webnovel

Bersama (Part 2)

Fania dan mereka semua terlihat menuruni tangga tanpa berhenti berbicara, sesuai rencana mereka kemarin malam, hari ini mereka akan jalan untuk memberi Fania sedikit hiburan diluar sana.

Fania begitu semangat saat ini, mungkin memang sudah terlalu lama juga Fania tidak pergi keluar rumah.

Sejak sakit, Fania kerap mengurung diri di kamar, Fania telah kehilangan semangat hidupnya setelah mengetahui penyakit yang di deritanya itu.

"Kalian mau kemana ?"

Langkah mereka berhenti dengan kompak, Fania tersenyum dan menghampiri Gina disana.

Wanita itu tampaknya sudah lebih baik sekarang, wajahnya tidak terlalu menunjukan sakit lagi, dan itu membuat Fania merasa lega.

"Mau kemana ?"

"Mau jalan-jalan, mamah mau ikut ?"

"Kemana, jangan jauh-jauh"

"Enggak, cuma keliling aja, mungkin nanti mampir ke rumah mereka"

Gina mengangguk, Fania tidak pergi sendiri jadi Gina tidak perlu merasa khawatir.

Sahabat Fania pasti mampu menjaga Fania selama ada bersama mereka, dan pasti mereka akan mengantarkan Fania pulanh dengan keadaan baik-baik saja, sama seperti ketika berangkat sekarang ini.

"Andra mana, gak ikut ?"

"Andra kerja, tadi udah berangkat duluan"

"Oh pantas tidak terlihati"

"Tenang tante, biar tidak ada Andra, tapi nanti ada Farhan yang akan jaga Fania, tentunya kita juga jaga Fania"

Ucap Anggi, Gina tersenyum mendengarnya, tapi mana Farhan kenapa tidak ada diantara mereka sekarang.

"Farhannya mana ?"

"Masih sibuk urus outletnya, jadi nanti kita jemput Farhan kesana"

"Ya udah, hati-hati ya, jangan pulang malam, nanti diluar juga jangan lupa makan, kamu kalau udah sama mereka suka lupa segalanya"

Fania tersenyum, masa iya seperti itu, Fania kerap lupa waktu saja kalau sama mereka, tapi tidak pernah lupa makan karena mereka semua suka makan.

"Fania pergi dulu ya"

"Iya"

"Pergi dulu ya tante"

Ucap Anggi, mereka bergantian pamktan pada Gina, setelahnya mereka lantas pergi meninggalkan rumah itu dengan membawa Fania.

Hari ini mereka bisa seharian penuh bersama dengan Fania, semoga saja Fania memang bisa bahagia dan bisa kembali semangat menjalani hidupnya.

"Lo sama gue ya Fan"

Fania mengangguk setuju dengan ajakan Yudah, bukankah nanti mereka akan ke tempat Farhan, dan Farhan pasti akan ikut mobil Yuda.

Setelah siap, mobil-mobil itu melaju menuju tempat Farhan berada, Andra sudah menghubungi Farhan dan tentu saja Farhan setuju dengan Andra untuk menemani Fania saat ini.

Mereka asyik berbicang ditengah perjalanannya, berada di mobil berbeda tapi mereka sama-sama menikmati perjalanannya dengan senang hati.

Fania merasa tak sabar untuk bisa bertemu denga Farhan, saat ini perasaan untuk menghindari Farhan tak lagi ada.

Fania sangat ingin bertemu dengan lelaki itu, Farhan sudah sangat berusaha untuk bisa kembali dan tetap bersama, rasanya sudah cukup untuk Fania mengabaikannya.

Mobil itu berhenti di pinggir jalan, outlet Farhan memang tidak memiliki tempat parkir khusus.

Mereka keluar bersamaan, Fania tersenyum melihat Farhan yang berdiri disana, rupanya Farhan telah menantikan kedatangan mereka sekarang.

"Ayo Fan"

Fania menoleh dan mengangguk, Farhan menyambut kedatangan mereka semua, mempersilahkan mereka untuk duduk.

Hal pertama yang akan mereka lakukan adalah makan martabak, dan Farhan harus membuatkan martabahk sesuai pesanan.

"Gue kacang cokelat // Gue keju susu, susunya banyak // Gue // Gue // Gue"

Mereka menyebutkan permintaannya bergantian, Fania mengernyit melirik Farhan.

Apa mereka akan menghabiskan adonan martabak Farhan sekaligus, kenapa harus sebanyak itu, kasihan Farhan pasti merugi karena mereka tidak akan mau membayarnya, atau mungkin Farhan yang gak akan mau menerima uang mereka.

"Lo mau apa Fan ?"

"Gak ada"

Ucap Fania pelan seraya menggeleng, apa masih bisa Fania meminta, rasanya sudah tidak mungkin lagi.

"Pesan aja, kamu mau apa, gak apa-apa"

Fania kembali menggeleng, pesanan mereka sudah sangat banyak, sepertinya Fania bisa mencicipi pesanan mereka saja.

Lagi pula Fania tidak begitu suka dengan manis, jadi tidak perlu memesan sendiri.

"Buruan Han"

"Iya sabar ah, serius kamu gak pesan ?"

"Enggak, makasih nanti aku minta aja sama mereka"

Farhan mengangguk dan berlalu untuk memesankan apa yang diminta mereka pada karyawannya.

"Lo kenapa gak pesan ?"

"Lo semua gak tahu malu, parah banget, satu aja buat semua"

"Lo aja ribet, tinggal pesan doang banyak mikir"

Fania menggeleng tak lagi menjawan Raka, Fania duduk dan terdiam menantikan Farhan kembali.

"Sabar ya, lumayan lama, kan banyak"

Ucap Farhan seraya duduk di samping Fania, mereka tidak keberatan dengan itu lagian mereka juga baru datang.

"Sehat kamu ?"

"Sehat"

"Udah makan, masih minum obat ?"

"Yaa begitulah"

Farhan tersenyum dan mengusap kepala Fania, tak masalah asalkan akhirnya Fania kembali sehat.

"Mamah kamu gimana ?"

"Sehat, sudah lebih baik dari sebelumnya"

"Syukurlah"

"Lo sendiri gimnaa, nanya-nanya kabar orang lo juga belum tentu sehat"

Farhan tersenyum mendengar kalimat Wulan, Farhan baik-baik saja sesuai dengan yang meraka lihat saat ini.

Setelah lama berbincang, pesanan meraka akhirnya datang, mereka bersorang karena benar-benar datang bersamaan.

"Panas-panas mantap nih"

Ucap Raka, Yang lain setuju dengan hal itu, memang benar meski pun sedikit susah untuk mengunyahnya.

"Ah ini susunya kurang, Farhan gue kan ...."

"Ya udah ya udah tambah, Santi tambah susunya, bawa kesini aja biar dia tambah sendiri"

"Baik"

Wulan nyengir dan memilik Fania seraya menjulurkan lidahnya, Fania tersenyum dan mengusap wajah Wulan.

"Gigi lo, korban nanti"

"Kan susu, bukan cokelat"

"Sama aja manis"

"Bedalah"

Mereka menikmati hidangannya sedikit demi sedikit sambil terus berbincang, Fani juga turut mencicipinya.

Banyak hal yang mereka bicarakan, termasuk juga masa lalu mereka ketika sama-sama kuliah.

Fania tertawa mendengar dan mengingatnya, Farhan juga ikut saja meski Farhan tidak ada dalam cerita mereka.

"Lo tahu gak, Fania waktu di Kampus itu so Cantik banget, setiap cowok yang lirik dia pasti dogoain menyebalkan bukan ?"

"Gak ada ya, enak aja emang gue cewek apaan"

Fania menjitak kepala Yuda, bisa-bisanya Yuda berkata seperti itu di hadapan Farhan.

"memang benar kok, lo itu so genit, giliran digenitin balik lo kabur"

Fania tersenyum seraya melirik Farhan, apa Fania bisa merasa malu saat ini, karena itu memang benar adanya.

"Tapi lo beruntung si Han, Fania biar pun genit dulu, tapi dia gak pernah pacaran, baru lo aja yang berhasil padahal tanpa genit-genit"

"Benarkah, berarti aku hebat ?"

Fania kembali tersenyum, Anggi yang berbicara padanya tapi kenapa Farhan justru menatap Fania.

"Aku hebat kan, aku gak ada ya godain kamu, kamu udah jatuh cinta pada pandangan pertama sama aku"

Fania tak henti tersenyum dan menepuk bibir Farhan, bikin malu sekali mereka memojokan Fania sekarang.