webnovel

MARRIAGE FOR LOVE

Berita pernikahan tahun ini cukup mencuri perhatian. Pasalnya seorang anak bungsu dari pemilik perusahaan pencakar langit terkenal di New York menikahi seorang anak gadis pertama pemilik restoran terkemuka di dunia.

Pernikahan kolomerat tahun ini yang berhasil mencuri perhatian dunia. Dan tidak sedikit yang hadir ke pesta itu, dimulai dari pengusaha hingga petinggi negara.

Pesta berkilau itu dinilai sebagai pesta para ATM berjalan oleh masyarakat yang melihat berita di televisi maupun gadget dan sosial media mereka.

Sonia Casanova seorang gadis berusia 24 tahun mantap menikah dengan Edward Leonardo. Bukan karena bisnis, tetapi mereka memang menjalani hubungan selama bertahun-tahun ketika mereka masih duduk di bangku kuliah.

Bahkan Sonia juga menyembunyikan identitas nya sebagai putri seorang pengusaha restoran terbaik dunia bernama FOODWORLD'S begitupun Edward dia bahkan bekerja paruh waktu di salah satu milik ayah Sonia, sebelum akhirnya dia di ketahui adalah putra bungsu pemilik gedung-gedung pencakar langit di New York.

Pesta berlangsung sangat ramai, semua masakan yang di sajikan di pesta pernikahan itu sudah tidak di ragukan lagi. Sudah pasti dari FOODWORLD'S tidak ada makanan terbaik dan termahal selain restoran itu di sana, koki terbaik dan terkenal di dunia juga turun langsung menyajikan makanan itu secara dadakan. Sehingga menambah kesan mewah dan memanjakan lidah para kolomerat dan pejabat negara yang hadir.

"Bukankah ini akan menjadi pesta terbaik tahun ini?" Sonia melirik Edward yang kini sudah resmi menjadi suaminya.

"Tentu saja, bahkan nama kita ada di trending satu pencarian di internet selama satu Minggu terakhir" timpal Edward.

Sonia mengangkat gelas berisi wine dan mengajak Edward bersulang. Mereka berbaur dengan para tamu.

Selain keluarga besar dan pejabat negara, Edward sedikit kecewa karena satu-satunya saudara lelaki yang dia miliki tidak datang saat dia menikah. Kakaknya itu sedang melakukan uji klinis obat di Belanda dan itu sangat penting baginya.

Berbeda dengan Edward si anak bungsu yang terjun ke perusahaan seperti Ayahnya, yaitu Leonardo. Steve Leonardo yaitu si putra sulung, lebih suka di dunia farmasi. Untunglah ada dua anak laki-laki di keluarga itu sehingga bisa saling mengandalkan.

Satu hari setelah selesai resepsi. Sonia mengajak Edward untuk honeymoon di Canada. Namun urusan perusahaan membuat sepasang suami istri baru itu tidak bisa pergi.

Sebelum menikah keduanya kompak berpacaran secara sehat, sehingga pengakuan mereka juga membuat para netizen berkomentar salut ada keduanya di era milineal seperti ini. Selain kaya raya keduanya diberkati dengan kepintaran dan atittude yang baik.

Setelah satu Minggu menikah Edward melihat Sonia yang sedang duduk di ujung jendela besar rumah mewah mereka. Sonia memakai baju dengan belahan dada minim yang memperlihatkan belahan dadanya.

Edward baru saja pulang kerja bahkan ia baru membuka satu kancing kemeja yang dikenakan nya. Ia langsung bergegas menghampiri sang istri. Satu kecupan langsung didapatkan Sonia begitu saja.

"Kenapa belum tidur?" tanya Edward, ia juga melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 22.00.

"Apakah menurutmu semua orang mengira kita bahagia karena memiliki semua yang tidak di miliki kebanyakan orang?" Sonia mengangkat wajahnya melihat ke arah Edward.

"Apa maksudmu? tentu saja kita bahagia, mengapa berbicara seperti itu?" Edward penasaran dari man istrinya itu mendapatkan pikiran seperti itu.

"Kita hanya saling mengecup setiap hari dan berciuman ketika kamu libur bekerja, bukankah kini aku istrimu! Kamu bahkan belum menyentuh ku sama sekali," Kini Sonia kembali memalingkan wajahnya ke arah kaca

Edward menarik nafas panjang, ia memang belum menyentuh Sonia sama sekali karena urusan pekerjaan yang membludak, saham perusahaan terus meningkat dan banyak investor yang masuk membuatnya harus berdedikasi langsung di perusahaan.

Edward menekuk tubuhnya dan ia meletakan tangan di kedua ujung kursi yang di duduki Sonia. "Apakah kamu begitu merindukanku? padahal aku ada di rumah setiap hari?"

Sonia hanya terdiam. Ia ingin Edward lebih memperhatikannya.

Lelaki itu kemudian membuka kemeja nya, ia melemparkan bajunya itu ke lantai, dan langsung mencium bagian leher Sonia yang sedang memalingkan wajahnya. Hal itu membuat Sonia langsung bereaksi.

Hingga bibir mereka bertemu dan Edward pun mengangkat tubuh istrinya itu pindah ke ranjang.

Ciuman yang di layangkan Edward turun lebih rendah, hingga membuat baju istrinya lepas dari tubuh mulus itu. Entah kapan waktu tepatnya, keduanya berhasil menyatukan diri. Terdengar suara rengekan Sonia begitu Edward menembus pertahanan nya.

Bulir air mata di ujung mata Sonia, memperlihatkan betapa ia bangga menjaga kegadisannya selama ini. Edward juga mengecup kening istrinya begitu ia menyelesaikan permainan.

Ini kali pertama Sonia dan Edward melakukan hubungan suami istri, durasi tidak terlalu masalah bagi Sonia karena ia tidak pernah melakukan sebelumnya.

Hari-hari berlanjut, pagi siang bahkan sore ketika Edward sedang berada di rumah. Sonia biasanya lebih manja, ia bahkan senang melihat tabloid ibu dan anak. Ia berpikir untuk segera memiliki bayi, lagi pula apa yang tidak mereka memiliki mereka suda siap secara finansial.

Setiap melakukan hubungan suami istri Sonia selaku melakukan trik trik yang di bacanya di internet, untuk mengangkat kedua kakinya atau mengganjal dengan sebuah bantal. Namun bulan dan tahun berlalu, ia selalu berharap bisa mendapat garis dua di tespack, namun sebelum ia melakukannya tamu bulanan selalu datang lebih dulu dan membuatnya sedih.

Ia bahkan pergi ke Dokter untuk memastikan dia baik-baik saja, dan Dokter mengatakan bahwa rahimnya sehat dan dalam posisi sehat untuk di buahi. Namun pernikahan nya yang sudah menyentuh satu tahun membuatnya khawatir.

Suatu sore Edward sedang membaca koran di balkon rumah mereka, menghadap ke kolam renang yang luas. Sonia berjalan dan duduk di samping suaminya. "Sepi sekali rumah kita!" lirih Sonia mengedarkan pandangannya.

Edward mengangkat wajahnya dan melipat koran. "Sayang, apa kamu ingin pergi keluar?" tawar Edward.

"Aku ingin punya bayi!" jawab Sonia to the point.

Edward tersenyum. "Tentu saja kita bisa memilikinya, jangan bersedih!"

"Aku sudah pergi ke Dokter setiap bulan, aku baik-baik saja! Kenapa kamu tidak ingin pergi ke Dokter kita bisa konsultasi bersama"

"Sonia! Apa menurutmu kita bermasalah? kita sehat, apa yang salah denganku walau aku tidak pergi ke Dokter, aku sehat dan sering olahraga aku berpotensi memiliki anak,"

Sonia hanya ingin pergi bersama ke Dokter namun Edward menjawab dengan nada serius, dan ia lebih fokus ke perusahaannya.

Sonia bangun dari duduknya. Sebelum melangkah pergi ia melirik ke arah Edward. yang masih menatapnya. "Aku ingin pergi konsultasi karena aku memiliki suami, jika aku hamil itu adalah anak kita bukan hanya anakku, tetapi suamiku terlalu mencintai pekerjaannya!" Sonia melangkah kan kakinya pergi, ia bahkan menitikkan air mata setelah beberapa langkah menjauh dari Edward.

Chapitre suivant