Setelah kerusuhan yang terjadi di sungai Han, terlepas dari apa yang sebenarnya ramai diperbincangkan, soal bunuh diri, bahkan beberapa orang mengira jika dia adalah korban pembunuhan. Jenn sibuk mengalihkan pandangan nya hingga tidak tau apa yang terjadi disekelilingnya.
Seseorang tiba-tiba saja menghampirinya, memberikan sebuah kartu nama.
"Annyeong haseyo... Apakah kamu Jennifer Kim?" Tanya nya.
Dia adalah pria berusia 45 tahun? Yang menggunakannya topi baret wol dengan model klasik retro itu. Jenn mencoba untuk tidak menghiraukan nya. Dia berusaha untuk mengabaikan.
"Hubungi aku jika kamu tertarik." Ujar nya dengan tersenyum lebar, pergi begitu saja.
Jenn melirik kartu nama itu setelah orang nya pergi. '180 degree entertainment' nama yang klise. Dia tidak tertarik sama sekali.
Drrttt...drrtt...drrtt...
Ponsel nya berdering, Jiwon menelepon nya. Apa yang akan dia katakan padanya saat ini? Bukannya ibunya sakit? Kenapa di tidak fokus saja dalam hal itu?
"Ne?"
"Jenn ssi... Kamu menerima nya? Kartu namanya?"
Jenn berdeham.
"Terimalah." Sahut Jiwon.
"Kau gila? Aku tidak berniat untuk melakukan hal itu disini. Jangan mengacau." Ujar Jenn.
"Sayangnya kamu terlambat. Aku telah menandatangani nya. Datanglah besok untuk audisi. Ada beberapa hal yang perlu kau urus. Jadwal mu padat." Balas Jiwon dengan mematikan ponselnya.
Jenn menyeringai. Inilah teman nya yang selalu bertindak seenak dan semaunya sendiri. Entahlah permainan apalagi yang akan mereka coba kali ini.
Jenn berjalan kaki di sepanjang sungai Han, mengamati beberapa orang yang sibuk berkencan di wilayah ini. Jenn memutuskan untuk duduk di pinggir danau, melamun, apa yang sebenarnya dia lakukan selama ini... Kenapa setelah dia mencoba untuk melupakan nya... Dia malahan tidak bisa melupakan nya.
"Baiklah. Aku harus tenang..." Ucap Jenn.
Serangan paniknya selalu saja muncul disaat dia melihat sekumpulan anak anak dewasa yang masih muda itu berkumpul. Itu terlihat sangat menyenangkan sekali... Andai saja dia bisa merasakan masa masa yang sama seperti itu. Bahkan saat dia wisuda, semua teman nya tidak mengajak nya berfoto. Hanya beberapa orang, dan kebanyakan mereka tidak satu jurusan dengan dirinya.
Saat dia sibuk berjalan di pinggiran jalan, tiba-tiba saja seseorang memberikan sebuah brosur. Terkait dengan perusahaan 180 degree entertainment. Entahlah apakah sang bos yang tadi menemuinya itu sengaja melakukan hal ini?
Jenn membacanya. Tidak terlalu istimewa. Perusahaan itu pantas untuk dirinya, dimana dia bisa membangun dirinya dari nol. Jenn menganggukkan kepalanya, segera menelepon orang yang tadi memberikan nya kartu nama.
"Aku Jenn. Jennifer Kim. Tuan Park In Seong ssi?"
"Iya. Aku Park In Seong, CEO dari 180 degree entertainment." Balasnya dengan suara sangat ramahnya itu.
Jenn segera menganggukkan kepalanya dan tersenyum lebar.
"Aku akan menerima tawaran kontraknya. Aku juga akan ikut audisi besok. Tolong bantuan nya...." Kata Jenn dengan sopan.
"Wah Daebak! Akhirnya kamu ingin masuk ke dalam agensi ini! Aku benar-benar mengharapkan nya meski itu sangat susah sekali... Ahahaha... Baiklah, aku akan menunggu kehadiran mu besok. Good luck!"
Jenn mematikan ponselnya. Apa yang dia lakukan? Mengapa dia menerima kontraknya? Entahlah...
"Kenapa aku harus tertarik sih." Ketus Jenn pada dirinya sendiri.
****
Sebuah benda besar terdapat di depan halaman rumah nya, itu adalah mobil limusin. Bagaimana bisa ayahnya itu lebih nyaman dan enak hidupnya setelah tinggal dengan istri keduanya? Dan mencampakkan dirinya dengan ibunya?
Rumah elegan yang besarnya seperti istana merdeka, berwarna putih bersih, halaman rumah dengan rumput yang dipangkas dengan rapih. Kenapa rumah ini terlihat unreal? Seperti berada di dongeng. Jenn jadi enggan untuk menakan tombol bel nya.
Dia berbalik badan, mengurungkan niatnya nya untuk bertemu dengan ayahnya. Apakah dia harus bertemu dengan ibunya dulu? Baru bertemu dengan ayahnya?
Tidak tidak... Hubungan nya dengan mama lebih parah dibandingkan hubungan nya dengan papa.
Limat menit berdiam diri ditempat. Gelisah. Apakah dia harus ganti baju yang lebih formal lagi? Tapi itu akan membuat waktu nya terbuang percuma.
"Jenn?" Tanya seseorang yang datang ke arahnya.
Itu adalah papanya. Usianya sekarang sudah mencapai 50 tahun. Wajah nya tidak terlalu tampan lagi, dia lebih banyak keriput. Tubuhnya semakin gemuk, pasti dia banyak mendapatkan uang disini.
Jenn membungkuk sopan, setelah itu beranjak berdiri.
"Kamu baru saja pulang? Ku dengar kamu sudah lulus kuliah. Benar kah?" Tanya papa dengan membukakan pintu rumahnya.
Jenn mengangguk.
Rumah yang sangat luas ini berada di hadapan mata Jenn. Lantai marmer memadati rumah ini, beberapa puing emas yang ada di setiap lampunya. Dan ada sebuah karpet merah di tengah-tengah ruangan nya.
Rumah ini terlihat seperti museum emas saking mewah dan besarnya.
"Hai!" Sapa seorang wanita.
Itu adalah adik tirinya. Namanya Kim Do Yeon. Dia terlihat cantik, langsing, dan tinggi. Lebih tinggi darinya. Mungkin tingginya sekitar 170 cm? Entahlah... Memandangnya membuat Jenn merasa insecure.
Tapi yang membuat Jenn sebal dan kesal adalah, dimana gadis itu memakai kaus bertuliskan 'SMILE' dengan emosi tersenyum yang merupakan hadiah ulang tahun ke 20 tahun. Kenapa dia harus memakainya tanpa bilang ijin?
"Pa. Aku tidak ingin makan. Hanya ingin menyapa saja." Kata Jenn dengan merasa tidak senang ketika disambut dengan makan malam.
"Tak apa... Duduklah..." Balas papanya.
Tak lama setelah itu, tiba-tiba saja seorang wanita karir yang usianya masih 40 tahun, yang jarak usianya terpaut 10 tahun dari papanya datang. Ibu tiri. Jenn menghembuskan napasnya. Kenapa dia harus memilih menghabiskan waktu disini sih? Lihatlah dirinya merasa kepanasan sekali.
"Apakah AC nya berfungsi dengan baik? Kenapa aku merasakan panas?" Tanya Jenn dengan mencoba untuk tidak berkeringat.
Kim do Yeon tersenyum. Dia tahu jika kakak tirinya itu sedang menyindir karena merasa tersinggung.
****
"Jadi sebenarnya apa yang akan kamu lakukan dengan Jenn?" Tanya Minho dengan menatap gadis yang ada di depan nya ini.
Dia baru saja pulang dari rumah ibunya jam 9 malam ini.
"Aku akan mendaftarkan dia sebagai salah satu model. Aku ingin dia kembali bersinar." Ujar Jiwon.
Minho tersenyum tipis. Dia mengangguk, di depan nya sekarang, dia sedang membaca brosur tentang detail perusahaan itu.
"Heol... Perusahan ini sudah berdiri 56 tahun. Kenapa aku tidak tahu?" Tanya Minho.
"Masa jayanya di tahun 1970. Dimana dia adalah perusahan yang mendebutkan model terkenal. Tapi di tahun 1980, setelah bisnis nya unggul selama 10 tahun, sang bos menghilang. Tidak jelas hilangnya mengapa."
Minho terkekeh. Ada penjelasan yang konyol disini.
"Bagaimana bisa tiba-tiba menghilang?"
"Entahlah. Mereka bilang jika dia terlalu gila setelah memotret selama bertahun-tahun. Ahahahaha... Tapi jangan salah Minho. Di tahun 1990 dia mengeluarkan edisi baru yang trend sekali. Kamu tahu 2ne1? Girl grup itu...."
Minho mengangguk. Para pria tergila-gila dengan grup itu.
"Dialah yang membuat musik video, outfit, beberapa majalah nya... Dia adalah perusahan yang baik."
"Tapi dia hanya berjaya kurang lebih 1 tahun dalam 10 tahun. Iya kan?"
Jiwon tersenyum tipis.