webnovel

Berbagai Serangan untuk Lionel

Dengan cepat Lionel menolong Ayumi yang tersungkur itu.

"Cumi," panggil Lionel, dengan perlahan ia membantu Ayumi untuk berdiri.

"Aw," ucap Ayumi.

Ayumi mulai melirik sikutnya yang berdarah akibat tersungkur barusan.

"Makanya cumi, kalau lagi berantem itu fokus bukan bengong sana sini," ucap Lionel mulai memarahi bodyguardnya itu.

"Iya, maaf pak," sahut Ayumi sembari terus melirik sikutnya.

Tiba mobil polisi berada di depan mobil Lionel, dan tak lama mereka keluar dari mobil.

"Ada apa berhenti di jalan pak?" tanya polisi itu.

Ayumi langsung menyembunyikan sikutnya yang berdarah itu, ia tahu pasti Lionel tak mau mempermasalahkan kejadian ini.

"Ini pak, saya kira ban saya kempes karena rasanya tak enak sekali jadi saya turun buat cek. Ternyata tak ada yang kempes," jawab Lionel.

"Cuma itu?" tanya polisi itu.

"Iya cuma itu pak," jawab Lionel dengan cepat.

"Baik kalau cuma itu, bila lajukan mobilnya kembali karena ini bukan area parkir," ucap Polisi itu.

"Baik pak," sahut Lionel.

Lionel dan Ayumi mulai masuk ke dalam mobil, kali ini Lionel yang mengambil alih kemudi.

Dengan cepat Lionel melajukan mobilnya dengan kecepatan rendah, setelah beberapa ratus meter Lionel baru teringat bahwa Tasya sedari tadi terus menutup matanya.

"Tasya," panggil Lionel.

"Iya Om," sahut Tasya sembari terus menutup kedua matanya.

Lionel mulai melirik ke belakang.

"Hey, sudah-sudah. Buka mata mu," ucap Lionel.

Tasya langsung membuka kedua matanya.

"Sudah Om?" tanya Tasya dengan raut muka kebingungan.

"Sudah," jawab Lionel kembali menatap ke depan.

"Pasti pak Lio tak mau Tasya ketakutan melihat kejadian tadi," ucap Ayumi dalam hatinya.

"Kau mau ku bawa ke rumah sakit?" tanya Lionel.

Ayumi menatap Lionel dengan tatapan terkejut, ia tak menyangka Lionel menawarkan untuk dirinya di bawa ke rumah sakit.

"Tak perlu pak, ini hanya luka ringan nanti biar saya obati di rumah," jawab Ayumi.

"Tante Ayumi kenapa?" tanya Tasya yang tiba-tiba sudah berada di tengah-tengah mereka.

"Tante Ayumi tak kenapa-kenapa sayang," jawab Ayumi sembari mengelus lembut rambut Tasya.

"Tadi Om Lio bilang mau antar Tante Ayumi ke rumah sakit," ucap Tasya yang mulai kebingungan.

"Em," ucap Ayumi juga ikut bingung, ia bingung harus jawab apa.

Tak sengaja Tasya melihat tetesan darah di tangan Ayumi yang bersumber pada sikunya.

"Itu tangan Tante Ayumi berdarah," ucap Tasya dengan kedua mata yang mulai membesar.

Dengan cepat Ayumi menyembunyikan tangannya.

"Em cuma jatuh sedikit, nanti juga sembuh sendiri," sahut Ayumi sembari tersenyum.

"Iya ya, kalau banyak pasti Tante Ayumi sudah menangis seperti Tasya," ucap Tasya dengan polosnya.

"Ya Tuhan," ucap Lionel lirih sembari menghembuskan nafas beratnya.

"Sekolah di mana ini bocah," ucap Lionel dalam hatinya dengan sesekali melirik Tasya.

Tak lama mereka tiba di rumah, dengan cepat mereka keluar dari mobil yang sudah terhenti.

Ayumi berniat mengendong Tasya dan menurunkannya dari mobil, namun Lionel tiba-tiba melarangnya.

"Sudah, obati sana luka mu!" seru Lionel.

"Baik pak," sahut Ayumi, kini ia mulai melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya yang ada di bagian belakang, jadi Ayumi tak masuk ke dalam rumah melainkan lewat samping rumah.

Lionel mulai menurunkan Tasya dari mobil, tak lama Bibi mendekati Lionel.

"Tumben pulang jam segini Den, Bibi belum masak," ucap Bibi.

"Tak apa Bi, aku juga belum mau makan," sahut Lionel.

Lionel mulai menatap asisten rumah tangganya itu.

"Mama sudah pulang Bi?" tanya Lionel semabari mengangkat sebelah alisnya.

"Belum Den," jawab Bibi dengan raut muka kebingungan.

"Oh ya sudah," sahut Lionel.

Kini Lionel mulai masuk ke dalam rumah, meninggalkan Tasya dan Bibi di teras rumah.

"Tasya, makan dulu yuk," ucap ajak Bibi.

"Tasya mau makan apa, Bibi masakin sekarang juga," ucap Bibi mulai menggandeng bocah menggemaskan itu masuk ke dalam rumah.

"Tasya mau susu Bi," jawab Tasya dengan menatap ke atas Bibi yang tengah menggandengnya.

"Susu, sama makannya apa sayang?" tanya Bibi.

"Em, apa ya," ucap Tasya bingung mau makan apa.

"Mi goreng," jawab Tasya.

"Sama sosis?" tanya Bibi dengan senyuman lebarnya.

"Iya," jawab Tasya dengan semangatnya.

Sementara itu kini Lionel sudah berada di dalam kamar mandi yang ada di kamarnya, ia mulai berendam di bathtub dengan air hangat.

"Semoga masalah menjijikkan ini cepat selesai, aku tak mau di cap sebagai lelaki yang tak bertanggungjawab. Padahal aku sama sekali tak melakukan apa-apa," ucap Lionel dengan memejamkan kedua matanya.

Tak lama tiba-tiba ponsel Lionel berdering.

"Ting ting ting," dering ponsel Lionel.

"Menyebalkan, tak tahu orang lagi kau santai apa," ucap Lionel dengan nada kesal.

Dengan cepat Lionel mengambil ponsel yang ada di meja sebelah bathtub nya, ia pandangi nomor tak di kenal itu menghubungi diirnya. Kening Lionel mulai mengeriyit kebingungan, dan mulai ada keraguan mengangkat telfon itu.

"Nomor siapa, perasaan setiap ada klien baru si Raymond selalu kasih tahu dulu," ucap Lionel.

"Apa jangan-jangan sales asuransi," ucap Lionel kembali, kini mulai menduga-duga siapa yang tengah coba menghubungi diirnya.

Lionel kembali meletakkan ponselnya ke meja kecil yang ada di sampingnya dengan keadaan masih berdering, ia tak mau meladeni telefon-telfon tak penting.

Lama kelamaan suara dering ponsel itu menghilang, namun tiba-tiba di lantai bawah terjadi kericuhan namun Lionel tak mendengarnya hingga Ayumi bergegas memanggil Lionel di kamar.

"Pak," panggil Ayumi mengetuk pintu kamar Lionel dengan keras.

"Pak buka pintunya," ucap Ayumi.

"Apa sih itu bodyguard," gerutu Lionel.

Terpaksa ia beranjak dari bathub itu, dan mulai melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi menuju ke pintu kamarnya.

"Pak cepat tolong buka pintunya," ucap Ayumi dengan terus menggedor-gedor pintu kamar Lionel.

"Iya sabar cumi, kau pikir aku tak butuh jalan dulu buat sampai ke pintu," sahut Lionel dengan nada kesal.

Lionel mulai membuka pintunya, namun tiba-tiba Ayumi terkejut dan langsung menutup kedua matanya.

"Astaga," ucap Ayumi terkejut.

"Pak, bisa pakai baju dulu tidak?" tanya Ayumi.

"Ya gimana mau pakai baju dulu, orang kau gedor-gedor pintu kamar ku kaya orang kesetanan," jawab Lionel sembari menatap bodyguardnya itu.

"Ada apa aku ganggu aku?" tanya Lionel mulai kesal.

"Itu pak, ada paket isinya bom," jawab Ayumi dengan nada paniknya.

"Hah," ucap Lionel sangat terkejut dengan apa yang di katakan Ayumi.

"Kau hubungi Raymond, aku ganti baju dulu sebentar," ucap Lionel, dengan cepat ia menutup pintu kamarnya dan berlari mengambil kaos dan celana.

"Bisa-bisanya keadaan genting begini dia ganti baju dulu, nanti kalau kita mati semua gimana," ucap Ayumi keheranan.

Chapitre suivant