webnovel

EP 7-Satu Malam dengan Ibu dan Adik Tiri

Jenn dipaksa untuk menginap disini. Padahal dia sudah jelas-jelas terus menolaknya, semua nya berasal dari hujan deras yang tak kunjung redah, sedangkan dia kesini menggunakan taksi. Astaga... Minho dan Jiwon juga tidak mengangkat panggilan telepon nya. Tidak ada pilihan lain selain menginap di rumah ini, hanya untuk satu malam saja.

"Eonnie... Kamu akan tidur di sini selamanya?" Tanya Do Yeon dengan ingin menjahilinya lagi.

Jenn hanya diam saja. Tidak membalas sama sekali. Lagipula percuma dibalas orang dia ngeselin banget.

Jenn hanya sibuk dengan ponselnya, dia mencoba untuk bermain game dengan tenang tanpa ada gangguan dari Do Yeon sama sekali. Tapi tetap saja gadis itu terus mengoceh tentang ini dan tentang itu. Sebenarnya tidak enak jika terus mencuekkan nya seperti ini.

"Kamu punya teman curhat?" Tanya Jenn dengan menatap wajah Do Yeon.

"Y-ya... Ya... Punya sih. Tapi dibandingkan gabut, kan lebih baik ngomong sama kak Jenn." Balas nya dengan tersenyum lebar.

Jenn menggeleng. Dia tidak ingin teman curhatnya Do Yeon, dia hanya baik jika ada mau nya saja. Jenn segera berjalan menuju lift dan pergi ke kamar mandi 3 tempat dirinya tidur.

Astaga... Hari ini dia benar benar tidak menyangka sekali, jika ayahnya sekaya ini. Meski ibunya juga kaya, tapi tidak seluas dan semegah ini rumahnya, dia bahkan merasa iri sekali dengan kehidupan ayahnya. Sedangkan hak asuhnya jatuh pada tangan ibunya. Mungkin saja jika dia berada bersama dengan ayahnya dia akan menjadi anak yang seperti Do Yeon.

Sepertinya Jenn harus tidur saat ini, sudah jam 1 pagi. Berbicara dengan Kim Do Yeon membuatnya mengantuk. Suara rintikan hujan dan dinginnya angin malam membuat dirinya semakin larut dalam tidurnya. Dan terus tidur hingga dia tidak sadar jika dia tidur beneran di rumah keluarga barunya ini. Iyuh... Jijik sekali memanggil mereka dengan sebutan 'Keluarga'.

****

Suara alarm nya berdering dengan sangat keras sekali, membuatnya langsung terkejut, tersentak, dan segera bangkit dari tempat tidurnya. Sebenarnya dia tidak akan menyangka jika hari ini dia benar-benar tidur di rumah ini. Baru saja dia membuka matanya, tiba-tiba saja ibu tirinya datang dengan membawa vacum cleaner.

"Jenn ssi... Bisakah kamu membersihkan lantai tiga ini? Hmm... Jebal... Pembantunya sedang pergi... Kita tidak ingin membuat mu kerepotan. Hanya saja...."

"Aku tidak akan melakukan nya. Memangnya aku pembantu mu?" Ketus Jenn dengan segera masuk ke dalam kamar mandi, dan membersihkan dirinya agar bersih dari najis rumah ini.

Setahu dia ibunya Do Yeon adalah seorang pendosa, dia adalah wanita malam yang secara tidak sengaja bertemu dengan ayahnya dan menghasilkan Do Yeon, dan mau tidak mau mereka harus menikah karena hasil yang mereka buat. Memalukan untuk menceritakan nya tapi yang jelas, yang terjadi saat ini adalah seperti itu.

Jika dirinya akan disuruh-suruh hari ini dia akan pergi langsung tanpa berpamitan pada ayahnya.

"Jenn eonnie!!" Teriak Do Yeon dengan menggedor gedor pintu kamar mandinya.

Jenn segera membuka sedikit pintu kamar mandinya, menengok keluar, siapa sebenarnya yang datang padanya itu, rupanya itu adalah Do Yeon yang dengan sengaja membuat dirinya merasa bimbang.

Untung saja Jenn sudah mengenakan handuknya.

"Ya eonnie... Kalau numpang tuh tau diri dong! Apa sih susahnya bersihin lantai 3 huh? Toh kakak juga nginep di sini semalaman. Kakak juga yang nginjek nginjek lantainya." Ketus Do Yeon dengan membuat kesal Jenn.

Tidak mendengarkan nya. Jenn malahan sibuk mengurusi rambutnya yang sedikit basah, dan dia mulai memakai pelembab di wajahnya.

"Eonnie!" Teriaknya dengan kesal-kesal sendiri.

"Jangan bicara padaku. Jangan bicara seolah kamu tidak menginjak nya juga. Memangnya aku siapa? Pembantu kalian? Seharusnya kau bersyukur dan berterima kasih pada ku. Karena jika tidak ada ayahku kamu tidak akan hidup." Balas Jenn.

Do Yeon tersentak. Astaga. Kenapa disaat saat seperti ini Jenn malahan membicarakan hal lainnya! Membuatnya merasa sangat sebal sekali.

"Sebenarnya aku tidak ingin membicarakan hal hal ini. Tapi kau memancingnya lebih dulu." Ketus Jenn dengan segera memakai bajunya dan pergi dari tempat ini.

Baru saja dia sampai di lantai 1 tiba tiba saja papanya memanggil dirinya. Dan tanpa basa basi segera menampar wajahnya. Plak! Itu adalah tamparan yang sangat keras sekali, dia menyangka jika misalnya ayahnya melakukan hal tersebut pada nya. Astaga. Demi apa... Bisa bisanya ayahnya melakukan hal seperti itu kepada dirinya sendiri.

"Bersihkan lantai tiga! Setelah itu kamu boleh pulang!" Bentaknya.

Jenn mendengus sebal. Dia tidak peduli. Meski dia akan di tampar atau mungkin dia akan di pukul lagi, dia hanya akan pergi tanpa ingin membersihkan lantai 3. Memangnya dia siapa? Pembantu panggilan?

Jenn segera pergi dengan santainya. Meski dia di pukul dengan menggunakan sapu oleh papanya. Papanya seolah berubah menjadi monster yang jahat ketika ibu dan do Yeon yang menyuruhnya.

Drtt...drrtt...drrtt...

Ponsel nya berdering saat dia berjalan keluar dari rumah ini. Itu adalah Minho.

"Ya Oppa... Kamu kemana saja huh!?" Bentak Jenn yang sebal sekali.

"Mianhe... Aku kemarin malam tertidur. Kamu juga menelepon ku ketika hujan malam hari deras. Suaranya tidak terdengar. Mianhe." Jawab nya dengan terkekeh.

Jenn segera berlari keluar gerbang rumah ini, dan dia melihat Minho yang telah melambaikan tangan nya dengan menggunakan mobil Jeep. Benar. Pria ini sepertinya baru saja memancing kemarin. Dia bahkan bisa melihat bubuk pasir lembut lembut di ban mobilnya.

"Ya Jenn ya... Kenapa wajahmu hm? Apakah seseorang memukulmu?" Tanya nya dengan Kebingungan, sedih, dan merasa bersalah sekali.

"Biasa. Papa." Jawab nya.

Minho menyentuh bibirnya Jenn yang sedikit sobek. Dia harus segera mengobatinya. Mengambil kapas dan obat merah. Dia harus membenarkan nya sendiri.

"Apakah ada luka lainnya?" Tanya Minho. Matanya tepat sekali di depan mata Jenn.

Astaga. Itu membuat Jenn merasa jantungan. Kenapa dekat banget sih? Dia jadi takut.

"Ada... Tapi dipunggung. Tak apa. Hanya memar sedikit. Aku nanti akan meminta bantuan Jiwon eonnie." Jawab Jenn dengan tersenyum tanda terima kasih.

"Bukalah." Ujar Minho dengan polosnya.

"Ya? Kau cabul? Oppa... Plis lah..." Omel Jenn yang membuat Minho hanya bisa bergeleng geleng saja.

Dia tidak menyangka jika jadinya seperti ini. Minho rasa dia dengan jiwa laki nya mulai meronta ronta.

"Apakah do Yeon ada di rumah?" Tanya Minho. Kata pria itu Do Yeon adalah gadis yang cantik meski dia menyebalkan.

"Ada. Aish... Dia menyebalkan sekali. Dia selalu memakai barang kesukaan ku! Barang yang seharusnya tidak dia sentuh!" Amuk Jenn dengan merasa kesal sekali.

Satu malam bersama dengan ibu dan anak tiri membuat dia hampir muntah dan merasa jika dia tidak bernapas, jantungnya pun juga berhenti bekerja karena wajah dan omongan mereka yang menyebalkan.