webnovel

TIDAK MENGENAL

Waktu masih menunjukkan pukul 8 pagi, tetapi keluarga Park sudah terlihat rapi saja yang mana malahan kali ini mereka sedang menikmati sarapan pagi dengan nasi goreng spesial buatan Mami Wendy.

Sepertinya hal ini sudah menjadi kebiasaan yang wajar bagi keluarga kecil tersebut dan menjadu sebuah kebiasaan yang mendarah daging, apalagi memang kedua pasangan suami-istri itu adalah seorang pasangan karir yang mana pastinya selalu mengajarkan kehidupan displin kepada kedua anaknya.

Dan seperti biasanya, saranglah yang selalu menghidupkan suasana didalam keluarga tersebut sama halnya dengan nama yang dimiliki olehnya saat ini dimana ia menjadi seorang gadis kecil yang menjadi sumber kebahagiaan dan cinta keluarganya.

Tetapi suasana menyenangkan keluarga itu harus terhenti tatakala Renjun membuka bibirnya seakan-akan ia tidak terlalu berminat untuk menerima kebahagiaan ini.

"Kapan kita berangkat? Aku sudah siap makan, om." ucap Renjun.

Chanyeol langsung tersadar saat itu juga, ia segera melirik kearah jam tangan sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Renjun.

"Kayaknya sekarang kita sudah bisa berangkat kok njun, yaudah kalau gitu-" belum sempat Chanyeol menyudahi perkataannya, mendadak Renjun bangkit dari kursi.

"Ayo berangkat!" ajaknya tanpa perduli tatapan peringatan dari Mami Wendy, padahal sudah berulangkali Mami Wendy meminta Renjun untuk sopan kepada ayah tirinya itu tetapi tetap saja tidak dipedulikan oleh Renjun .

Malahan ia langsung berjalan keluar rumah dan meninggalkan Papi Chanyeol yang masih tertinggal diruang makan.

Chanyeol cuman bisa tersenyum pahit saja, ia tak mempunyai alasan untuk membenci anaknya itu karena mau bagaimanapun ini sudah menjadi resiko konsekuensi yang harus diterimanya dan ia tidak menyesali semua yang telah terjadi sampai detik ini termasuk saat ia menikahi Wanita yang bernama Wendy itu walaupun saat itu status wanita itu adalah seorang single parent berbeda dengan Chanyeol yang masih berstatus lajang.

Chanyeol mengecup kening kedua wanita yang sangat dicintainya itu, ia membiarkan tangannya disalami oleh Sarang lalu ia mengalihkan seluruh perhatiannya pada Wendy yang ada dihadapannya saat ini.

"Maaf ya soal Renjun."

"Gak apa-apa kok, walau bagaimanapun ia tetap putra yang paling kusayangi sama seperti aku yang selalu menyayangimu." ucap Chanyeol yang langsung mengelus rambut hitam Wendy yang tampak indah sebelum akhirnya ia pergi dari sana untuk menyusul Renjun yang sudah lebih dulu didalam mobil.

Singkat cerita perjalanan menuju sekolah tersebut tidaklah terlalu macet sehingga mereka tidak perlu menghabiskan terlalu banyak waktu dalma perjalanan serta mereka juga tidak perlu berlama-lama berlarut dalam kecanggungan selama dalam perjalanan.

Begitu mobil Chanyeol terparkir di halaman sekolah khusu kendaraan roda empat, Renjun langsung melangkahi kaki untuk turun duluan yang disusul oleh Chanyeol.

Keduanya juga berjalan seperti tidak saling kenal saja, tak ada satu buktipun yang bisa meyakinkan siapapun kalau keduanya adalah Ayah dan anak karena memang pada dasarnya Renjun yang kerap selalu menjaga jarak dari Chanyeol.

Untung saja proses pendaftaran diruang kepala sekolah berjalan lancar tanpa kendala, malah sepertinya Chanyeol tampak aktif berbicara banyak hal dengan sang kepala sekolah selama menunggu beberapa prosedur yang harus dipatuhi saat pendaftaran.

Berbeda dengan Renjun yang mulai merasa bosan, apalagi waktu telah menunjukkan pukul 11 siang dan Suara kebisingan diluar ruangan kepala sekolah semakin mencuri perhatian Renjun.

"Masih lama gak, om?" tanyanya.

"Sebentar lagi siap, kenapa njun?"

"Aku nunggu diluar ya, bosan disini!" keluhnya yang membuat Pak kepala sekolah cuman bisa tersenyum geli saja, ia seperti bisa memahami perasaan bosan yang selalu menyerang remaja seusia Renjun.

" Nak Renjun bisa kok keliling-keliling gedung sekolah dulu selagi bapak dan pak Chanyeol ngurusin berkas kamu." ucap Kepala sekolah yang juga tidak terlalu perduli akan status hubungan Renjun dan Chanyeol, meskipun ia sempat mendengarkan kalau tadi Renjun memanggil ayahnya dengan sebutan Om.

Renjun hanya mengangguk saja dan berjalan keluar dengan kaki yang ringan, ia seperti seseorang yang baru saja bebas dari tumpukan stress yang tadi membelenggunya dan begitu ia melangkahkan kaki keluar ruangan rasanya terik matahari mulai memantul kewajahnya yang sangat tampan.

Beberapa siswa tampak menatap asing kepadanya, walaupun sebagian lagi tidak terlalu memperdulikan kehadirannya.

Tetapi status Renjun yang menjadi anak baru tidaklah membuatnya merasa malu sama sekali, ia malah penuh percaya diri menghabiskan waktu mengelilingi sekolah tersebut.

Hingga kedua matanya tertuju pada kerumunan orang-orang yang memenuhi lapangan outdoor basket, ia langsung mendekati kerumunan tersebut karena rasa ingin tahunya yang besar meski sebenarnya ia sudah bisa menebak kalau itu hanyalah kerumunan para anggota basket yang sedang latihan.

Tetapi menikmati tontonan olahraga rasanya cukup lebih menyenangkan daripada berjalan-jalan tak jelas seperti saat ini, jadi ia langsung saja berjalan mendekati kerumunan itu sampai akhirnya kakinya terpaku diantara para kerumunan tersebut.

Diantara salah satu anggota basket yang sedang latihan tanding, ia bisa melihat jelas seorang siswa yang tampak tidak asing sama sekali.

"Hyung?" gumam Renjun yang sedikit meragu, ia langsung berjalan melewati kerumunan tersebut sampai keberadaannya sudah berada didepan kerumunan dan siapapun pemain basket pasti akan menyadari keberadaannya saat itu.

Rasanya cukup aneh bila melihat ada seorang cowok asing yang menonton permainan basket anak lelaki, sebab jika dipikir-pikir hampir keseluruhan kerumunan itu adalah para perempuan yang tidak berhenti meneriakkan nama winwin dan beberapa anggota basket lainnya.

Dan anehnya seakan takdir seperti ingin mempertemukan kedua saudara itu, entah bagaimana bola basket tersebut terpental kearah Renjun sampai membuat Renjun secara spontan menangkap bola tersebut .

Winwin yang memang kebetulan berada didekat sana langsung mengambil kembali bola tersebut dari tangan Renjun, tetapi sikapnya tudak seperti yang dibayangkan oleh Renjun dimana ia malah bersikap seolah-olah memang tidak mengenali Renjun dan berjalan pergi begitu saja tanpa mengucapkan terimakasih kepada adiknya itu.

Renjun yang masih terpaku bingung cuman bisa membiarkannya saja , ia berusaha untuk tetap berpikiran positif tentang hyungnya itu karena mungkin bisa saja winwin tidak terlalu fokus mengenali dirinya karena tengah sibuk bermain basket.

Namun setelah sekian lama Renjun menunggu disana, bahkan sampai bel istirahat telah usai dan beberapa siswi meninggalkan lapangan yang kini hanya menyisakan winwin dan beberapa teman kelasnya yang memang sedang mata pelajaran olahraga saja , namun tetap saja Winwin masih bersikap seolah-olah tidak mengenal Renjun sampai membuat Renjun kesal.

Dengan kesalnya Renjun langsung berlari mendekati Winwin yang saat itu sedang memegang bola basket dan berdiri dihadapan cowok itu, ia memberikan tatapan marah pada Winwin yang hanya memperlihatkan ekspresi datar saja.

Kini semua perhatian mulai berfokus pada kedua saudara itu, bahkan permainan basket itu langsung terhenti dalam sekejap dimana Winwin secara sadar melemparkan bola basket yang digenggamnya secara asal.

Winwin membalas tatapan Renjun dengan ekspresi yang sama sekali sulit dipahami oleh Renjun, tetapi yang jelas tak ada satu katapun yang keluar dari bibirnya.

"Berhenti berpura-pura tidak mengenalku, Winwin hyung!" tukas Renjun yang sudah sangat kesal dengan setengah berteriak, ia bahkan tidak perduli sedang berada didepan umum tetapi kebiasaannya yang memang suka berteriak menjadi ciri khasnya sejak kecil.

"Aku tidak mengenalmu, jadi tolong jangan sok akrab." ucap Winwin seolah-olah memang ia tidak mempunyai ingatan apapun tentang adiknya itu.

"Kau telah merusak kegiatan olahraga kami, harusnya kau punya sopan santun orang asing." Sambung Winwin yang langsung berbalik badan dan berbicara dengan rekan-rekannya yang lain.

Winwin benar-benar membiarkan Renjun terpaku sendirian dilapangan itu, apalagi kebetulan saja guru olahraga mereka sedang sakit jadi mereka terlihat bebas beraktivitas hari ini, tetapi olahraga tersebut sudah berhenti sejak beberapa detik yang lalu dan membuat semua siswa berjalan berhamburan menuju kantin untuk melepaskan dahaga setelah berolahraga tadi.

Hanya Renjun sendirianlah yang kini berada di lapangan basket, sepertinya ia masih mencoba menerka-nerka alasan winwin bersikap seperti itu padanya sebab seingat dia kalau dulu Winwin adalah seseorang berhati lembut yang sangatlah penyayang.

Namun perkataan Winwin tadi benar-benar menusuk hatinya, secercah harapan yang sejak dulu di simpannya dengan hati-hati kini mulai terkelupas oleh sebuah kata yang terlontar dari bibir Winwin.

Kini ia mulai ragu apakah memang winwin tidak mengingatnya atau hanya berpura-pura melupakannya saja, namun apapun alasan tersebut rasanya tidak menjadi pembelaan atas sikap Winwin yang benar-benar berubah dari sebelumnya seakan-akan winwin telah melupakan janjinya kepada Renjun.

Renjun ingat kalau winwin berjanji akan selalu bersikap lembut pada Renjun , bahkan sebelum hari perpisahan mereka juga Winwin sempat berjanji akan menjadi orang yang pertamakali mengenali Renjun bila mereka berjumpa kembali tetapi hari ini semua itu terasa seperti sebuah ilusi yang menyesakkan hati saja.

Beruntung saja Papi Chanyeol langsung menghampiri Renjun , kalau tidak bisa-bisa Renjun berdiri seharian disana sembari meratapi sikap Winwin barusan.

"Njun baik-baik aja kan?" tanya Papi Chanyeol, ia sebenarnya ingin merangkul anak tirinya itu tetapi segera ia urungkan karena tidak mau membuat Renjun merasa tidak nyaman.

"Ayo pulang, om!"

Sebuah kalimat yang hanya bisa dilontarkan oleh Renjun saat ini, ia langsung berjalan kearah parkiran dengan kepala yang tetap menunduk.

Rasanya semua kepercayaan diri dan harapannya telah menghilang diantara desiram angin yang kebetulan melewati setiap langkahnya.

Chanyeol cuman bisa mengikuti setiap langkah kaki Renjun dari belakang, ia juga tidak berniat mendahului Renjun yang tampak berjalan lebih lambat kali ini padahal biasanya Chanyeol sedikit kerepotan melihat langkah Renjun yang selalu berjalan buru-buru.