webnovel

I'M SCARED

Edward hanya menatap punggung Sonia yang pergi menjauh darinya kemudian keluar dari kamar. Ucapan terakhir Sonia terus terngiang di telinganya. Membuat lelaki bertubuh indah itu memikirkan wanita yang di cintai nya pergi dengan wajah murung.

Sonia turun ke lantai satu rumahnya, ia memasuki ruangan dimana ia menari balet. Gadis berdarah Amerika-Belanda ini memang menekuni hobby balet sehingga Edward membangun sebuah studio husus untuk istrinya itu di sebelah ruangan gym miliknya.

Sonia rupanya menyimpan baju-baju balet untuk anak kecil, ia memimpikan memiliki seorang anak perempuan yang akan ia ajari bermain balet suatu hari nanti.

Ruangan yang di kelilingi kaca itu, membuatnya semakin kesepian setelah ruangan hampa yang dingin dengan full AC di dalamnya.

Ia merengkuh dan memeluk kakinya sendiri, membenamkan wajahnya kedalam dan menangis.

Jam sudah menunjukan pukul 1 malam. Edward tidak menemukan Sonia di mana pun. Kemudian ia turun ke lantai satu rumahnya. Di jam ini para asisten rumah tangga memang tidak boleh berada di area rumah utama, mereka harus sudah istirahat dan Hana bekerja sampai jam 8 malam. Mereka akan kembali ke rumah utama jam 6 pagi sebelum Tuan dan nyonya muda bangun.

Edward mengedarkan pandangannya begitu ia menuruni anak tangga. Tidak ada Sonia di ruang tamu maupun kolam renang.

Ia melihat ruangan balet istrinya sedikit terbuka, dan memutuskan berjalan ke sana.

Edward kaget melihat Sonia tertidur dengan tubuh meringkuk memeluk baju-baju kecil. Ia menyentuh istrinya itu, namun sepertinya Sonia kelelahan karena menangis.

Dia teringat pembahasan dengan istrinya itu awal menikah tentang memiliki anak perempuan kembar dan Sonia ingin sekali mengajari mereka balet. Hal ini membuat Edward merasa telah membiarkan istrinya memikirkan hal itu sendirian, dan wajar jika Sonia marah tadi.

Dengan cekatan ia menggendong tubuh istrinya dan membawanya ke lantai dua, meletakkan tubuh cantik itu di atas ranjang dan membuka ikatan rambutnya.

"Maaf karena membiarkan mu merasakan ini sendirian, aku terlalu sibuk sehingga tidak tahu keinginan istriku yang sebenarnya!" Edward mencium pipi Sonia.

Ia kemudian membaringkan tubuhnya di samping Sonia, dan membawanya ke pelukan. Sembari mengucapkan maaf berkali-kali karena sudah membuat istrinya itu menangis.

Keesokan pagi, Sonia terbangun dan ia meregangkan tubuhnya, ia kaget karena sudah berada di ranjangnya. Melihat suaminya sedang memeluk nya, ia merasa bersalah karena sudah berbicara dengan nada tinggi kemarin.

Edward tiba-tiba membuka mata, pemilik wajah tampan itu menatap istrinya yang juga sedang menatap nya. "Selamat pagi!" ucapnya sembari mengucek mata dengan sebelah tangan "Apa tidurmu nyenyak?" timpalnya.

"Tentu saja, maafkan aku karena tidak menghormati mu kemarin!"

"Tidak cintaku, aku yang seharusnya minta maaf karena tidak mengerti kesedihan yang kamu alami" lanjut Edward dan mengecup kening Sonia.

Tiba-tiba Sonia menangis dan membenamkan wajahnya di dada Edward. "Sayang kenapa?" Edward terkejut begitu saja.

"Aku takut sekali, aku takut tidak bisa memberikan kamu keturunan padahal kita sudah satu tahun lebih menikah!"

Tangisan Sonia membuat dada Edward sakit, ia tidak tahu bahwa istrinya memikirkan hal ini sampai seperti itu.

"Cintaku, lihat aku sekarang"

Sonia mengangkat wajahnya kini, "Hei semua orang di berikan rejeki masing-masing oleh tuhan, entah itu anak, financial maupun kesehatan! Kenapa kamu gundah saat kita juga mendapatkan porsi yang adil dari Tuhan?"

Sonia terdiam mendengar ucapan Edward yang selalu menyenangkan nya.

"Cintaku, kita bahkan berpacaran selama 4 tahun ini belum terlambat kita akan terus mencoba sampai kita punya bayi kembar yang cantik!"

Mendengar ucapan Edward Sonia mengangkat wajahnya. "Apa kamu ingat?" tanya nya.

"Tentu saja, jika kita punya anak kembar perempuan kamu akan mengajari mereka menari balet, karena itulah aku membangun sebuah studio balet untukmu"

Sonia tersipu malu mendengar ucapan suaminya.

"Jadi, bisakah kita membuat bayi-bayi cantik itu sekarang?" tanya Edward tatapan matanya membuat Sonia senang.

Edward menarik selimut menutupi tubuh mereka, dan dalam sekejap baju yang di kenakan istrinya sudah ia lemparkan ke lantai. Dia melakukan kewajiban namun itu tidak berlangsung lama setelah dia akhirnya sampai di puncak lebih dulu bahkan sebelum Sonia merasakan kepuasan nya.

Namun Sonia hanya diam, Edward hanya melenggangkan kakinya ke dalam kamar mandi, sementara Sonia melakukan rutinitasnya mengangkat kakinya ke atas. Sembari sedikit kesal karena Edward tidak pernah lama ketika mereka menyatukan diri.

Padahal mereka juga sudah mencoba puluhan jenis obat kuat dan penambah stamina, padahal Edward sering berolahraga dan selaku makan makanan sehat.

Mereka kembali mesra seperti biasa. Namun semakin hari pekerjaan Edward semakin membuatnya tenggelam dalam kesibukan. Bahkan ia terkadang pulang ketika Sonia sudah terlelap dan pergi sebelum Sonia bangun.

Bulan berikutnya tamu bulanan Sonia datang lagi, bayangan nya tentang kehamilan pupus lagi. Dia yang tidak ingin lagi membicarakan hal ini dengan Edward membuatnya terus menghabiskan waktu di studio balet miliknya.

Dia juga sesekali pergi ke restoran Ayahnya di bilangan pusat New York. Dia memutuskan belajar memasak dari salah satu koki di sana, seorang koki berasal dari Italia. Sonia sangat senang karena para karyawan di sana sangat bersahabat. Meskipun restoran mereka terbilang bintang 5 atau untuk kelas atas, pihak FOODWORLD'S sangat menghargai siapapun yang masuk dan duduk ke restoran itu. Termasuk para baby sitter atau supir yang mengantar majikannya makan di sana.

Attitude adalah nomor satu untuk para pegawai yang ingin bekerja di FOODWORLD'S.

"Jimmy aku datang!" teriak Sonia memanggil seorang Chef yang sedang membalik daging tenderloin di dapur.

"Hai how are you?" sapa Jimmy namun tetap fokus pada masakannya.

"Selesaikan masakan mu, dan mari berbicara!" Sonia mengedipkan satu matanya.

Jimmy memang sudah lama bekerja di FOODWORLD'S dia juga mendapatkan beasiswa sekolah dari perusahaan milik ayah Sonia. Sehingga mereka sangat dekat sampai bertahun-tahun.

Sonia mulai mengikat rambutnya yang berwarna pirang, ia mengenakan baju masak yang ia simpan di restoran itu untuk digunakan hanya olehnya ketika ia datang.

Kali ini Jimmy mengajarkan Sonia memasak spaghetti dengan siraman susu dan carbonara. Dan memberinya bumbu rahasia perusahaan yang memungkinkan akan Sonia modifikasi nantinya.

Mereka pulang larut, Jimmy menawarkan diri mengantar Sonia ke rumah Edward karena kini ia sudah menikah dan tinggal di sana. Sonia juga tidak menolak.

Mereka memasuki gerbang mewah dengan penjaga ketat di depannya. Edward menghentikan mobilnya di depan pintu rumah mewah itu di sebelah air mancur yang terang dengan lampu, menambah kesan mewah bangunan itu.

Edward rupanya sudah pulang lebih dulu, ia melihat istrinya membungkuk begitu keluar dari mobil yang mengantarkan nya.

Sonia tampak sangat bahagia dan menyunggingkan senyuman khas yang membuat lesung pipinya terlihat menambah kecantikan gadis itu.

Ia masuk ke rumah, dan betapa terkejutnya dia melihat Edward menyilangkan tangannya dengan tatapan tajam. "Dari mana kamu?" ucapnya.

Chapitre suivant