webnovel

Hong 'Mei' Er

============

TangYuan berhenti di depan FeiEr dan HongEr, digandeng tangan HongEr ke belakangnya.

"FeiEr apa yang kalian lakukan? Tahu tidak orang memperhatikan kalian tahu, HongEr kau ke sana ada paman FuWang di sebelah sana, beliau pasti mencarimu sejak tadi"

HongEr mengangguk, ia hendak pergi tapi lagi-lagi FeiEr menahan tangannya.

"Ibunda ini bagaimana sih, HongEr masih belum pulih benar dan Ibunda menyuruhnya bekerja, katanya Ibunda tidak mau jahat seperti ibu tiri tapi kenapa memperlakukan HongEr seperti ini?" Suara FeiEr keras, TangYuan terkejut putranya bisa bicara sekeras itu padanya di depan orang banyak, ia mendekati FeiEr dan menariknya menjauh dari pintu.

"FeiEr ini" dicubit tangan FeiEr gemas.

"Kau bilang apa tadi? Ibunda ibu tiri? Bagian mana yang ibu tiri, bicara ini keterlaluan sekali, kalau orang lain dengar nanti dipikir beneran lagi, kau ini mau jadi anak durhaka yah"

HongEr menutup mulutnya menahan tawa, dari kejauhan KaiLe masih melihat ke arahnya, ia terpana, senyum HongEr, matanya yang seakan tersenyum begitu indah, membuat detak jantungnya berdegup sangat cepat, ia merasakan panas dalam hingga ke dalam dadanya, perasaan aneh langsung menyelubunginya, dialihkan pandangannya cepat saat HongEr menoleh.

"Eh Yang Mulia, hamba tinggal sebentar yah" BaiHu melihat keributan antara istrinya dan FeiEr, orang lain mungkin tidak akan menyadarinya tapi BaiHu tahu anak ibu itu sedang berargumen lagi, seperti biasanya.

"I Iyah, silahkan tuan Jie" jawab KaiLe agak gagap.

Setelah BaiHu menjauh, Tao mendekat, berbisik pada tuan mudanya.

"Yang Mulia, apa yang anda pikirkan?"

KaiLe duduk kembali di tempatnya, ia batuk kecil mengeluarkan tekanan di dadanya.

"Uhuk, tidak ada apa-apa Tao, katakan pada yang lain kita akan menginap satu atau dua malam di sini, biarkan yang lain segera beristirahat"

Tao memberi hormat.

"Baik Yang Mulia, hamba akan sampaikan pada yang lain"

KaiLe mengibaskan tangannya dan membiarkan Tao keluar ruangan.

"Silahkan"

Acara semakin ramai.

Beberapa tamu undangan sudah mengeluarkan koleksi terbaik mereka dan menempatkannya pada meja yang sudah disediakan, setiap tamu akan diberi emblem sebagai identitas pribadi mereka, dan setiap kali menyukai sebuah barang mereka akan menaruh emblem tersebut di barangnya, benda dengan emblem terbanyak akan memasuki sesi lelang yang akan dilaksanakan menjelang malam, tapi benda dengan satu atau dua emblem saja akan diselesaikan di tempat oleh petugas yang sudah siaga.

KaiLe bergerak mengelilingi sebuah benda yang menarik perhatiannya, sebuah mangkuk tinggi perak dengan ornamen menyerupai burung merak di badan dan di pegangannya, sangat indah menurutnya, tapi benda itu belum ada yang menawar, sepertinya para pengunjung akan selalu melewatinya.

HongEr melewatinya, sesaat KaiLe seperti sedikit terkejut melihat HongEr lewat hingga menarik perhatian HongEr dan ia berhenti.

"Eh Yang Mulia, apa ada yang bisa dibantu?"

KaiLe melambaikan tangannya.

"Eh tidak he aku hanya melihat-lihat"

HongEr mengangguk, ia hendak melanjutkan jalannya kembali karena sepertinya pangeran muda itu tidak butuh bantuannya, tapi suara KaiLe kembali menghentikannya.

"Ini..ehem, kenapa, benda ini, tidak ada yang menawar yah? Padahal ini bagus sekali"

HongEr mendekat,

"Ini? Ini adalah bejana Patah hati"

KaiLe membelalakkan matanya, ia takut salah dengar.

"Apa tadi? Bejana, patah hati?"

HongEr mengangguk.

"Iyah, menurut Ibunda benda ini sudah ada sejak pelelangan dua belas tahun lalu, sampai sekarang belum ada yang menawarnya, mungkin karena legenda di balik bejana ini membuat ia tidak dilirik siapapun, siapa yang mau menyimpan benda yang membawa kesedihan seperti ini?"

KaiLe mengamati bejana itu, bentuknya indah, ukirannya sangat detail, permukaan yang mulus dan mengkilap, tidak ada yang aneh darinya, kenapa benda secantik itu bisa jadi menyedihkan?

"Apa, pangeran mau? Ini tidak ada yang menawar, asal tahu Ibunda mungkin akan memberikannya gratis pada anda"

KaiLe menegakkan tubuhnya, HongEr berbisik dengan posisi sangat dekat padanya hingga harum tubuhnya sekilas tercium olehnya,, membuat ia tambah gugup.

"Eh I itu, emm" tapi pangeran muda itu mengerutkan dahinya, sejak tadi 'gadis muda' itu menyebut kata yang membuat ia bertanda tanya.

"Emm Ibunda itu, maksudnya siapa?"

HongEr gagap, ia salah bicara, ia lupa kalau saat itu ia tengah bertugas sebagai gadis penyambut tamu, ia tersenyum sambil menggaruk kepalanya.

"He Iyah maaf maksudku, Yang Mulia tuan putri"

KaiLe hendak mendekat lagi tapi seseorang muncul dengan cepat.

"HongEr! Kau ini aku cari-cari sejak tadi" FeiEr, yang segera menarik tangan HongEr ke belakangnya, ia melihat KaiLe dengan mata tajam, entah kenapa tapi keduanya sepertinya kurang menyukai satu sama lain, bahkan sebelum keduanya saling mengenal.

"Ehhem tuan muda ini.." sambut KaiLe.

FeiEr enggan melihat ke arah KaiLe, energi pangeran muda itu terlihat tidak baik di matanya, ia menarik tangan HongEr.

"Ayo, temani qeqe ke sana, ada kakak sepupu datang mereka pasti akan mulai menanyakanmu, jangan buang waktu di sini, memang kau ini pelayan yang harus menjelaskan segala hal"

"Kak kenalkan dulu beliau adalah Yang Mulia KaiLe pangeran dari Hua"

FeiEr melirik KaiLe, pangeran muda itu melempar senyumnya yang paling ramah, walau itu terlihat berat sekali, ia dan FeiEr saling memberi hormat.

"Tuan muda Fei, lama mendengar reputasi Anda yang cemerlang, sungguh keberuntungan bisa berjumpa dengan anda hari ini"

"Bukan hal besar, semoga saja reputasi yang anda dengar bukan yang buruk yah" balas FeiEr dengan nada agak sinis.

Entah kenapa FeiEr seperti mendengar sedikit nada ejekan dari pangeran yang wajahnya sangat menarik mata itu, semua bagian wajah hingga kakinya sangat menarik, pakaiannya juga bukan desain yang biasa ia temui di negeri Tang, ia sudah dengar kalau negara Hua memang terkenal dengan keindahan busana dan perhiasannya, juga orang-orang dengan wajah yang terlahir rupawan.

"Sungguh keberuntungan juga menjadi milik hamba, kalau boleh permisi sebentar Yang Mulia, hamba ada urusan penting di sebelah sana, mohon undur diri"

KaiLe menundukkan kepalanya.

"Oh silahkan tuan muda Jie"

Tanpa menunggu FeiEr menggandeng tangan HongEr beranjak pergi.

"Ayo HongEr cepat"

"Kak tunggu"

Di sisi lain.

Sekelompok tamu agung yang datang dari istana.

Ada TangYi, putra mahkota yang tak lain adalah kakak sepupu FeiEr, tinggi hampir seratus sembilan puluh senti, wajah yang tampan bercahaya bak permata, keturunan keluarga istana yang hampir tidak ada cacatnya, usianya dua puluh empat tahun, tiga tahun di atas FeiEr, ia adalah putra tunggal permaisuri Gao Niang putri dari jenderal Gao dan otomatis gelar putra mahkota diberikan padanya sejak ia lahir, ia sopan, terpelajar, memiliki etiket yang baik, rendah hati, hebat dalam ilmu politik, negosiasi hingga dagang, menguasai segala jenis alat musik hingga senjata tajam, walau ia tak memerlukan semua itu untuk membela diri karena di sisinya banyak pengawal pribadi yang terus menempel padanya, ia seorang sosok putra mahkota yang paling sempurna, tidak diragukan lagi kelak negeri ini akan semakin makmur di bawah pemerintahannya.

Datang bersamanya TangWen, adik perempuan dari lain ibu, putri yang cantik luar biasa, konon ia sudah menjadi tunangan pangeran pertama negeri Hua dan akan menikah saat usianya genap dua puluh tahun, itu beberapa bulan lagi, ia bertubuh mungil, kulit bersih dan berkilau bak permata, rambut panjang hitam terurai hingga bawah pinggang, putri itu mendapat didikan yang sangat baik oleh guru istana hingga tumbuh menjadi seorang gadis muda yang terpelajar dan sopan, siapapun akan langsung menyukainya.

Kedatangan FeiEr dan HongEr membuat dua kakak adik itu bersemangat setelah hampir mati bosan tadi.

==============

Chapitre suivant