Kedatangan Renjun kembali ke kota kelahirannya adalah suatu hadiah kecil bagi remaja itu dihari ulang tahunnya, kabar tentang kepindahan mereka atas dimutasinya sang Ayah tiri menjadi sebuah titik harapan bagi Renjun sendiri.
Bukan tanpa alasan Renjun merasa senang seperti ini, sebab kenyataannya ia merasa sangat senang bisa kembali ke kota kelahirannya dikarenakan ia bisa bertemu kembali dengan abang kandungnya yang dulu dibawa oleh Ayah kandungnya saat berita perceraian kedua orang tua mereka dikumandangkan oleh sang ibu.
Sama halnya sampai detik ini, Renjun masih memperlihatkan wajah bahagianya meskipun ia sedikit letih sehabis memberes-bereskan barang pindahan mereka kedalam sebuah rumah baru yang ada didalam komplek perumahan Mustika Perdana.
Bahkan adik perempuannya sendiri sampai terkena virus kebahagiaan Renjun, bagi keluarga kecil tersebut melihat Renjun tersenyum adalah suatu hal yang jarang apalagi sejak ibunya yang bernama Wendy memutuskan untuk memiliki keluarga baru lagi bersama Pak Chanyeol yang pada akhirnya melahirkan seorang gadis kecil bernama Sarang.
"Oppa, hari ini Sarang senang deh lihat Oppa bahagia kayak gini." ucap Polos Sarang, gadis kecil yang masih duduk dibangku SD.
Renjun hanya membelai rambut Sarang saja, tak ada kata yang dikeluarkannya selain senyuman manisnya sebelum akhirnya ia dipanggil oleh Mami Wendy .
"Bentar ya, kamu beres-beresin yang ringan aja dulu!" ucap Renjun sebelum akhirnya ia pergi menemui Mami Wendy diruang tamu.
Disana, ia melihat Mami Wendy yang sedang berdiri disamping Papi Chanyeol dengan memegang sebuah browser ditangannya.
"Ada apa, mami?" tanya Renjun , tetapi matanya merass enggan membalas tatapan hangat yang diberikan oleh Papi Chanyeol.
Sepertinya sampai detik ini, ia masih belum bisa menerima keberadaan Papi Chanyeol didalam hidupnya seakan-akan ia tak ingin posisi Papi kandungnya digantikan oleh Chanyeol.
"Ini browser sekolah, coba kamu lihat-lihat dulu deh soalnya sekolah ini rekomendasi dari temannya mama dan katanya SMA Historical internasional ini adalah sekolah terbaik disini."
"Yaudah kalau gitu sekolah itu aja, aku setuju kok." ucap Renjun yang merasa enggan meraih browser tersebut, sebab memang alasannya kembali kesini hanyalah ingin bertemu kembali dengan Ayah dan Hyungnya bukan malah mengurusi hal-hal seperti ini.
"Kalau gitu besok kita langsung kesana ya, njun! Sekalian mendaftarin kamu dan melihat-lihat bangunan gedung sekolah itu." ucap Papi Chanyeol yang begitu hangat, tetapi langsung ditolak mentah-mentah oleh Renjun semua kehangatan itu.
"Aku pergi sama mami aja! Kalau mami gak bisa , yaudah gak usah sekolah."
"Kamu kok ngomong gitu sih sama Papi , njun." tegur lembut Mami Wendy.
"Kalau mami nemanin kamu, nanti Sarang gimana? Emangnya kamu gak mau ngalah sama Sarang?"
Renjun cukup lama terdiam, kalau dipikir-pikir omongan Mami Wendy barusan ada benarnya juga sih soalnya sarang kan juga besok harus mencari sekolah yang tepat untuk Sarang.
"Oke deh , terserah kalian aja besok aku bisa kok sama siapa aja termasuk juga sama Om Chanyeol." ucapnya yang agak kesal, apalagi memang wataknya yang muda emosional dengan ekspresi menggemaskan yang terkadang sulit membuat orang lain ikut kesal padanya.
"Begitu dong Renjun, kamu memang anak kesayangan mami deh." Mami wendy tampak senang atas keputusan Renjun kali ini, tampak diwajahnya ia sangatlah menyayangi putranya tersebut melebihi apapun didunia ini dan baginya kalau kepindahan ini mungkin saja bisa membuka jalan bagi Renjun untuk menerima keberadaan Chanyeol sebagai ayahnya sendiri.
Sama halnya dengan Chanyeol, setelah sekian lama ia berusaha untuk bisa mengambil hati Renjun tetapi tetap saja ia selalu gagal. Namun hal tersebut tidaklah membuatnya menyerah karena ia yakin suatu hari nanti ia bisa menjadi seorang Ayah yang terbaik dihidup Renjun.
"Yaudah kalau gitu aku bantuin Sarang dulu dikamarnya." ucap Renjun yang langsung pergi begitu saja.
Dan begitu sampai didalam kamar, ia melihat Sarang sedang membuka sebuah kardus yang sepertinya tertukar karena saat melihat isinya membuat Renjun tersadar kalau didalam kardus itu adalah barang miliknya bukanlah milik Sarang.
Disana, Sarang sedang memegang sebuah bingkai foto yang tampak asing baginya dan tak berpikir panjang ia langsung menanyakan hal itu kepada Oppanya.
"Ini foto siapa, Oppa?"
Renjun duduk disebelah Sarang, lalu meraih foto itu kembali dari tangan Sarang seraya menunjuk kedua orang yang menjadi peran utama dalam foto tersebut.
"Ini adalah Oppa waktu kecil, imutkan?" tanya Renjun yang memang takkan bisa marah kalau berhadapan dengan adik perempuannya itu.
"Iya, mirip sama sarang wajahnya Oppa waktu kecil." Sarang terlihat kegirangan, lalu ia menunjuk orang asing lainnya difoto itu.
"Kalau yang ini?"
"Ini foto Winwin hyung."
"Orang yang selalu Oppa rindukan?"
"Maksudnya?" tanya Renjun penasaran.
"Iya, soalnya setiapkali Oppa sakit demam biasanya Oppa selalu mengigau nama Winwin Oppa sampai mami jadi sedih dengarnya." beritahu Sarang dengan polosnya, Renjun pun langsung meletakkan kembali foto itu kedalam kardus dengan cepat.
"Oppa mau ambil dulu kardus kamu dari kamarnya Oppa, bentar ya!" ucapnya yang langsung buru-buru mengangkat kardus miliknya dari kamar Sarang, ia tak mau lagi mendengar kesedihan mami wendy yang menangisi Winwin Hyung yang terasa menyesakkan baginya karena kenyataannya yang terluka saat ini adalah dirinya bukanlah sang mami.
Anak manapun pastilah kecewa saat menerima berita perpisahan kedua orangtuanya, karena berasal dari keluarga broken home sangatlah menyiksa batin siapapun termasuk juga Renjun yang kala itu masih terlalu kecil menerima kenyataan tersebut.