webnovel

Paket Bom

Dengan cepat Ayumi berlari menuju ke lantai bawah, terkihat semua sangat panik sehingga membuat Tasya ketakutan dan menangis.

"Gimana Neng?" tanya Bibi sembari terus memeluk Tasya.

"Saya di suruh telfon Pak Raymond," jawab Ayumi kini langsung sibuk dengan ponselnya.

"Tasya tenang ya sayang, semua akan baik-baik saja," ucap Ayumi.

"Tut tut tut," panggilan telepon mulai tersambung.

"Waktunya tinggal 20 menit Neng," ucap security.

"Iya tenang pak, 20 menit itu lama. Pasti keburu," sahut Ayumi berusaha tenang, padahal dirinya sendiri juga ketakutan.

Tak lama Lionel turun dari lantai atas.

"Gimana cumi?" tanya Lionel.

Ayumi langsung membalikkan badannya.

"Belum di angkat pak," jawab Ayumi sembari mengerutkan keningnya.

"Ah percuma juga hubungi dia, dia juga tak bisa menjinakkan bom," ucap Lionel.

Seketika Ayumi terkejut dengan ucapan bos nya itu.

"Lah, terus kenapa suruh telfon pak Raymond kalau pak Raymondnya sendiri tak bisa jinakkan bom," ucap Ayumi lirih, kesal.

Kini Lionel mulai menghubungi salah satu teman karibnya melalui video call.

"Bi, tolong bawa Tasya pergi jauh-jauh kalau bisa pergi dari rumah ini," ucap perintah Lionel.

"Baik Den," sahut Bibi, dengan cepat membawa pergi Tasya yang terus menangis itu.

"Cumi aku butuh gunting," ucap Lionel.

"Baik pak," sahut Ayumi.

"Sekalian kau bawa ini bom ke halaman belakang," ucap perintah Lionel.

Lionel dan Ayumi mulai membawa bom waktu itu menuju ke halaman belakang rumah Lionel yang luas itu.

"Kalau ada apa-apa biar tak rusak-rusak amat rumah ku," ucap Lionel.

"Tapi kalau kita mati gimana pak?" tanya Ayumi sembari terus mengerutkan keningnya.

"Kalau sudah waktunya mau apa, mati mah mati saja. Tapi aku sih yakin kalau pun bom ini meledak yang mati cuma kau," jawab Lionel dengan santainya.

"Hih," gerutu Ayumi dalam hatinya.

"Lagian ini yang kirim bom kenapa bodoh sekali, kasih waktu 20 menit. Bisa saja ini aku buang ke mana gitu," ucap Lionel kembali.

"Iya juga ya, kenapa dia pasang waktunya 20 menit bukan 5 menit saja," sahut Ayumi yang baru menyadari akan hal itu.

Lionel berhasil menghubungi teman karibnya itu.

"Lio, apa kabar?" tanya Juno.

"Buruk, kabar ku buruk," jawab Lionel.

"Hah buruk?" tanya Juno terkejut.

"Iya, ini aku lagi dapat kiriman bom waktu. Aku hubungi kau buat bantu cara menghentikan bom waktu ini," jawab Lionel dengan jelas.

"Coba aku lihat, mana bomnya," pinta Juno.

Lionel pun langsung mengarahkan kamera belakangnya menyorot bom waktu itu.

"Coba agak ke kiri," ucap Juno.

Lionel pun menuruti perintah Juno dengan menggeser ponselnya ke kiri.

"Gimana, kabel mana yang harus ku potong?" tanya Lionel.

"Bentar-bentar, itu waktunya lumayan lama ya," ucap Juno yang salah fokus dengan waktu di bom itu.

"Iya, memang bodoh itu orang yang mengirim bom ini. Kalau begini gimana aku mau mati," sahut Lionel sembari tersenyum kecut.

"Hahaha," tawa Juno langsung lepas.

"Bisa saja kau," ucap Juno.

"Jadi giamna nih?" tanya Lionel.

"Bentar, aku lihat dulu kabelnya," jawab Juno.

"Cumi, guntingnya mana?" tanya Lionel sembari melirik bodyguardnya itu.

"Oh iya," sahut Ayumi, ia langsung berlari menuju ke dalam rumah untuk mengambil gunting.

"Menyebalkan, sudah di bilang dari tadi kalau aku butuh gunting juga," gerutu Lionel.

"Kau potong kabel warna biru," ucap Juno.

"Yang benar?" tanya Lionel.

"Iya benar yang biru," jawab Juno dengan cepat tanpa keraguan sedikitpun.

"Oke," sahut Lionel.

Tak lama Ayumi datang dengan membawa gunting.

"Ini pak," ucap Ayumi sembari memberikan gunting kepada Lionel.

Setelah menerima gunting dari Ayumi, dengan cepat Lionel memotong kabel itu. Dan benar bom waktu itu berhenti, sesuai dengab harapan Lionel.

"Oh syukurlah," ucap Ayumi mulai menghembuskan nafas leganya.

"Gimana, sudah?" tanya Juno.

"Sudah," jawab Lionel dengan cepat.

"Cumi, buang nih terserah kau buang ke mana asal aman," ucap perintah Lionel.

"Di buang ke mana pak?" tanya Ayumi kebingungan harus membuang bom ini kemana.

"Pakai tanya, buang kemana kek terserah orang itu bom sudah tak aktif lagi," jawab Lionel dengan nada kesal.

"Baik pak," sahut Ayumi.

Kini Lionel kembali masuk ke dalam rumah.

"Kau tak mau usut siapa yang sudah kirim paket bom itu?" tanya Juno.

"Kurang seru menurut ku kalau main lapor-lapor," jawab Lionel.

Juno terkejut dengan jawaban Lionel.

"Lah kau pikir ini film apa gimana?" tanya Juno keheranan.

"Kau tahu kan maksud ku?" tanya balik Lionel.

"Iya aku tahu, kau memang suka membalas langsung mana lebih parah lagi," jawab Juno.

"Salah sendiri mau berurusan dengan ku," sahut Lionel.

"Tin tin," bunyi klakson mobil.

"Sepertinya itu Mama," ucap Lionel dalam hatinya.

"Sudah dulu ya, aku ada keperluan," ucap Lionel.

"Oke," sahut Juno.

Lionel mulai menutup video callnya, kini Lionel berjalan ke depan.

"Ma," panggil Lionel sembari menatap Mama nya yang baru saja turun dari mobil.

"Lio, kita bicara di dalam," ucap Mama Farah yang baru menginjakkan kaki ke rumah.

Lionel pun berbalik arah melangkah mengikuti langkah kaki Mamanya.

"Aduh kenapa nada bicara Mama dingin begitu," ucap Lionel dalam hatinya, ia mulai was-was takut Mamanya termakan pemberitaan di luar sana.

"Ini semua gara-gara Moza kerja di dunia model dan mempublis hubungan kita dulu, jadinya aku ikut kesorot sampai sekarang," gerutu Lionel dalam hatinya.

Setibanya di ruang tengah, mereka berdua mulai duduk berhadapan.

"Ada apa Ma?" tanya Lionel.

"Mama tadi sudah bicara sama Dion, Dion juga kasih bukti yang sama," ujar Mama Farah.

"Terus?" tanya Lionel kembali sembari menaikkan sebelah alisnya.

"Mama masih ragu, karena bisa saja kalian sekongkol untuk membohongi Mama," jawab Mama Farah mulai mengerutkan keningnya sembari terus menatap putra semata wayangnya itu.

Seketika Lionel langsung menghembuskan nafas beratnya.

"Bohong gimana Ma, semua sudah jelas di foto sama video itu Moza sama siapa Ma. Bukan sama Lio kan?" tanya Lionel.

"Kalau Mama tak percaya, tanya si cumi bodyguard bodoh itu. Tanya sama dia Lio itu kemana saja setiap harinya," sambung Lionel.

Kening Mama Farah makin mengeriyit.

"Ayumi kan baru di sini," sahut Mama Farah.

"Capek aku di curigai terus Ma," ucap Lionel dengan nada malas.

"Sementara aku sendiri tak melakukan itu," sambung Lionel.

Tiba-tiba ada suara langkah kaki menuju ke ruang tengah, sontak Lionel dan Mama Farah melirik ke arah sumber suara itu.

"Selamat sore," ucap Moza sembari tersenyum menggoda ke arah Lionel dan Mama Farah.

Kedua mata Lionel mulai membesar, ia terkejut dengan kedatangan Moza yang tiba-tiba.

"Moza," ucap Lionel lirih, terkejut.

Chapitre suivant