia melihat sosok wanita tua.

Perasaannya bercampur, Takut sekaligus tidak percaya. Semua yang terjadi didepan matanya hanya pernah ia dengar melalui dongeng.

"Nyonya?? Apa kau baik baik saja?"

Tanya Rowan.

Tidak merespon pertanyaan itu, Wanita tua itu berlari kearah Rowan dengan cepat. Membuat jantung Rowan berhenti berdetak karena respon tubuhnya.

"AKHAKHAKHAKHAKIKIKIK KIIIIIIKKKK"

Teriak wanita tua itu sambil tertawa kencang yang terdengar seperti gigi-gigi bertabrakan dengan tenggorokannya.