Senja pun telah tiba, sudah terbiasa bagi mereka kala jumpa pastilah berbincang nyaris tanpa jeda. Hingga Almira jua lupa untuk menoleh ke ponselnya, sebab ponsel terletak didalam tasnya tanpa ia buka sejak mulai berbincang dengan mereka berdua.
Almira tidak mengetahui kala ponselnya terus bergetar, yakni panggilan telepon dari sang suami hingga berkali-kali. (ponselnya dalam Mode senyap) Ditengah asiknya saling canda dan tawa dalam setiap kata, terhenti sejenak kala terdengar bel rumah berbunyi.
Ting ... tong ... ting … tong ..
Andreas bergegas membukanya lantaran ia duduk diantara kursi sofa yang terletak paling dekat dengan pintu.
"Loh, kamu rupanya Tris," sapa-nya tersenyum hangat begitu mengetahui sang tamu tersebut suami adik-nya yang bernama Tristan. (Adik ipar)
Tristan balas senyum jua sebagai tanda sapa lekas mengulurkan tangan (berjabat) "Iya Ndre," Jawabnya. "Mari masuk Tris" Pungkas Andreas mempersilahkannya.
Begitu Tristan menoleh ke arah kursi lantas tersenyum melihat sang istri ternyata berada disana. "Loh, Mama disini juga ternyata"
Sontak mereka (Airha dan Almira) semula masih saling berbincang, serentak tertuju ke arah pintu.
"Loh, Papa …" Balas Almira seraya meraih tas yang ia taruh sedikit jauh darinya. "Nah, papa tadi menelpon mama rupanya, hehe maaf Mama gak lihat pa" Lanjutnya setelah sudah melihat Layar Telephone.
"Iya, tadi papa nelpon rencana mau ngabarin mama kalau malam ini papa pulang telat karena mau mampir kesini, eh ternyata mama disini juga. Hehe" Tristan tersenyum nan menoleh antara Airha dan Andreas yang menyambutnya dengan senyuman jua. Akhirnya mereka pun lanjut berbincang-bincang.
___
Berbincangan semula tiga orang kini menjadi empat orang maka nyaris tanpa jeda mereka lakukan, karenanya sudah sejak dulu kala hubungan antar keluarga ini sangatlah erat.
Teruntuk Almira adalah adik kandung dari Airha, menjalin hubungan rumahtangga dengan Tristan sedari Lavina masih didalam kandungan-Airha. Hingga Lavina lahir ke dunia, mereka masih belum memiliki momongan.
Sejak balita, Lavina seorang putri tunggal bak memiliki 4 orangtua yang teramat sayang padanya, semua itu berlarut-larut hingga kini di usianya menginjak remaja, Tristan dan Almira masih belum jua memiliki momongan, maka mereka menganggap Lavina sebagai putri mereka jua.
___
"Oh iya, berhubung kita semua sedang berkumpul, gimana bila kita makan malam bersama-sama?" Ucap Airha di tengah-tengah perbincangan masih berlangsung.
"Wah, benar juga itu Ma, gimana Tris, Mir?" Andreas menyambung kalimat Airha seraya menoleh ke mereka.
Tristan dan Almira saling mengangguk. "Boleh juga itu, kak." Jawab Almira.
"Em ... Kita mau makan dirumah atau ke restoran saja nih?" Airha menawarkan kepada mereka semua lantaran ia tidak memasak makanan hari ini.
"Terserah kakak saja kak, apapun kita mah jadi. Hehe" Sambung Almira tersenyum hangat.
"Em, kemarin saya pulang kerja sempat melihat ada sebuah restoran yang baru buka. Gimana bila kita coba berkunjung kesana?" Sambung Andreas.
"Wah, benarkah pa? Boleh juga tuh kita cicipi menu di restoran itu, benar begitu bukan?" Jawab Airha seraya menoleh ke Almira maupun Tristan.
"Betul juga kak, sudah lapar juga aku. Mari kita kesana ajak Lavina sekalian kak" Sambung Almira.
"Iya Mir, tunggu sebentar" Jawab Airha seraya menoleh ke arah dapur lantas berdiri sejenak. "Bi ... bibi ..." Panggilnya.
"Iya nyonya …" Bu Suliah bergegas mendekat.
"Tolong bibi panggilkan Vina di kamar ya ... Bilang ke dia mau di ajak makan malam dan sekalian bilang ke dia segera beberes, sudah di tunggu ya," Perintahnya.
"Baik Nyonya" Bu Suliah undur diri hendak melaksanakan perintah sang majikan.