===========
TangYi langsung menyambut HongEr dan mengajaknya duduk bersama.
"Adik Hong, kau kemana saja sejak tadi ditunggu!" Seru TangYi.
FeiEr mendekat, tapi ia tidak sendiri, ada seorang lagi di belakangnya, TangYi dan TangWen saling berpandangan, itu orang asing, pikir keduanya.
"Salam kak Yi, kenalkan ini ada pangeran muda dari Hua, KaiLe" salam FeiEr.
TangYi melihat KaiLe dari bawah kaki hingga atas kepala, pangeran muda itu artinya pangeran yang bukan bagian dari keluarga inti, bisa jadi anak dari putri atau sepupu raja hingga mungkin itu sebab ia belum pernah melihat pangeran itu saat kunjungannya ke negara itu.
"Salam Yang Mulia" hormat KaiLe, TangYi dan TangWen ikut menghormat.
"Salam Yang mulia, senang bertemu dengan anda"
Kelimanya lalu duduk mengitari meja bundar besar yang khusus disediakan untuk keluarga.
KaiLe tidak ada habisnya melihat HongEr yang sepertinya begitu akrab dengan TangYi, beberapa kali tangan jahil TangYi menggelitik hingga mengacak rambut 'anak gadis' itu, mereka pasti sangat akrab.
"Kak Yi yang lama tidak datang, HongEr sampai bosan"
TangYi mengeluarkan hadiah yang sejak tadi ada di atas meja, sebuah tusuk rambut berwarna emas kemerahan dengan ukiran burung merak yang menjadi ciri HongEr, itu julukan dari semua saudaranya untuknya, Merak merah yang anggun.
"Ini cocok sekali untukmu Hong" seru TangYi, TangWen menepuk tangannya, ia gemas pada HongEr dan beberapa kali ingin sekali mencubit pipinya, tapi dasar tangan TangYi selalu menghalanginya.
"Ich kakak ini biarkan aku dekat HongEr kak"
FeiEr meneguk tehnya, ia mengerutkan dahinya dalam, ia tidak tahu kalau kakak putra mahkotanya akan berkunjung hari itu, kabar terakhir ia sedang belajar di MoShan bersama guru besar selama beberapa bulan, dan seharusnya ia belum kembali, tapi hari itu, sepertinya ia sudah tidak sabar ingin bertemu HongEr dengan segala hadiah yang dibeli dari negeri Mo.
FeiEr menyandarkan pundaknya, hari ini benar-benar akan melelahkan sekali.
"Hehehe kak Yi sudah deh jangan menggoda HongEr terus" pipi HongEr semakin merah karena TangYi terus menggodanya, kedekatan keduanya memang tidak tertandingi selain oleh FeiEr, hal yang mengkhawatirkan, hesah FeiEr.
KaiLe meneguk tehnya, TangWen tersenyum ke arahnya.
"Pangeran KaiLe menyukai hidangan Tang kami?"
KaiLe mengangguk.
"Yah cukup suka, rasanya beragam, agak sedikit pedas kalau dibandingkan dengan masakan Hua, tapi rasanya sangat berbeda"
Tak lama mendekat San Tu membawa makanan pesanan FeiEr.
"Tuan muda ini makanannya"
FeiEr hanya menganggukkan kepalanya membiarkan San Tu meletakkan makanan itu di atas meja di depan HongEr, HongEr dan TangYi yang tengah bersenda gurau menghentikan gurauan mereka.
"Waah kak FeiEr benar membelinya!" seru HongEr terpana, ia menyukai kue itu, hanya kue kacang biasa yang sering dibelikan FeiEr setiap ia keluar lembah, dan saat sakit kemarin HongEr sangat mengidam makanan itu.
"Waah hebat juga kau Fei, aku dengar kue ini hanya dijual di perbatasan Hua, kau sempat ke sana membelinya?" Puji TangYi, HongEr meraih kue itu dan memakannya dengan lahap, matanya berbinar, ia memegang satu masing-masing di kedua tangannya, seperti anak kecil.
KaiLe yang sejak tadi duduk di samping FeiEr akhirnya berusaha membaur, ia senang sekali melihat cara makan HongEr yang lahap.
"Hehe adik Hong suka yah? Ini makanan khas dari negara kami, kebetulan aku juga membawanya serta hari ini" asik, pikir KaiLe, ia ada kesempatan sangat bagus tepat di depan matanya.
HongEr mengangkat kepalanya, ia melihat KaiLe dengan matanya yang bulat besar seolah KaiLe itu adalah bintang yang sangat indah.
"Benar Yang Mulia? Wah ini hebat sekali, rasa asli dari negara Hua pasti lebih enak yah"
KaiLe tersenyum.
"Hehe entahlah, mungkin sama saja, kalau benar buatan penduduk Hua rasanya mungkin akan sama"
FeiEr menegakkan duduknya, menghalangi HongEr dan KaiLe .
"Rasanya pasti sama, HongEr ini sudah banyak sekali memangnya masih kurang yah, nanti kalau kau sakit perut bagaimana?"
"Akh Qe rasanya pasti beda, HongEr juga ingin mencoba yang dibuat oleh koki istana Hua"
*** Qe = Kakak Laki-laki
"Rasanya pasti sama saja" seru Fei.
KaiLe menutup mulutnya menahan tawa, sikap manja dan merajuk HongEr semakin membuatnya gemas, pipinya mengembung karena kesal FeiEr terus menggodanya, sementara TangYi juga tak bisa duduk menjauh darinya, ia terus menempel pada HongEr, dalam hati KaiLe, anak gadis di depannya memang kesayangan semua orang termasuk TangWen yang sesekali mencubit pipi HongEr gemas.
Acara perayaan berjalan lancar, bahkan masih ramai hingga melewati tengah malam.
FeiEr memapah TangYi yang sudah mabuk ke arah kamarnya di bungalow Naga Emas, satu bungalow termewah di samping bungalow milik FeiEr.
JieTai qu memiliki banyak bungalow dengan desain yang indah dan nyaman untuk ditempati hingga tamu akan selalu merasa betah.
"Ayo HongEr, minum lagi!" TangYi meracau, FeiEr menyerahkan pangeran mahkota itu ke pengawal pribadinya aYao di depan pintu kamar.
"Tuan muda" hormat aYao.
"Pangeran mu ini, senang sekali ke rumahku dan mabuk, benar-benar tidak berubah, sebentar lagi pelayan akan membawakan sup anti mabuk untuknya, pastikan ia makan yah"
AYao mengangguk, TangYi sudah lunglai dengan wajah merah karena mabuk berat di tangannya, tetap saja ia terus meracau.
"JieFeiLongYuan jangan pelit, memangnya HongEr hanya milikmu seorang yah kau ini"
FeiEr kesal, TangYi menyebut namanya dengan lengkap dengan sembarangan, membuat ia tambah kesal.
"Ich kak Yi ini" tapi terpikir, ia ingat kalau HongEr mengantar TangWen ke kamarnya, masalahnya bukan itu, ada KaiLe bersamanya, ia harus cepat bergegas.
"Aku tinggal dulu Yao!" Seru FeiEr.
"Baik tuan muda"
Dengan susah payah aYao memapah tuannya masuk kamar.
"Ayo Yang Mulia kita ke kamar yah, hati-hati"
"Huh FeiLong itu pelit sekali, masach pegang HongEr saja harus dibatasi, dasar orang pelit"
==============