webnovel

Menjauhi Alvaro?

Begitu pulang dari makan malam itu, Alvaro dan Felicia merasa ada yang sedikit aneh dengan kedua orang tuanya. Mereka merasa ada hal yang sedang disembunyikan oleh ayah dan ibunya. Namun mereka tak menanyakan hal itu pada Felix ataupun Amelia.

Keesokan harinya, suasana di meja makan juga terasa sedikit canggung. Pasangan suami istri itu terlihat sedikit dingin dari biasanya.

"Apa Papa dan Mama baik-baik saja?" Felicia tak bisa menahan rasa penasaran sejak semalaman. Ia akhirnya menanyakan hal itu kepada kedua orang tuanya.

"Papa dan Mama baik-baik saja. Memangnya, apa yang kalian pikirkan?" tanya Felix pada anak perempuannya. Ia bisa melihat jika Felicia begitu penasaran akan sesuatu yang membuat mereka semua merasa tak nyaman satu sama lain.

Felicia tersenyum tipis pada ayahnya. Ia tak mungkin mengatakan sesuatu yang ia sendiri tak mengerti. Gadis itu bangkit dari kursinya lalu mengambil tas sekolahnya yang berada tak jauh dari meja makan.

"Apakah Kak Varo akan mengantarkan aku ke sekolah?" tanya seorang anak gadis yang terlihat sangat cantik dengan riasan natural di wajahnya.

"Pagi ini, mamamu yang akan mengantarkan ke sekolah. Papa dan kakakmu akan langsung ke rumah sakit." Sebelum Alvaro memberikan sebuah jawaban kepada adiknya, Felix Angelo sudah lebih dulu menjawab pertanyaan anak perempuan kesayangannya.

Di sisi lain, Amelia hanya mengembangkan sedikit senyuman pada keluarganya. Ia sedang tak ingin banyak bicara sejak pertemuan dua keluarga semalam. Wanita cantik yang berprofesi sebagai seorang dosen itu bangkit dari kursinya lalu mengajak anak perempuannya untuk segera berangkat.

"Ayo, Sayang. Mama akan mengantarmu ke sekolah." Amelia langsung berjalan ke arah depan rumah, kebetulan sekali mobilnya sudah siap di depan. Ia masuk ke dalam mobil dan memilih menunggu anak kesayangannya di dalam.

Sedangkan Felicia sengaja mendekati Alvaro sebelum masuk ke dalam mobil ibunya.

"Apa Papa dan Mama sedang marahan? Bagaimana kalau kita buat Papa saja yang mengantarkan Mama ke kampus?" Sebuah ide cemerlang baru saja terpikirkan di kepala perempuan muda itu. Ia berpikir jika hal itu bisa membuat hubungan antara kedua orang tuanya menjadi lebih baik.

"Bentar. Aku akan berbicara dengan Papa dulu." Alvaro lalu menghampiri Felix Angelo yang masih mengambil barang-barang bawaannya di ruang kerja.

Begitu membuka pintu, Alvaro membantu ayahnya untuk merapikan meja kerjanya yang sedikit berantakan. Kemudian ia berdiri di sebelah Felix Angelo dengan sebuah tatapan penuh harap.

"Biar aku yang mengantarkan Felicia pagi ini. Mulai besok aku pasti akan sangat sibuk dengan berbagai urusan di rumah sakit. Bolehkah, Pa? Papa juga bisa mengantarkan Mama ke kampus. Sepertinya Mama sedang tak baik-baik saja." Alvaro mengatakan berbagai rayuan pada ayahnya. Ia berharap jika sang ayah mengijinkan dirinya untuk berangkat bersama adiknya.

"Ya udah. Biar Papa yang mengantar mama ke kampus, kamu bisa berangkat bersama adikmu ke sekolah." Akhirnya dokter tampan itu mengijinkan Alvaro untuk mengantarkan adik kesayangannya ke sekolah.

Alvaro begitu kegirangan mendengar jawaban ayahnya. Ia pun berlari kecil keluar dari ruang kerja Felix Angelo. Rasanya sangat senang bisa mengerjai ayah dan ibunya.

"Ayo kita berangkat, Gadis manja. Biarkan Mama dan Papa menyelesaikan masalahnya." Lelaki itu menarik tangan adiknya dan mengajaknya masuk ke dalam mobil barunya yang baru saja diberikan oleh Felix Angelo.

Felicia terlihat sangat senang bisa berangkat bersama dengan kakaknya. Ia ingin menghabiskan banyak waktu dengan seorang lelaki yang sudah cukup lama meninggalkan dirinya itu.

Begitu masuk ke dalam mobil Alvaro, Amelia menyadari jika anak gadisnya itu justru memilih untuk berangkat bersama anak laki-lakinya.

"Felicia!" panggil Amelia pada anaknya. Sayangnya mobil itu sudah lebih dahulu meninggalkan rumah itu. Ia terlihat kesal karena kedua anaknya sengaja mengerjai dirinya.

"Biar Papa yang mengantar Mama ke kampus. Tadi Alvaro sudah meminta ijin untuk berangkat bersama adiknya." Felix Angelo mencoba untuk menjelaskan alasan kedua anaknya lebih memilih untuk berangkat sendiri.

Mau tak mau, Amelia pun terpaksa mengikuti ajakan sang suami untuk berangkat bersama. Ia tak mungkin menolak Felix Angelo, meskipun hatinya masih cukup kesal.

Di dalam mobil, Felicia dan juga Alvaro terlihat sangat senang karena berhasil membuat kedua orang tuanya berangkat bersama. Rasanya sangat menyenangkan bisa mengerjai pasangan yang sedang diam-diaman itu.

"Bagaimana jika Mama dan juga Papa berangkat dengan mobil mereka sendiri?" celetuk Felicia pada lelaki tampan yang duduk di sebelahnya.

"Sepertinya Papa juga ingin mengantarkan Mama ke kampus," sahut Alvaro sembari tetap fokus pada jalanan di depannya.

Dalam beberapa menit saja, mereka sudah sampai di depan gedung sekolah baru Felicia. Alvaro ikut turun dari mobil karena suasana sekolah masih sangat sepi.

"Sepertinya masih terlalu pagi berangkat sekarang." Alvaro berdiri di sebelah mobil dan memandang sekeliling halaman sekolah. Hanya ada beberapa murid saja yang sudah terlihat datang ke sekolah.

"Tak apa kan kamu di sini sendirian? Kakak harus segera ke rumah sakit sebelum Papa lebih dulu sampai di sana," pamit Alvaro pada adik perempuan kesayangannya. Sebenarnya ia tak tega namun ia juga tak mungkin berlama di sana.

Felicia hanya menganggukkan kepalanya tanpa memberikan jawaban pada Alvaro. Lelaki itu pun membelai lembut rambutnya sebelum masuk ke dalam mobil. Gadis cantik itu melambaikan tangannya dengan wajah yang terlihat sedih saat kakak laki-lakinya pergi menjauh dari depan gedung sekolah.

Tanpa disadari, sejak tadi James menyaksikan momen romantis antara pasangan adik kakak itu. Entah keberanian dari mana, James menarik tangan Felicia dan membawanya ke sebuah tempat di balik pohon yang cukup besar.

"Tidak bisakah kamu menjauhi Alvaro?" Tanpa menanyakan hubungan di antara Felicia dan juga kakaknya, James langsung melontarkan sebuah pertanyaan yang cukup mengejutkan gadis itu.

"Apa maksud Pak James?" Secara spontan Felicia memberikan pertanyaan balasan pada wali kelasnya itu. Ia masih saja tak mengerti, mengapa James masih saja mencoba untuk menjauhkan dirinya dari Alvaro.

Happy Reading

Chapitre suivant