webnovel

EP 42-Dasar Tidak Peka!

"Annyeonghaseyo bibi." Ucap Minkyu berusaha untuk sopan, pada pandangan pertama entah kenapa wajah ibunya Jenn... Sungguh familliar. Tapi dia tidak langsung menyimpulkan hal tersebut.

"Hm. Siapa nama mu kemarin eoh? Lee... Lee... Minhyuk?" Tanya ibunya Jenn asal.

Minkyu menahan tawa, maklum sudah tua suka pikun, pikirnya.

"Lee Minkyu imnida." Jawabnya menganggukkan kepalanya canggung.

Kemudian Minkyu berniat untuk berpamitan, akan tetapi tiba-tiba saja ibunya Jenn menahan gerakan tangan pria itu.

"Apa kamu mencintai Jenn?" Tanya Ibunya.

"Maksudnya?" Minkyu terdiam seketika, pertanyaan apa itu.

"Aniyaa... Bibi ini lama tinggal di Prancis. And.. saya pikir bibi kurang memperhatikan Jenn selama ini. Jadi bibi hanya memastikan apakah ada seseorang yang pantas untuknya." Balas Mrs. Kim panjang lebar.

Minkyu mengangguk sejenak, lalu dia berpikir cukup lama. Dia belum menyatakan perasaan nya pada Jenn, dan mereka sebenarnya bukanlah sepasang kekasih. Juga... Ia pikir dia hanya menganggap Jenn sebagai adiknya saja, dia sedikit bingung saat ditanyai seperti ini.

"Ahaha.... Sepertinya.... I-iya." Jawaban nya terdengar seperti meragukan.

"Jika kamu tidak mencintai anak saya, tinggalkan saja. Toh dia itu cantik, masih banyak pria yang mau dengannya. Saya tidak ingin mendapatkan menantu yang jawab ragu-ragu kayak gitu." Ketusnya membuat Minkyu terdiam.

Bukankah itu terdengar seperti penolakan restu?

'aish sialan, kayaknya gue salah lagi nih! Aishhh!' batin Minkyu kesal.

"Maafkan saya bibi. Bisakah saya bertemu dengan Jenn?" Tanya Minkyu dengan menatap Mrs. Kim sangat malu.

"Oh... Baiklah baiklah, bibi akan segera memanggilnya."

Tak lama kemudian, Jenn datang dengan masih menggunakan piyama merah miliknya, duduk di sebelah Minkyu dan matanya masih menempel.

"Oppa? Kau mencari ku? Mianhe... Aku masih tidak enak badan." Kata Jenn merasa pusing sekali.

"Kamu mau pergi? Jalan jalan. Sekarang hari libur kan?" Tawaran itu langsung disetujui oleh Jenn, padahal dia tahu jelas tabiatnya yang suka sekali menolak tawaran dari orang lain.

Tanpa disadari sepasang mata rupanya terus memperhatikan ke arah mereka terus menerus. Jenn bahkan merasa sangat tidak nyaman setiap kali berbicara dengan Minkyu di dalam rumahnya..

"Kamu tidak merasa seolah sedang diperhatikan?" Tanya Jenn pada Minkyu.

"Sudah siap?" Minkyu mengalihkan pembicaraan dan langsung mengajak pergi Jenn setelah dia mandi dan pergi berganti pakaian.

Sebenarnya sangat rumit dan sulit untuk mengajak Jenn jalan jalan di ruangan terbuka dan tempat umum seperti ini. Bahkan rasanya sangat rumit sekali ketika tiap kali Jenn menundukkan kepalanya, atau mungkin meminta Minkyu memeluknya begitu saja saat seseorang datang dan menatap Jenn seolah mereka mengenali Jenn.

"Aku takut sekali berada di ruangan terbuka. Tidak bisakah kita berbicara di tempat yang tertutup?" Tanya Jenn memandang wajah Minkyu. Dia tahu sekali jika pria ini mengajaknya keluar untuk membicarakan sesuatu.

"Hm. Di rumahnya Minho." Katanya.

Jenn setuju akan hal itu, tidak buruk juga bersembunyi di tempat itu. Meskipun dia sebenarnya sedikit keberatan, bagaimana tidak? Minho jelas-jelas terlihat tidak peduli untuk membantunya lagi, dia tahu selama ini dia selalu merepotkan Minho, tapi baru baru ini Minho selalu menyibukkan dirinya sendiri dan menghiraukan Jenn. Bahkan sampai saat ini chat dari Jenn tidak dibalas sama sekali.

Mereka berdua masuk ke dalam mobil yang dikendarai oleh Minkyu, pria itu tidak buruk, meskipun beberapa kali tidak bisa mengatur laju kendaraan yang dia tumpangi, dia beberapa kali membuat tubuh Jenn terlempar setiap kali melewati polisi tidur.

"Kamu bisa nyetir ga sih?" Ketus Jenn lelah menahan rasa takut tiap kali Minkyu menjalankan mobilnya.

"Ya bisalah, kalo ga bisa mana mungkin mobilnya jalan!" Celetuknya balik.

Jenn hanya memutar bolanya malas.

Setelah ia sampai dirumah Minho, ia menatap sekitarnya, tidak ada pria itu. Baiklah kalau begitu dia akan duduk disofa dan iseng-iseng melihat kumpulan foto yang tengah digarap oleh Minkyu.

Beberapa kali juga Jenn merasa ada yang salah dengan kamera milik Minkyu.

"Kenapa tidak menggunakan ini? Bukankah ini kamera antik itu? Harganya bisa mencapai 3 mobil Alphard loh." Kata Jenn.

"Iya tau. Tapi itu udah rusak. Film nya tidak bisa masuk." Jawab Minkyu.

Jenn mengangguk-anggukkan kepalanya, ia menatap dengan teliti kamera yang ada disana, bahkan beberapa kali dia merasa ada yang salah dengan hal itu.

"Bolehkah aku membawanya? Salah satu teman kenalan ku mungkin bisa membenarkannya." Tanya Jenn meminta ijin.

"Tidak bisa. Itu adalah kamera satu satunya yang kupakai bekerja, dan untungnya aku membawanya ke dunia ini. Aish! Aku sebal sekali, kenapa aku harus terlempar kan ke dunia ini?!" Bentak Minkyu.

Jenn mengerutkan keningnya. Dia tidak bermaksud untuk mengambil kamera itu, bahkan ia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari pandangan mata Minkyu, terlihat sangat serius dan menyeramkan dengan mata elang nya.

"Udah udah maaf. Eh Minkyu, kamu tadi mau bicara apa? Kenapa menemui ku?" Tanya Jenn langsung to the point dibandingkan ada perdebatan baru lagi.

"Aniyaaa... Tadinya aku cuman mau ngajakin kamu jalan-jalan, tapi sepertinya aku juga harus membicarakan ini...." Kata Minkyu menundukkan kepalanya.

Ia berjalan ke arah sofa dan duduk disebelah Jenn berada. Dia bisa melihat bagaimana Jenn terlihat tidak nyaman saat dia mendekatinya, jemarinya terus ia remas-remas seolah takut jikalau Minkyu mendekati dirinya.

"Eumm... Aku memutuskan untuk mencari semua teman teman ku. Mungkin salah satu dari mereka semua masih hidup di tahun ini." Ucap Minkyu.

"Mwoo??! Bener? Eh oppa... Maksud ku, eumm... Apa kau yakin?" Tanya Jenn ragu-ragu.

Minkyu mengangguk mantap, dia tahu sekali jika kemungkinan seperti ini akan sangat kecil sekali untuk berhasil. Yang pertama karena mungkin saja teman-teman Minkyu sudah tua dan akhirnya mereka menjadi lupa dengan teman masa mudanya.

Dan yang kedua, bisa jadi mereka telah berubah, entah wajahnya, dan mungkin mereka juga sudah tiada karena faktor usia.

"Oppa... Aku tidak bisa menemani--"

"Tidak apa. Aku bisa sendiri. Aku akan bersama dengan Hari." Jawab Minkyu.

Jenn mendengarkan nama 'Hari' disebut, ia merasa sangat sakit hati.

"Oppa... Polaroid itu, sepertinya aku tahu dimana tempatnya." Kata Jenn.

"Dimana?"

"Di tempat laundry. Mungkin saja celana pendek ku ada di tempat laundry. Di binatu!! Yap! Dibinatu!" Teriak Jenn kegirangan setelah melihat mesin cuci milik Minho yang terus berputar putar di depan matanya.

Minkyu menutup mulutnya karena dia terkejut Jenn bisa mengingat hal hal itu. Dia segera bangkit dari tempat duduknya, namun tiba tiba saja Jenn menahan gerakan pria itu.

"Oppa... Tapi aku ada kasus. Kau tahu kan, publik... Mereka... Aku tidak bisa mengantarkan mu kesana." Kata Jenn menundukkan kepalanya merasa bersalah.

"Tak apa. Aku akan pergi kesana dengan Hari." Minkyu tersenyum hangat, tapi tetap saja, entah kenapa setiap kali nama gadis itu disebut, Jenn jadi tidak suka dan mempoutkan bibirnya secara otomatis tanpa dia sadari.

"Kenapa? Kenapa bibirmu gitu?" Tanya Minkyu memiringkan kepalanya bingung.

"Eh? Ngga... Ngga kenapa kenapa..." Jawab Jenn sebal. Dasar tidak peka!