webnovel

Perlakuan Istimewa Untuk sang Nona

Setelah ukuran tubuh Arabella di ukur, Madam Lilis memerintahkan para pekerjanya untuk mengeluarkan banyak koleksi khusus. Bahkan ada beberapa gaun yang merupakan koleksi terbatas.

Arabella dan Orchidia dibawa ke ruang khusus tamu VVIP, bukan sekadar VIP. Jamuan teh, camilan, kue kering, dan sofa yang empuk memanjakan Arabella dan Orchidia.

Seorang pria yang sebelumnya mengaku sebagai perwakilan dari Grand Duke meminta izin untuk bertemu Arabella, akhirnya masuk ke ruangan khusus itu.

" Selamat siang, Nona Arabella. Saya Felix Conlander, putra kedua dari Marquess Conlander. Saya di sini sebagai perwakilan dari Grand Duke Malven, untuk menemani dan membantu Anda bersiap-siap " ujar pria itu memperkenalkan diri.

Julian dipanggil Grand Duke Malven karena ia menerima gelar Grand Duke sebagai keluarga kerajaan yang nama keluarganya Malven. Sedangkan Kingston—nama belakang Julian, itu berasal dari keluarganya. Jadi, sejak menyandang gelar Grand Duke, Julian dipanggil sebagai Grand Duke Malven atas perintah Baginda Raja.

" Pesan dari Grand Duke adalah, semua gaun dengan ukuran Nona Arabella akan dibayar oleh Grand Duke dan di antar ke kediaman Anda. Setelah urusan gaun, Anda bisa lanjut ke sepatu, perhiasan, lalu aksesoris. Grand Duke bilang, jangan menolak. Karena menolak pun percuma, Grand Duke akan tetap mengirimkan semuanya sebagai hadiah " terang pria bernama Felix.

Arabella menghela nafas, belum apa-apa saja dia sudah lelah. Grand Duke Malven yang dijuluki iblis haus darah itu merepotkan dan pemaksa, menurut Arabella dari sekilas penjelasan Felix.

" Hadiah? " Arabella mendongak menatap Felix yang berdiri tegap di depannya, " Grand Duke Malven mengundang saya ke kediamannya, dan menghadiahi saya sebanyak itu? Kalau hanya beberapa helai gaun, mungkin masih bisa dimengerti. Tapi, kalau sampai gaun yang puluhan helai, sepatu, perhatian, dan aksesoris, rasanya itu sudah tidak wajar, Tuan Felix " tutur Arabella datar.

Felix yang merupakan orang kepercayaan Julian hampir saja menaikkan sebelah alisnya, balasan Arabella di luar dugaan. Biasanya—setau Felix, para wanita bangsawan pasti akan kegirangan dan justru berbelanja dengan membabi buta jika ada kesempatan seperti yang Arabella dapatkan.

Memangnya, kapan lagi bisa belanja sepuasnya dan dibayari oleh Grand Duke Malven? Si pria tampan, kaya, dan berkedudukan tinggi. Para Nona bangsawan yang belum menikah pun berbondong-bondong mengantri untuk menjadi kekasih sang Grand Duke.

" Mungkin bagi Anda ini berlebihan atau tidak wajar, Nona. Tapi mohon diterima, karena Grand Duke bukanlah orang yang suka pemberiannya ditolak " tegas Felix. Ia memang sengaja menegaskan bahwa Julian, Tuan yang ia layani bukanlah orang yang bisa diabaikan begitu saja oleh Arabella.

" Baiklah kalau begitu, " putus Arabella akhirnya.

Orchidia yang sejak tadi memperhatikan interaksi Arabella dengan Felix diam-diam menghela nafas lega, untuk sesaat tadi ia merasa muncul percikan api dari mata Arabella dan Felix. Seperti lawan yang seimbang.

" Terima kasih karena sudah mengerti, Nona " ucap Felix sambil sedikit menundukkan kepalanya. Meski gelar mereka setara, Felix tetap harus menghormati Arabella yang merupakan tamu undangan Julian.

Berbagai macam dan warna gaun ukuran Arabella di angkut ke kereta kuda khusus yang disiapkan oleh Felix untuk mengangkut barang-barang Arabella. Sebentar lagi, mereka akan berpindah ke toko sepatu.

" Bolehkah saya bertanya, Tuan Felix?" lontar Arabella.

Felix mengangguk, " tentu saja boleh, Nona. "

" Apa warna yang Grand Duke sukai? Lalu, apa warna mata beliau?" tanya Arabella. Ia berniat membeli hadiah kecil untuk Grand Duke.

Pertanyaan Arabella menimbulkan perasaan bertanya-tanya dalam hati Felix, namun demi kesopanan ia pun menahan diri untuk tidak bertanya kembali.

" Warna yang Grand Duke sukai, hitam dan merah darah. Warna mata beliau, merah darah juga " jawab Felix.

Merah darah, warna yang Julian sukai. Pria itu adalah orang gila yang menikmati keadaan saat sekelilingnya dinodai oleh darah. Itu sebabnya, Julian selalu terjun ke medan perang. Dan sebutan iblis haus darah untuk Julian juga berasal dari sana.

" Oh, baiklah. Terima kasih atas informasinya, Tuan Felix. "

Urusan di Butik Madam Lilis selesai, Arabella dan Orchidia dipandu oleh Felix menuju toko selanjutnya. Dan terus berlanjut sampai ke toko-toko selanjutnya. Penolakan Arabella sia-sia, tak ada satupun protesan atau penolakannya yang dihiraukan oleh Felix. Sampai akhirnya semua urusan Arabella selesai. Hari juga sudah mulai sore.

" Ada lagi yang Anda butuhkan, Nona Arabella? Jika ada, jangan sungkan untuk memberitahu saya. Grand Duke sudah berpesan bahwa semua kebutuhan Nona akan kami persiapkan " ujar Felix.

Arabella menatap tajam Felix, mata abu-abunya menghipnotis Felix hingga pria itu terdiam.

" Sampaikan terima kasih dari saya untuk Grand Duke, dan saya juga akan mengatakannya langsung besok. Saya akan memberikan sesuatu pada Grand Duke nanti, " tutur Arabella tanpa ragu.

' Menarik, aku jadi penasaran hadiah apa yang akan diberikan oleh wanita ini pada Tuanku. Dia tampak percaya diri. Tapi, yah.. siapa yang tau jika itu hanya caranya agar terlihat menarik? Banyak juga wanita yang mencoba berbagai macam cara untuk menarik perhatian Tuanku ' pikir Felix.

" Baik, Nona. Akan saya sampaikan sesuai pesan Anda " jawab Felix dengan senyum profesional.

" Ya. Terima kasih, Tuan Felix. Dan terima kasih juga untuk kerja keras Anda hari ini, " lontar Arabella yang membalas senyuman Felix dengan senyum paling manis yang ia bisa.

DEG DEG DEG

Seiring terbitnya senyum Arabella, jantung Felix mendadak berdetak kencang.

' Bahaya. Ternyata benar, rumor itu. Nona Arabella adalah Nona yang bisa menjadi bunga sosialita, dengan wajah dan sikap yang seperti ini ' batin Felix yang mau tak mau akhirnya mengakui kecantikan Arabella.

" Senang bisa membantu Anda hari ini, Nona Arabella. Sampai bertemu besok, kereta kuda keluarga Grand Duke Malven akan dikirimkan untuk Anda. Apakah saya bisa mengantar kalian berdua kembali ke rumah?" tanya Felix sambil melirik Orchidia.

" Tidak. Sudah ada kereta kuda dari rumah yang menunggu kami. Terima kasih atas tawaran Anda, Tuan Felix " tolak Arabella halus.

Untuk pertama kalinya dalam menghadapi Nona bangsawan, Felix merasa sedikit frustasi. Tidak pernah ada Nona yang menolak tawaran Felix yang merupakan perwakilan dari Grand Duke Malven. Apalagi, cara Arabella menolak sangat sopan.

' Akan ku lihat, sampai mana sifat unik Anda ini, Nona " batin Felix yang masih tetap sulit percaya bahwa Arabella itu seorang Nona bangsawan yang sesempurna ini.

Felix berdeham pelan, tak lupa menutupinya dengan tangan yang berbalut sarung tangan. Ia akan membiasakan diri untuk ditolak seperti ini oleh Arabella, " baiklah, Nona. Kalau begitu, saya undur diri " pamit Felix.

Mereka yang sejak tadi di depan pinggir jalan ibu kota cukup menjadi pusat perhatian, apalagi rupa Arabella dan rambutnya yang sangat tidak biasa. Banyak bisik-bisik penuh kekaguman dan penasaran dari orang di sekitar mereka tentang sosok Arabella.

Setelah Felix pergi, sikap tegas Arabella luruh. Helaan nafas lelah terdengar dari bibir tipisnya, membuat Orchid tertawa lembut.

" Melelahkan sekali, Bu. Apalagi, pria itu sejak awal terlihat ingin menilaiku " gerutu Arabella.

" Kita bicarakan di dalam saja, sayang. Bisa saja masih ada mata-mata yang ia tinggalkan di sini. Ayo, " ajak Orchidia.

Chapitre suivant