webnovel

Harus Panggil Nona

Selama di kereta kuda perjalanan kembali menuju kediaman Marquess Falzen, Arabella dan Orchidia terus membahas tentang Felix yang terlihat mengamati semua tindak tanduk Arabella selama pertemuan mereka. Arabella juga mengungkapkan rasa penasarannya pada sosok Grand Duke itu, karena bawahannya saja sudah menyebalkan, apalagi Tuannya kan?

Ketika kereta kuda yang Arabella tumpangi tiba di rumah, hari sudah hampir gelap. Terlihat Vivaldi, para pelayan, dan barisan kesatria yang menyambut kepulangan mereka.

" Arabella, aku dengar dari beberapa bawahan, katanya Felix Conlander yang merupakan asisten kepercayaan Grand Duke menemuimu? Bahkan semua belanjaanmu ditagih ke ke Diaman Grand Duke, benarkah begitu?" lontar Vivaldi ketika Arabella dan Orchidia sudah turun dari kereta kuda.

Arabella menggertakkan giginya, ia bahkan baru tiba. Dan, Vivaldi si pria serakah itu sudah memberondongnya dengan berbagai pertanyaan mengenai Grand Duke.

' Gila, aku bahkan baru tiba di rumah sekarang. Tapi gosipnya menyebar lebih cepat dari kepulanganku?' pikir Arabella.

Kekuatan gosip yang menyebar di ibu kota memang bukan main, melebihi kecepatan si tokoh utama kejadian tiba di rumahnya sendiri, malah gosipnya yang sudah lebih dulu terdengar.

" Benar, Ayah. Tuan Felix Conlander menemui saya sebagai perwakilan dari Grand Duke Malven dan membayari semua belanjaan saya atas nama Grand Duke karena beliau ingin persiapan saya ke kediamannya besok dibayari sebagai hadiah " jawab Arabella menjelaskan sesuai yang terjadi.

" Tapi, kenapa hal itu sudah bisa Ayah ketahui? Saya bahkan baru tiba di rumah, tapi rumor tampaknya menyebar lebih cepat dari pada kecepatan saya sampai ke rumah " lanjut Arabella dengan ekspresi yang cukup bingung.

Vivaldi terkekeh, " kebetulan ada salah satu istri temanku di Butik Madam Lilis, jadi setelah melihat secara langsung Felix Conlander mendatangi dan membayari belanjaanmu, ia menyebarkannya pada banyak orang. Termasuk aku, " terang Vivaldi. Hatinya amat sangat senang karena rumor Arabella yang diperlakukan secara istimewa oleh Grand Duke Malven. Hal itu membuat Vivaldi dipuji-puji oleh teman-teman bangsawannya, dan menutup kejadian kemarin dimana ia dijadikan lelucon karena memakai dua Bros permata secara bersamaan.

' Tindakan Rose yang membuatku malu ditutupi dengan mudah oleh rumor Arabella, tidak sia-sia aku memberikannya uang tambahan yang cukup banyak hari ini untuk berbelanja ' batin Vivaldi senang.

" Oh, begitu " jawab Arabella sambil lalu.

Saat ini mereka sedang berdiri di pintu depan kediaman Falzen, hanya karena Vivaldi yang penasaran tentang hal itu. Arabella merapatkan bibirnya untuk menahan diri agar tidak memaki Vivaldi yang kini terlihat sangat serakah, Arabella sudah bisa menebak apa yang tengah ayahnya itu pikirkan saat ini. Pasti tentang Arabella yang bisa membuat derajatnya semakin tinggi, intinya Arabella akan dimanfaatkan agar Vivaldi semakin dihargai oleh bangsawan lain. Yah, tidak sulit untuk menebak isi kepala pria serakah, jahat, dan berotak kosong seperti Vivaldi.

" Ah, aku menahan kalian terlalu lama di luar ya. Padahal kamu pasti lelah sehabis berbelanja di luar seharian, " ujar Vivaldi sambil mengajak masuk Arabella dan Orchidia. Para pelayan dan kesatria pun masuk mengikuti majikannya.

Di ruang tamu, terlihat Rose dan anak-anaknya yang sudah duduk dengan tampang sinis ketika Arabella masuk.

' Arabella, gadis sok hebat itu pasti senang karena rumor tentangnya menyebar secepat ini. Bahkan ia banyak dipuji-puji oleh orang karena kecantikan dan keanggunannya, ' batin Rose kesal.

' Lihat itu, tampang sombongnya membuat gadis sialan itu terlihat semakin jelek. Dasar orang-orang buta! Kalian melihatnya dari mana sampai bisa menyebut dirinya cantik seperti malaikat? Padahal dia tampak seperti gadis murahan ' gerutu Riana dalam hati.

Arabella merapatkan bibirnya, dari wajah tak suka Rose dan tiga putrinya itu saja ia sudah bisa membaca apa yang tengah mereka pikirkan saat ini. Apalagi? Kalau bukan caci maki. Mereka berempat, ibu dan anak itu pasti sangat kesal karena Arabella menjadi terkenal, bahkan sampai Vivaldi terus memujinya sejak tiba tadi.

Vivaldi terus berceloteh tentang semua pujian yang dilayangkan teman-temannya para kepala keluarga dan para Marchioness yang melihat Arabella secara langsung tadi. Vivaldi juga mengatakan bahwa banyak rakyat biasa yang terpesona dan terus menjadikan Arabella topik perbincangan. Dampak Arabella sebesar itu, padahal hanya keluar beberapa jam saja.

Tak hanya Arabella, Orchidia juga dipuji oleh Vivaldi karena menemani Arabella hari ini. Katanya, Orchidia bahkan digadang-gadang sebagai ibu yang sangat cocok untuk Arabella. Balasan yang diberikan Orchidia pun sesuai dugaan Arabella, wanita cantik yang sudah ia anggap seperti ibunya itu hanya membalas seperlunya dan tidak memanfaatkan Arabella untuk membuat Vivaldi semakin menyukainya.

" Ayah! Kenapa Ayah terus memuji Arabella, sih? Kami juga bisa membuat orang-orang membicarakan kami dan membuat Ayah bangga, makanya izinkan kami keluar dan mengenalkan diri sebagai anak dari Marquess Falzen!" sela Welia dengan nada tak senang. Telinganya sudah muak mendengar segala pujian yang Vivaldi berikan untuk Arabella. Welia juga ingin dipuji.

Vivaldi mendelik ke arah Welia, sementara Rose dan Riana merutuki tindakan Welia di dalam hati. Harusnya mereka semua diam saja, meributkan hal ini pada Vivaldi hanya akan membuat pria itu membenci mereka. Apalagi, Welia memanggil Arabella dengan nama secara langsung, bukan dengan embel-embel kakak ataupun Nona. Padahal Vivaldi sudah mewanti-wanti mereka semua agar menghormati Arabella.

" DIAM!" bentak Vivaldi.

Wajah Arabella tetap santai dan tanpa ekspresi, meski dalam hatinya ia bersorak senang. Welia tetaplah Welia, mau itu di kehidupan yang lalu ataupun sekarang. Putri kedua Rose itu memang yang paling terang-terangan menunjukkan rasa irinya pada Arabella dan sering ceroboh karena tak mampu menahan diri di depan Vivaldi.

' Kamu hanya mencari masalah untuk dirimu sendiri, Welia ' batin Arabella.

Siku Arabella menyenggol lengan Orchidia sekilas, pertanda mereka akan menonton drama baru lagi. Dan, Orchidia paham itu. Sebelum tiba di mansion ini, Arabella sudah mengajarkannya beberapa kode agar mereka bisa memahami satu sama lain meski dalam situasi yang tidak memungkinkan untuk berbicara.

' Mari kita lihat, drama apa yang dimaksud oleh putri cantikku ' pikir Orchidia. Setiap detik yang ia lalui, semakin besar juga rasa sayangnya pada Arabella. Aneh, Orchidia bukanlah tipe orang yang mudah menyayangi orang lain selain keluarga dalam waktu secepat ini. Namun Orchidia kini paham, ia semudah ini menyayangi Arabella karena gadis itu juga menyayanginya.

" Aku memuji Arabella karena dia memang lantas untuk itu, lalu kamu pikir meski kalian keluar dan mengenalkan diri sebagai anak dariku bisa membuatku bangga? Menurutku, justru aku yang akan diolok-olok oleh orang karena memiliki anak dari selir yang bekerja sebagai wanita penghibur! Cukup, Welia. Jangan membuatku semakin marah. Dan perhatikan sopan santunmu, berani-beraninya kamu memanggil nama Arabella secara langsung?" geram Vivaldi. Ia tak suka dengan Welia yang merusak suasana.

" Bahkan untuk memanggil Arabella sebagai kakak pun sebenarnya kalian tidak pantas! Sudah dibiarkan memanggil Kakak malah kamu kurang ajar. Mulai sekarang, kalian semua, selain aku harus memanggil Arabella dengan sebutan Nona. Riana, Welia dan Yolanda, kalian tidak boleh memanggilnya kakak ataupun adik. HARUS NONA, PAHAM?!" hardik Vivaldi menekan anak-anak Rose.

Welia menunduk, Yolanda pun sama. Sementara Riana, ia semakin ingin menjambak rambut adiknya itu agar berhenti membuat ulah di saat situasi mereka seperti ini.

" Jawab, anak-anak bodoh! Jangan beraninya berteriak di saat iri pada Arabella!" bentak Vivaldi.

" Paham, Ayah " cicit Welia, Yolanda, dan Riana bersamaan. Kalau masih tidak menjawab Vivaldi, cari mati namanya.

Vivaldi tampak masih marah, putri-putri Rose membuat suasana hatinya memburuk.

" Ayah, saya ingin memberitahu Ayah sesuatu nanti malam. Bisakah kita berbicara bertiga saat makan malam?" lontar Arabella dengan nada lembut.

" Bertiga?" ulang Vivaldi.

Arabella mengangguk, " Ayah, saya, dan Selir Orchidia " jawabnya.

" Baiklah. Datanglah ke ruang kerjaku sehabis makan malam, putriku " ujar Vivaldi yang mendadak emosinya meredup.

' Arabella dan Arina itu mirip, mereka selalu berhasil membuat amarahku reda ' batin Vivaldi.

" Terima kasih, Ayah. " Arabella tersenyum, bukan karena benar-benar berterima kasih pada Vivaldi melainkan karena tidak sabar ingin menampilkan drama selanjutnya untuk Vivaldi, didukung oleh Orchidia.

Chapitre suivant