webnovel

Pendosa SongEr

----------------

Prang!!!

Piring dan mangkuk melayang hingga jatuh dan pecah berkeping-keping di lantai.

Kamar itu berantakan, seseorang duduk meringkuk di ujung ranjang dengan tubuh gemetar.

"Keluar dari sini!" Ia SongEr, sejak sadarkan diri ia menggila, semua orang diusirnya, bahkan pelayan yang membawa makanan untuknya diusir dengan lemparan piring.

"Semua keluar dari sini!!"

LuYan berhenti di depan pintu, seorang pelayan muda yang memungut pecahan piring menundukkan kepala saat melihat pria itu mendekat.

"Masih tidak mau makan?"

Pelayan itu mengangguk,

"Iyah tuan, sejak bangun hanya mengamuk saja"

"Bagaimana dengan obatnya? Ia tidak menyentuhnya juga?"

Pelayan itu menganggukkan kepalanya.

"Iyah tuan, tuan muda juga tidak menyentuh obatnya, masih ada di atas meja hamba belum sempat memberikannya"

LuYan mengangkat tangannya, membiarkan pelayan muda itu pergi.

"Biar aku yang urus"

LuYan berdiri sejenak di depan pintu, melihat ke dalam di mana SongEr yang wajahnya tak beraturan mulai seperti orang gila, memang benar racun itu bisa merusak saraf jika korban tidak merawat diri, tapi untuk SongEr, ini mungkin bukan masalah racunnya. LuYan menarik napas panjang, ini bukan keahliannya, lebih baik mencari tuan mudanya.

---------------------------------

Heeeee!!

Suara kuda melengking

Rombongan klan Jie menepi di sebuah kedai di pinggir jalan, beberapa li perjalanan menuju Xi'an, BaiHu memutuskan untuk beristirahat sejenak, ia menikmati teh hangatnya di tengah udara dingin menjelang sore, seorang ajudannya, SangTao mendekat.

"Tuan besar, menurut penduduk jalan di depan tertutup longsor karena hujan deras semalam, kuda bisa lewat tapi kereta tidak bisa"

BaiHu menarik napas berat.

"Heh, bagaimana dengan jalan lain?" Tanyanya.

"Ada jalur di atas lembah tapi penuh dengan bandit, penduduk tidak menyarankan kita untuk melewatinya, beberapa bandit gunung memiliki senjata rahasia yang mematikan hingga sulit untuk dilawan" jawab SangTao.

BaiHu mengerutkan dahinya, berpikir keras.

"Tapi kita butuh kereta itu, banyak perbekalan kita di dalam, sepertinya kita tidak ada pilihan lain selain melewati lembah, SangTao kau siapkan semua senjata yang ada, untuk beberapa anak muda yang lebih kuat kau atur posisinya, pakaian khusus anti senjata rahasia yang baru kita pesan, kau bisa mengeluarkannya, bagaimanapun kita tidak bisa menunda keberangkatan menuju Xi'an, FeiEr bisa dalam bahaya"

SangTao menghormat.

"Siap tuan!"

----------------------------------------

"Mengirimnya pulang?" Ulang FeiEr.

Ia dan LuYan duduk di ruang tengah di depan kamar membahas masalah penting, langit sudah malam lagi, FeiEr melirik DaHuang yang duduk siaga di depan ranjang HongEr di dalam kamar, anak itu belum bangun juga, cemas FeiEr.

"Tuan muda menurut anak buah hamba tuan muda SongEr ini bukan orang biasa, keluarganya pasti bisa menjaganya lebih baik dari kita, menurut hamba lebih baik mengirimkan satu dua orang pengawal mengantarnya kembali ke rumahnya, kondisinya saat ini cukup mengkhawatirkan"

FeiEr mengerutkan bibirnya, ia berpikir.

"Tapi kak, SongEr bilang ia susah payah keluar dari rumah untuk melihat dunia luar, mengirimnya pulang saat ia lemah, akan membuat ia sangat kecewa, aku iba padanya"

LuYan meneguk tehnya sebentar sebelum melanjutkan ucapannya.

"Heh kita tidak punya banyak pilihan, lebih baik ia memulihkan diri dulu baru berpikir soal hal lain setelah itu"

FeiEr masih berpikir, mengangkat kepalanya melihat LuYan lama.

Saat keduanya masih berpikir, suara DaHuang di dalam kamar mengejutkan keduanya.

"Tuan muda, anda sudah sadar?"

FeiEr bangun dan masuk ke dalam kamar cepat.

"Hong!" Menghampiri ranjang di mana HongEr sudah membuka matanya, ia meraba pipi adiknya lembut.

"Hong, kau sudah bangun, kau ini, membuat kak Fei cemas setengah mati"

HongEr menatap mata kakaknya, ia tersenyum, walau masih gamang dengan apa yang terjadi.

"Kak, he HongEr, mimpi buruk kak, kak Fei" pemuda itu bangun membuka tangannya lebar, memeluk FeiEr erat, seperti yang selalu ia lakukan kalau ia bangun setelah mendapatkan mimpi buruk.

"Kak Fei"

FeiEr mengelus punggung HongEr, membelai rambut belakangnya lembut, ia tersenyum lega, HongEr akhirnya sadar, dan ia baik-baik saja.

"He ada kak Fei di sini, jangan takut kak Fei akan selalu menjagamu"

DaHuang menundukkan kepalanya, ia masih merasa bersalah karena berpikir ia telah gagal melindungi tuan mudanya, tapi ia tersenyum lega.

"Ems tuan muda"

-------------------------------------

SongEr menggeser duduknya, ia duduk meringkuk di ujung ranjangnya di dalam gelap dan tidak membiarkan siapapun mendekat, tidak juga FeiEr yang masuk ke kamarnya barusan.

Kepala SongEr masih penuh dengan bayangan wajah tak berdaya HongEr, juga bagaimana tangannya menyentuh setiap jengkal tubuh anak itu, ia ingin memotong tangannya, ia ingin membunuh dirinya karena melakukan hal bejat itu, tapi ia lemah, tenaganya tak ada, ia hanya bisa meratapi nasib, hatinya sakit bukan main, kepalanya ingin pecah karena rasa yang terus mendesak hingga seakan penuh dan menunggu waktu untuk meledak.

"B bunuh saja aku, a aku , aku menyentuh Hong, de dengan tanganku yang kotor, aku.. aku"

FeiEr duduk, ia menepuk punggung SongEr yang masih gemetar, Song menghindar, rasa bersalahnya sangat besar, mana mungkin ia berani melihat wajah FeiEr saat ini.

"Aku, dengar dari Hong, bagaimana kau selalu melindunginya selama penyekapan, he, aku, heran kenapa tidak ada luka sedikitpun di tubuhnya, ia hampir tidak tersentuh, Hong mengatakan, kau, selalu memberikan tubuhmu manakala orang-orang itu hendak menyentuhnya, kau, terluka di sana sini karena melindunginya, sementara HongEr, he, kulitnya masih mulus, aku, tidak bisa membayangkan apa yang terjadi andai kau tidak ada di sana"

SongEr menghentikan isaknya, perlahan mengangkat kepalanya, wajah yang pucat, tak bergairah hidup, mata yang bengkak karena menangis, itu saja yang bisa ia lakukan karena tenaga dalamnya yang belum pulih, ia menatap FeiEr lama, dan mengalihkan matanya cepat saat FeiEr menoleh padanya.

"A aku, hampir melakukan hal itu padanya, Hong, pasti akan sangat membenciku saat ia tahu, aku, aku tidak pantas.."

FeiEr menarik napasnya panjang.

"Jika aku tidak tahu apa yang terjadi, aku mungkin akan memotong tanganmu karena sudah melakukan itu pada Hong, tapi, aku tahu apa yang terjadi, kau berusaha menahan diri, tabib bilang untuk ukuran anak semuda dirimu bisa menahan diri dari racun semacam itu kau sudah sangat hebat, kau berusaha, aku tahu Song, dan Hong juga pasti mengerti, tapi, untuk saat ini, kau lebih baik tidak mengatakan semuanya dulu padanya, ia masih kecil, belum begitu mengerti hal seperti itu"

FeiEr berdiri dari duduknya, menarik pinggangnya yang pegal.

"Hooh aku akan istirahat yang cukup, besok akan lanjutkan perjalanan, kau, bisa kembali ke rumahmu, kak Yan sudah mengurus dua orang untuk mengantarmu pulang, dengar-dengar rumahmu hanya berjarak beberapa kilometer dari sini, tidak butuh waktu seharian pasti sudah tiba khan"

FeiEr hendak menuju ke pintu tapi suara SongEr menghentikannya.

"Aku akan melindungi Hong!" Serunya keras.

FeiEr mungkin salah dengar, ia membalikkan tubuhnya.

"Eh apa maksudmu?"

SongEr yang masih gemetar karena pengaruh luka dalamnya memberanikan diri melihat mata FeiEr.

"Aku, akan melindungi HongEr, dengan nyawaku sekalipun! Aku, akan melindunginya, j jangan menjauhkan aku.."

FeiEr menyeringai, ia mendekat,

"He, kau bahkan tidak bisa mengangkat piringmu saat ini, bagaimana kau bisa melindungi Hong? Lagipula itu bukan salahmu, kau hanya korban, aku tidak akan mempermasalahkannya, kau bisa kembali ke rumahmu dan melanjutkan perjalananmu saat kau pulih, dahulukan dulu mana yang lebih penting"

SongEr mengepalkan tangannya, walau harus menyeret tubuhnya ia berusaha turun dari ranjang, dengan tertatih akhirnya berhasil mendekati meja, ia mengambil mangkuk yang penuh dengan obat, meneguknya sekali banyak langsung masuk ke tenggorokannya, ia meletakkan mangkuk kosong ke atas meja kuat.

"Buk!!"

FeiEr masih berdiri di tempatnya,

"Aku, akan minum obat, aku akan berlatih lebih kuat, aku akan mendengarkan kata semua orang, aku, akan melindungi HongEr, kumohon, biarkan aku lakukan hal itu, biarkan aku, tetap berada di sampingnya, ku mohon"

FeiEr menahan napasnya, ia tidak bisa mengatakan apapun saat ini, yang pasti pemuda di depannya, SongEr berubah cepat, pemuda itu melihat FeiEr dengan tatapan penuh nyala api di sepasang matanya, ia kembali, SongEr yang pertama ia kenal.

--------------------

Chapitre suivant