Jenn mencoba untuk merokok, tapi baru juga dia menghisap sekali dia langsung terbatuk-batuk.
Minho menertawainya, lalu dia menepuk pelan punggung Jenn.
"Jenn gue cabut dulu yah, jangan mabuk-mabukan. Lo ga bisa minum, jangan ngerokok juga, ga baik." Kata cowok itu melambaikan tangannya.
"Ga mau nganterin gue apa?" Jenn menahan tangisan yang sejak tadi hampir memecah.
"Gue harus pergi ke rumah manager Go Eun, dia bilang ga boleh bawa lo. Jadi gue nelpon si Minkyu buat ngusulin lo." Jawabnya.
Jenn mengangguk pelan, minkyu juga tidak apa-apa. Setidaknya seseorang mengantarkan dirinya pulang dari kesunyian malam ini.
Setelah 10 menit dia menunggu, seseorang turun dari sepeda motor besar menggunakan helm berwarna hitam yang menutupi seluruh wajah tampan nya itu, hanya menyisakan manik mata yang indah berwarna coklat gelap.
"Jenn ssi, mau disana saja atau pulang?" Tanya turun dari motor.
Jenn mengedipkan matanya, astaga... Hampir saja dia terhipnotis dengan aura seksi itu, kenapa kaki Minkyu indah sekali? Padahal faktanya pria itu sudah kakek-kakek di tahun ini.
Jenn mendekatinya, tapi dia sekarang menggunakan rok mini pendek yang bahkan sekali diangkat, bisa bisa dia terlihat seperti tidak menggunakan bawahan sama sekali. Minkyu melepaskan jaketnya, dia segera melingkarkan ke pinggang Jenn, mencoba untuk membuat gadis itu nyaman.
"Sorry gue ga tau kalau kamu pakai rok pendek, tau gitu aku pakai taksi aja jemput kamu." Ujarnya.
"Emangnya kamu bisa bawa motor?" Tanya balik Jenn.
Minkyu tersenyum lebar.
"Bisa dong. Di jaman ku... Aku pernah pergi ke Belanda sekali, dan disana aku mengemudikan sepeda motorku." Balasnya.
Jenn mengangguk, mencoba untuk mempercayai kalimat pria itu yang terdengar meyakinkan.
Motor mereka berdua berjalan dan melaju stabil di tengah kesunyian malam, helm yang melindungi kepala Jenn membuatnya merasa aman. Tapi posisinya benar-benar canggung, dia bahkan merasa jika sekali dia mengantuk, dia akan jatuh dari motor besar ini. Dia bingung harus berpegangan pada apa.
"Aku akan mempercepat jalan!" Teriak Minkyu mencoba mengalahkan suara bisingnya jalan raya.
"Andwae!"
"Why??"
"Aku takut jatuh..." Lirihnya.
Minkyu menoleh kebelakang, ia melihat posisi Jenn yang sedikit canggung dan terlalu tegak. Bagaimana bisa seseorang duduk tegak seolah seperti tentara wanita di atas motor besar sport?
Minkyu dengan cepat melepaskan tangan kirinya dari setir, membiarkan motor besar dia jalankan dengan satu tangan, dan menarik tangan Jenn ke perutnya. Begitupun sebaliknya.
"Saya tahu ini canggung, tapi ini akan membuat kamu tidak jatuh." Ucap Minkyu.
Jenn tersenyum lebar. Dia menahan rasa yang membuatnya ingin berteriak, dia menyentuh perut Minkyu? Dia bisa merasakan nya dengan jelas karena pria itu hanya menggunakan kaos pendek hitam, membuat dirinya merasakan sesuatu yang... Entahlah rasa apa itu.
Intinya perut Minkyu benar-benar berbentuk.
.
.
.
Motor mereka berdua berhenti di depan rumah Jenn yang sepi, Minkyu ragu-ragu untuk menurunkan Jenn di rumahnya. Karena dia takut ada ibunya Jenn di dalam sana.
Minkyu menoleh kebelakang, setelah memanggil nama Jenn yang tak kunjung di respon juga.
"Jenn? Jenn?" Tanyanya dengan menoleh kebelakang.
"Aduh... Gimana yah... Eumm..." Minkyu melepaskan pelukan erat Jenn, lalu dia menggendong gadis itu dengan gendong ala bridal style.
Dia berjalan dengan hati-hati, mengetuk pintunya beberapa kali, juga menggoyangkan lonceng rumahnya. 3 menit dia menunggu, hingga pada akhirnya seorang wanita paruh baya yakin ibunya Jenn membukakan pintu rumahnya.
Kacamata berwarna coklat muda yang sedikit melorot dari tempatnya membuat Minkyu tahu berapa usia wanita itu. Matanya yang tajam menatap dua orang yang terlihat sangat aneh sekali.
"Kamu siapa? Kenapa dengan anak saya?" Tanya ibunya Jenn.
"Ini... Itu... Eum... Dia tadi ketiduran di sepeda motor." Ucapnya ragu-ragu.
"Oh. Bawa masuk saja dia... Di kamarnya yah." Minkyu mengangguk.
Setelah ibunya Jenn mempersilahkan pria itu masuk, Minkyu tanpa basa-basi segera masuk ke dalam kamar yang sudah dia tahu letaknya dari awal.
'kenapa dia bisa tahu kamarnya Jenn?' batin ibunya Jenn.
Ceklek...
Minkyu membaringkan tubuh Jenn di kasurnya, tanpa sengaja hidungnya menyentuh hidung Jenn saat dia membenarkan posisi kepala Jenn.
"Oppa?" Jenn membuka matanya pelan, dia menatap pria itu dari jarak yang sangat dekat sekali.
Astaga. Kenapa pria itu sangat dekat sekali dengan dirinya? Apa yang ingin dia lakukan? Astaga... Kenapa jantungnya berdetak tidak normal seperti ini? Perasaan apa ini?
Jenn menahan napasnya, sedangkan pria itu bernapas untuknya (?) Jenn mendorong pelan tubuh Minkyu agar sedikit menjauh darinya.
"Sorry saya tidak sengaja." Ucap Minkyu kaku.
Jenn menoleh ke arah sampingnya, pria itu terlihat sangat... Menawan Dimata Jenn.
"Kenapa kamu menatap saya seperti itu?" Tanya Minkyu kebingungan.
"Aku sedih." Jawab Jenn, dia tidak tahu bagaimana perasaan Jenn, dan itu membuat Jenn merasa ingin menceritakan semuanya pada pria ini.
"Sedih kenapa?"
"Karena semua orang sibuk menyalahkan ku... Oppa... Apakah aku terlihat seperti anak nakal? Kenapa mereka semua suka menuduh ku? Apa salahku sebenarnya? Uh!" Jenn tanpa sadar bicara cerewet seperti ini.
Minkyu tersenyum lebar lucu sekali sikap Jenn, dia merasa jika gadis ini sangatlah sedih saat ini.
"Kamu Sedikit terlihat nakal, tapi kamu imut." Kata Minkyu.
"Berhenti menggunakan bahasa formal Oppa... Bukankah sudah ku bilang? Kau masih muda tau." Ketus Jenn.
"Iya iya..."
Minkyu mengelus pelan pipi Jenn tanpa ia sadari, membuat Jenn terkejut dengan sentuhan itu. Entah kenapa rasanya menyenangkan.
"Selain nakal dan imut... Kamu juga... Cantik." Ucapnya pelan.
Wajah pria itu tiba tiba saja mulai mendekatinya, tangan nya yang nakal menyentuh bibirnya yang kenyal. Jenn ingin menahan gerakan itu, namun tidak bisa. Hingga sampai pada akhirnya dia merasakan kehangatan yang menjalar di area bibirnya.
Sesuatu yang tidak bisa dikendalikan, membuat Jenn ikut dalam permainannya. Ini adalah... Pertama kalinya. Yah. Ini pertama kalinya bagi Jenn, melakukan sesuatu yang dewasa tersebut.
Rasanya seperti dia mendapatkan sengatan listrik, membuat tubuhnya merinding.
"Apa yang dilakukan dia? Kenapa lama seka--" ibunya Jenn menghentikan langkah kakinya yang ingin masuk ke dalam kamar anaknya.
Heol.
"Astaga... Aigoo..." Ibunya Jenn menutup mulutnya ini pertama kalinya dia melihat Jenn berciuman. Dan... Rupanya pria itu benar kekasih Jenn.
Mereka berdua berciuman tanpa sadar jika dibelakang mereka ada Ibunya Jenn yang memperhatikan mereka berdua. Jenn sudah mengalungkan tangan nya pada leher pria itu tanpa sadar.
Saat mereka berdua ingin bertindak lebih lanjut, Ibunya Jenn segera menghentikan hal tersebut dengan meneriaki nama Minkyu dari luar.
"Yaaa! Kau sudah selesai membaringkan dia?!" Teriak ibunya tanpa rasa bersalah.
Jenn yang mendengarkan dan sadar ada ibunya di rumah ini langsung menghentikan gerakan nya sebelum lebih parah lagi.
"Pergilah... Katakan jika aku sudah tidur." Ucap Jenn memalingkan wajahnya, malu.
Minkyu mengangguk kaku. Dia merasa sangat bersalah karena bertindak lancang pada Jenn, tapi entah kenapa dia merasa senang saat selesai melakukan nya.