webnovel

Taruhan

Tubuh Caroline terhuyung dengan aura Alpha yang menguar menusuk indra penciumannya. Dia menatap tajam ke arah sang Alpha yang menatapnya marah, Caroline jelas tau bahwa dia salah tapi apakah pantas mendorong seorang Omega yang lemah.

Sepertinya kata lemah tidak cocok untuk Caroline, dia bukan Omega lemah yang mau di tindas hanya karena perbedaan status. Caroline bangkit menatap sang Luna yang terus mengganggunya. Dia tau Luna Berdine berniat baik padanya tapi sang Alpha jelas tidak menyukai hal itu dan Caroline lebih tidak suka.

"Jadi sekarang kau akan menunjukkan taringmu!"

Ini bukan sebuah ucapan biasa, Caroline jelas sekali mengejek pria Alpha di hadapannya sekarang. Dan Caroline tidak akan peduli jika akhirnya dia akan babak belur nantinya. Caroline memiringkan kepalanya menatap kesal sang Alpha sebelum melirik Jennifer yang berdiri di sebelahnya.

Alpha di hadapan menggeram marah merasakan bagaimana dirinya di hina oleh seorang Omega cacat seperti Caroline. Dia jelas tidak terima dan langsung bergerak mendekati Caroline tapi di tahan oleh sang Luna "aku mohon tahan emosimu"

"Kenapa harus di tahan? Bukankah kau ingin melihatku mati!!"

Mungkin ini salah karena dia masih saja memberikan minyak di atas api yang meledak, tapi sejak awal Caroline tidak suka. Dia tidak suka bagaimana pandangan Alpha itu padanya di hari pertama dia datang, dan bagaimana Alpha itu bersikap. Jika di katakan salah maka dia salah tapi dia tidak mau di tindas terus-menerus.

Cukup sekali dan dia tidak mau lagi!!

"Aku memang tidak berguna di sini tapi aku juga bagian dari kalian!!" Caroline mengungkapkan hal yang selama ini dia pendam.

Sebuah kebenaran bahwa dirinya adalah bagian dari mereka, walau dia tidak sempurna nyatanya dia adalah bagian dari mereka. Mau menolak berapa kalipun semuanya tidak akan berubah jika dia adalah sosok Werewolf yang akan di butuhkan oleh mereka nantinya.

Mari kita lihat mau sampai kapan pria Alpha pemimpin itu bertindak semena-mena padanya. Mau sampai kapan dia akan terus membedakan status sampai segitunya. Tidak sopan! Jelas dia memang tidak sopan pada orang yang tidak pernah sopan padanya.

Luna Berdine terlihat khawatir pada Caroline tapi Caroline tidak membutuhkan hal itu sekarang. Dia lebih butuh pengakuan bahwa dia adalah bagian dari mereka, dari pada mendapatkan pandangan rendah itu lebih baik dia di pandangan buruk karena kelakuannnya bukan.

"Sekarang aku akan bertanya padamu yang seorang pemimpin di sini! Apa pernah kau menganggap para Omega sebagai bagian dari anggotamu atau kau menganggap mereka sebagai pengganggu dan hanya Werewolf tidak berguna?"

Sang Alpha menyentak tangan Luna Berdine dan langsung mencengkram leher Caroline, Caroline malah tertawa mengejek sekarang. Caroline bisa melihat banyak Werewolf lain yang melihat, jelas sekali karena mereka berada di luar depan ruang pemimpin saat ini.

Dan Caroline tidak akan berhenti sampai di sini saja "kenapa diam!! Apa kau tidak bisa menjawabnya karena kau menganggap kami hanya debu tidak berguna yang pantas di buang!!"

Nafas Caroline mulai tercekat saat cengkraman itu semakin kuat, kedua tangan Caroline hanya menggantung tanpa mau berniat menghentikan tangan Alpha itu. Tidak ada gunanya, itulah yang di pikiran Caroline sekarang. Luna Berdine berlari mendekat mencoba menghentikan Matenya.

Tapi jelas akan sia-sia, pria Alpha ini jelas gila. Caroline bahkan yakin bahwa Alpha ini tidak bisa bersikap baik pada Matenya sendiri.

"Aku mohon berhenti Mate!"

Suaranya begitu tulus dan Caroline sedikit tersenyum karena itu, walau begitu manik Caroline kembali menatap tajam ke arah Alpha itu. Dia sudah tidak bisa bernafas tapi Alpha itu malah melemparnya cukup kuat, tubuh Caroline membentur pohon besar bahkan pohon itu sampai hancur.

Jennifer mendekati Caroline berusaha membantu Caroline tapi Caroline menolak dan bangkit dengan kekuatannya sendiri.

"Jangan ikut campur!!"

Ada alasan kenapa Caroline melakukan hal ini, ini semua karena jika wujud Lycan miliknya muncul nanti pasti akan ada keributan di tempat ini.

Dan yang akan kesusahan adalah pria Alpha itu dan Caroline ingin tau apakah dia bisa menerima jika ada Omega yang bertindak seperti seorang pemimpin. Dan nyatanya pria itu tidak lolos ujiannya, Caroline meludah merasakan rasa darah miliknya. Maniknya tidak menemukan Jeremy dan Luis.

Entah dia harus merasa beruntung atau merasa sial tapi Caroline tidak peduli, dengan tubuh yang sudah tidak bisa berjalan dengan benar itu Caroline mendekati sang Alpha. Tawanya masih menjadi pengiring suara dari situasi ini "kenapa kau main fisik, padahal aku hanya bertanya padamu"

Caroline melirik para Omega lain yang ternyata ketakutan akan aura Alpha sang pemimpin. Berbeda dengannya yang tidak begitu terpengaruh dengan aura Alpha itu, dia merasakannya tapi tidak berpengaruh pada tubuhnya. Mungkin itu karena fakta bahwa dirinya adalah putri terakhir Lycan.

"Jawab dengan mulutmu!!"

Sang Alpha mengepal dan berniat memukul wajah Caroline sebelum Luis datang menjadi tameng Caroline. Caroline terkejut, dia telat menyadarinya. Padahal dia yakin Luis tidak ada di sana lalu dari mana dia datang dan sejak kapan "Luis..!!"

Caroline membantu Luis untuk berdiri, jelas sekali pukulan itu tidak main-main. Jadi apakah pria Alpha itu berniat memukulnya seperti itu, dia tidak percaya dan langsung menatap memar di pipi Luis "ternyata kau benar-benar mengeluarkan taringmu sekarang..!"

"Lebih baik kau mati!! Dasar Omega cacat!!"

Caroline menatap manik alpha itu dan langsung bangkit "jangan Lin!!"

Luis berusaha menahan Caroline tapi Caroline malah melepaskan tangannya dan langsung mendekati Alpha itu "bagaimana kau tau bahwa aku cacat?"

Caroline tertawa setelah itu, dia jelas masih belum bisa mengatakan kebenaran ini tapi Caroline ingin tau bagaimana reaksi lucu Alpha ini.

"Kau memang cacat!! Jika bukan kau pasti sudah menjadi pemimpin Edgar!!"

Ternyata karena itu dia di anggap begitu rendah, statusnya sebagai anak keturunan bangsawan yang berpengaruh ternyata menjadi alasan Alpha itu memutuskan hal yang tidak masuk akal.

"Bagaimana jika bertaruh? Jika aku memang cacat maka aku akan menghormatimu seperti keinginanmu tapi jika aku tidak cacat maka saat itu kau harus menghormatiku!"

Semua orang terkejut mendengar apa yang di katakan Caroline, jelas bagi mereka itu adalah hal yang tidak mungkin bisa Caroline menangkan. Karena label cacat sudah terpasang di belakang namanya sejak dia datang di tempat ini. Tapi Caroline tidak peduli dia hanya ingin melihat bagaimana ekspresi mereka nanti.

"Sepertinya kau berniat menyerah sekarang?" Alpha itu mengejek Caroline tapi Caroline hanya tertawa melirik Luis yang tidak paham akan jalan pikirannya.

"Kita lihat nanti, kau atau aku yang jatuh!!"

pagi.. aku mau tanya nih, kalau cerita ini aku kunci masih bakal ada yang baca gak. niatnya mau aku kunci bulan depan, menurut kalian gimana..

Park_Keyzacreators' thoughts
Chapitre suivant